Mengenal Ajag, Anjing Hutan Asli Indonesia Punya Lolongan Panjang tapi Bukan Serigala
Berdasarkan data dari lembaga konservasi dunia IUCN, populasi hewan Ajag dewasa di habitat alami di seluruh dunia diperkirakan tidak lebih dari 2.200 ekor.
Ada banyak jenis hewan anjing yang telah dikenal dari berbagai belahan dunia, mulai dari Siberia Husky, Pudel, Cihuahua sampai Bulldog. Namun apakah ada jenis hewan pintar serupa dan merupakan asli Indonesia? Jawabannya adalah Ajag atau Ajak.
Ajag atau Ajak merupakan jenis anjing yang unik, karena memilki lolongan yang panjang dan nyaring. Namun, ia sangat berbeda dengan hewan serigala yang memiliki suara serupa. Mereka memiliki pola hidup yang berkelompok saat mencari makan.
-
Kenapa serigala dan anjing berbeda? Ilmuwan masih belum dapat memastikan hal apa yang membuat serigala dan anjing menjadi berbeda antara satu dengan yang lain sekitar 20.000 tahun yang lalu. Terdapat dua hipotesis umum mengenai bagaimana hal tersebut dapat terjadi.
-
Apa saja jenis lolongan serigala? Dikutip dari situs Animal: How Stuff Works, lolongan serigala dapat dibagi menjadi tiga jenis: menggonggong, menggeram, dan merintih.
-
Bagaimana anjing berevolusi dari serigala? Para ilmuwan masih belum tahu persis apa yang menyebabkan serigala dan anjing menyimpang satu sama lain sekitar 20.000 tahun yang lalu.
-
Apa ciri khas harimau Jawa? Mengutip situs endangeredtigers-org, harimau Jawa rata-rata berukuran lebih kecil dibanding subspesies harimau modern lainnya. Ukuran tubuh ini merupakan bentuk adaptasinya terhadap ukuran mangsa utamanya berupa rusa. Mereka memiliki garis-garis panjang dan tipis serta wajah sempit dengan hidung relatif panjang dan sempit.
-
Hewan endemik apa yang ada di Sumatra? Harimau Sumatra adalah subspesies harimau Asia yang hanya ditemukan di Sumatra, sebuah provinsi di barat daya Indonesia.
-
Gajah apa yang belalainya pendek? Gajah apa yang belalainya pendek? Jawab: Gajah pesek
Hewan ini merupakan endemik asli Sumatera, dan banyak ditemukan di wilayah hutan-hutan pegunungan. Cirinya dapat dikenali dari perawakan, warna bulu hingga jenis buntutnya yang justru tidak seperti anjing kebanyakan.
Meski berasal dari Indonesia, namun hewan ini jarang disebut namanya dan kurang dikenal. Keberadaannya pun kini terancam, dan masuk kategori hewan dilindungi.
Mudah Dikenali Lewat Warna Bulunya
Asal usul Ajag sendiri masih terus didalami, pasalnya belum diketahui secara pasti muasal dari hewan ini. Beberapa data sejarah menunjukkan bahwa hewan ini berasal dari India, dan dikenalkan oleh manusia di kepulauan Sunda.
Menukil Wikipedia, ciri yang paling jelas dari hewan ini adalah terdapat pada warna bulunya yang mencolok yakni merah sedikit cerah. Secara umum, bulunya sedikit tebal di bagian bawahnya, dengan kombinasi bulu gelap kasar serta berwarna hitam di bagian ekornya.
Kemudian, Ajag juga memiliki moncong yang berwarna putih dengan hidung yang berwarna hitam pekat.
Hidup di Taman Nasional Gunung Leuser
Di Sumatera, hewan ini bisa ditemukan salah satunya di kawasan pegunungan Taman Nasional Gunung Leuser, perbatasan Aceh dengan Sumatera Utara.
Selain itu, dalam laman Garda Animalia, Ajag juga banyak dijumpai di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Taman Nasional Tesso Nilo (TNTS) dan Hutan Lindung Batang Hari.
Hewan ini juga termasuk anjing liar, dengan kemampuan dan ketahanan hidup tinggi di wilayah pegunungan, hutan dan padang rumput. Mereka juga bisa memangsa hewan-hewan yang hidup di sekitarnya seperti rusa, babi dan hewan-hewan lainnya.
Sering Dianggap Musuh
Sayangnya, ketika kondisi hutan terancam, Ajag seringkali turun gunung untuk mencari makanan. Namun, keberadaan permukiman yang dekat dengan hutan seringkali menjadi tempat untuk mencari mangsa.
Hewan ini kerap memangsa ternak-ternak warga yang diletakkan di sekitar hutan. Ajag kemudian menjadi sasaran buruan warga untuk dibunuh atau diracun, yang membuat populasinya kian menurun.
Dalam beberapa kasus, Ajag seringkali memangsa hewan ternak seperti kambing, domba atau ayam. Tak jarang, Ajag juga memangsa sapi maupun banteng yang kemudian hanya disisakan bangkainya.
Populasinya Tinggal 2.200 Ekor
Berdasarkan data dari lembaga konservasi dunia IUCN yang dikutip dari Good News From Indonesia, populasi hewan Ajag dewasa di habitat alami di seluruh dunia diperkirakan tidak lebih dari 2.200 ekor.
Masifnya perburuan dan pembunuhan karena memangsa ternak warga menjadi salah satu faktor hewan ini diprediksi akan terus menurun.
Itulah mengapa, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengeluarkan peringatan tentang kritisnya jumlah populasi Ajag melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.