Rasa Penasaran dan Perilaku Berisiko Buat Remaja Rentan Kecanduan Narkoba
Remaja kerap penasaran dengan berbagai hal. Kondisi ini menyebabkan mereka kerap melakukan perilaku berisiko termasuk menggunakan narkoba.
Remaja kerap penasaran dengan berbagai hal terutama dengan hal-hal baru. Kondisi ini menyebabkan mereka kerap melakukan perilaku berisiko termasuk menggunakan narkoba.
-
Kenapa penyalahgunaan narkoba jadi ancaman besar buat remaja? Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu momok yang mengancam remaja. Berdasar data, terjadi peningkatkan penggunaan narkoba pada anak usia sekolah.
-
Mengapa otak remaja rentan terhadap kecanduan? 'Remaja adalah tahap perkembangan krusial di mana mereka mengalami perubahan signifikan dalam biologi, kognisi, dan kepribadian. Akibatnya, otak sangat rentan terhadap dorongan terkait kecanduan internet selama masa ini, seperti penggunaan internet yang kompulsif, keinginan untuk menggunakan mouse atau keyboard, dan mengonsumsi media,' kata Max Chang, penulis utama studi ini.
-
Apa saja perilaku kenakalan remaja? Kenakalan remaja bisa berbentuk kenakalan biasa, seperti berkelahi, keluyuran, membolos sekolah atau pergi dari rumah tanpa pamit.
-
Kenapa kenakalan remaja bisa merugikan? Kenakalan remaja tidak hanya merugikan diri mereka sendiri, tetapi juga membawa dampak negatif bagi keluarga dan masyarakat luas.
-
Siapa yang terpengaruh kenakalan remaja? Remaja adalah aset bangsa yang seharusnya dibina dan diarahkan menuju masa depan yang cerah.
-
Apa saja fakta kenakalan remaja di Indonesia? Fakta menunjukkan bahwa perilaku menyimpang di kalangan remaja semakin beragam dan kompleks, mulai dari tawuran, penyalahgunaan narkoba, hingga perilaku seksual yang berisiko.
Rasa Penasaran dan Perilaku Berisiko Buat Remaja Rentan Kecanduan Narkoba
Dr. Frilya Rahma Putri, Sp.Kj dari Departemen Psikiatri FKUB/RSSA, menyoroti perilaku berisiko yang kerap diikuti oleh remaja sebagai salah satu faktor yang dapat membawa mereka pada bahaya kecanduan narkoba.
Menurut Dr. Frilya, banyak remaja terjebak dalam kesan bahwa kehidupan mereka membosankan, sehingga mereka mencari dramatisasi dan coba-coba masalah.
"Banyak anak muda merasa hidup membosankan jadinya harus dramatik dan akhirnya ingin cari-cari masalah, ungkapnya pada seminar Bahaya Penyalahgunaan Narkoba yang digelar Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) Cabang Malang, Selasa (19/02).
"Yang salah kaprah akhirnya mencoba napza dan terutama jika ada teman yang mengajak. Selain itu, banyak remaja tidak bisa mengatakan tidak, terutama jika ingin dianggap oleh teman," sambungnya.
Perilaku mencari risiko ini menjadi salah satu faktor internal yang mendorong remaja untuk mencoba narkoba. Mereka ingin eksplorasi, berani melakukan perilaku berisiko, dan sulit untuk diberi pemahaman oleh orang dewasa.
"Banyak remaja tidak bisa diberi pemahaman karena mereka ingin mencoba sendiri," tambahnya.
Martha Widiana Mayangsari S.Psi, ahli penyalahgunaan narkoba dari BNN Kota Malang, menyampaikan bahwa penggunaan narkoba pada remaja sering melewati tahapan tertentu.
"Tahap penggunaan narkoba dimulai dari coba-coba, kemudian naik ke penggunaan sosial, hingga menjadi penggunaan situasional saat menghadapi masalah tertentu. Akhirnya, bisa berlanjut menjadi penggunaan intensif dan kecanduan," jelas Martha.
Kegiatan ini, yang dihadiri perwakilan siswa dari 30 SMP negeri di kota Malang serta guru BK, menjadi peringatan akan bahaya penyalahgunaan narkoba yang semakin mengkhawatirkan di kalangan remaja. Bertempat di Hotel Maxone Malang, kegiatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian perayaan hari ulang tahun IIDI ke-69 dan Hari Ibu ke-95 dengan tema "Terus Giat Membangun Kolaborasi."
Remaja terlibat dalam perilaku berisiko karena faktor-faktor biologis seperti perubahan hormon dan otak yang memengaruhi kontrol emosi dan impulsivitas mereka.
Faktor psikologis juga berperan, termasuk dalam pencarian identitas, eksplorasi, dan ketidakpastian yang mendorong mereka untuk mencoba hal baru, sambil merasakan kesepian, kekhawatiran, dan depresi yang mungkin memotivasi mereka mencari pelarian.
Di samping itu, pengaruh dari lingkungan sosial, termasuk teman sebaya, keluarga, sekolah, dan media, turut berperan serta dalam membentuk sikap, nilai, dan perilaku remaja, yang sering kali terpengaruh oleh tekanan dan dorongan dari lingkungan sekitarnya terutama terkait penggunaan narkoba, alkohol, dan perilaku seksual. Kurangnya perhatian, kasih sayang, dan bimbingan dari orang tua dan orang dewasa juga turut berkontribusi dalam perilaku berisiko remaja.
Dengan adanya pemahaman lebih lanjut mengenai perilaku berisiko yang rentan membawa remaja pada penyalahgunaan narkoba, diharapkan pihak terkait dapat memberikan pendekatan dan solusi yang lebih tepat guna mencegah masalah kecanduan narkoba di kalangan generasi muda.