Kata Pengamat soal Lini Depan Timnas Indonesia yang Sulit Bikin Gol di Piala AFF, Ternyata ini Penyebabnya
Pengamat sepak bola nasional, Aris Budi Sulistyo, kurangnya ketajaman barisan penyerang Timnas Indonesia disebabkan oleh minimnya suplai dari lini tengah.
Timnas Indonesia tidak berhasil melanjutkan langkahnya di Piala AFF 2024. Tim yang menggunakan logo Garuda ini hanya mampu menempati posisi ketiga dalam klasemen akhir Grup B, sehingga harus merelakan tiket semifinal kepada Vietnam dan Filipina. Salah satu hal yang menarik dari penampilan Timnas Indonesia dalam empat pertandingan adalah tidak ada penyerang yang berhasil mencetak gol. Timnas Indonesia telah menjalani empat laga di Grup B Piala AFF 2024, dengan hasil yang diperoleh adalah satu kemenangan 1-0 melawan Myanmar, satu hasil imbang 3-3 melawan Laos, serta dua kekalahan beruntun 0-1 dari Vietnam dan Filipina.
Menarik untuk dicatat bahwa keempat gol yang dicetak oleh Timnas Indonesia berasal dari situasi bola mati. Gol pertama dicetak oleh Asnawi Mangkualam saat menghadapi Myanmar, yang diawali dengan lemparan dalam khas dari Pratama Arhan. Selanjutnya, dua gol tambahan berhasil dicetak oleh Muhammad Ferarri dan Kadek Arel ke gawang Laos, yang juga melibatkan peran Pratama Arhan dalam situasi sepak pojok. Dengan demikian, meskipun Timnas Indonesia tidak mampu mencetak gol dari permainan terbuka, mereka menunjukkan kemampuan dalam memanfaatkan situasi bola mati untuk mencetak gol.
Minim Kreator di Tengah
Dalam pertandingan terakhir fase grup melawan Filipina, pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, memilih untuk menurunkan duet Rafael Struick dan Marselino di lini depan. Di babak kedua, pelatih memasukkan Hokky Caraka, Victor Dethan, Ronaldo Kwateh, dan Arkhan Kaka untuk mencoba mengubah jalannya pertandingan. Namun, strategi tersebut tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
Pengamat sepak bola nasional, Aris Budi Sulistyo, memberikan pandangannya mengenai situasi ini. Ia berpendapat bahwa kurang tajamnya lini serang Timnas Indonesia disebabkan oleh minimnya dukungan dari lini tengah. "Saya melihat minimnya kreator di lini tengah, minimnya kerja sama dari tengah melalui zona di tengah ke depan itu kurang. Kerja sama satu dua sentuhan, umpan terobosan, belum terlihat," ungkapnya kepada Bola.com, Rabu (25/12/2024).
Jiwa Muda
Di sisi lain, keberadaan banyak pemain muda dalam skuad Timnas Indonesia U-22 di Piala AFF 2024 juga dapat dianggap sebagai faktor penting. Pasukan Shin Tae-yong menjadi tim dengan rata-rata usia termuda di antara semua peserta, dengan rata-rata usia 20,3 tahun. Pemain termuda dalam tim ini adalah Arkhan Kaka yang berusia 17 tahun, sedangkan pemain tertua adalah Asnawi Mangkualam yang berusia 25 tahun.
"Mungkin dengan jiwa muda dan punya tenaga. Jadi ketenangan di dalam permainan sangat kurang," ungkap Aris Budi Sulistyo.
Klub Punya Tanggung Jawab Memoles Pemain
Tidak hanya memberikan penilaian terhadap performa pemain, pihaknya juga menyoroti klub-klub yang berlaga di Liga 1 dan Liga 2 Indonesia. Ia berpendapat bahwa klub-klub di tanah air harus berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan para pemain lokal agar dapat menjadi aset berharga bagi Timnas Indonesia.
"Klub itu juga harus belajar, mereka punya banyak pemain asing. Sewajarnya mengoptimalkan para pemain lokal mudanya untuk Timnas Indonesia," jelas Aris Budi Sulistyo memungkasi.