Mengenal Mappatoppo, Tradisi 'Wisuda' Jemaah Haji Masyarakat Bugis Makassar
Selain 'haji emas', jemaah haji Bugis Masyarakat juga mengadakan tradisi Mappatoppo.
haji 2024Selain 'haji emas', jemaah haji Bugis Masyarakat juga mengadakan tradisi Mappatoppo.
Mengenal Mappatoppo, Tradisi 'Wisuda' Jemaah Haji Masyarakat Bugis Makassar
Kepulangan rombongan jemaah haji ke Tanah Air adalah momen yang paling ditunggu-tunggu keluarga maupun kerabat. Baru-baru ini telah viral di sosial media soal kepulangan jemaah haji asal Makassar yang berbalut pakaian berwarna nyentrik serta perhiasan yang menempel ditubuhnya.
Akan tetapi, bagi masyarakat Makassar hal tersebut merupakan sebuah tradisi dan sudah hal biasa setiap tahunnya.
Namun, bagi sebagian orang akan menganggap momen tersebut sebagai sebuah fenomena yang unik dan langka.
-
Bagaimana cara tradisi 'kepungan' dilakukan di Masjid Saka Tunggal? Dilansir dari Liputan6.com, memasuki 10 hari terakhir Bulan Ramadan, atau malam likuran mulai dari selikur (malam 21), relikur (malam 23), selawe (malam 25), dan seterusnya ada tradisi lain yaitu kepungan. Tradisi kepungan yang rutin digelar pada akhir-akhir Ramadan memiliki makna tersendiri. Saat tradisi ini dilakukan, itu berarti para jemaah bersyukur telah melewati sebagian Ramadan dan tinggal sepertiganya. Mereka percaya bahwa sisa-sisa Ramadan yang dimulai dari hari ke-21 itu merupakan malam-malam penuh berkah.
-
Kapan Kerto Pengalasan menunaikan ibadah haji? Pada dasawarsa 1860, nama Kerto Pengalasan muncul dalam buku harian seorang syekh tarekat Naqsyabandiah di Pulau Pinang yang menunjukkan bahwa dia sedang menunaikan ibadah haji.
-
Kapan ibadah haji dilakukan? Pelaksanaan ibadah haji dilakukan setiap satu tahun sekali dan selalu memiliki jumlah jemaah yang banyak dan berasal dari seluruh penjuru dunia.
-
Bagaimana warga Bantul membersihkan tikar masjid dalam tradisi umbah-umbah kloso? Tikar tersebut dicuci di sebuah saluran irigasi. Tikar tersebut dicuci dengan sabun cuci seadanya.
-
Bagaimana tata cara memulai ibadah haji? Tata cara haji yang pertama adalah ihram. Ihram adalah niatan untuk masuk dalam manasik haji. Orang yang meninggalkan niat ini, maka hajinya tidak sah.
-
Kenapa memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa menjadi tradisi di bulan Ramadhan? Selain menjadi tradisi, memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa juga bisa membakar semangat untuk menjalankan puasa selama satu bulan.
Selain 'haji emas', jemaah haji Bugis Masyarakat juga mengadakan tradisi Mappatoppo.
Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur setelah melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji dan kembali ke Tanah Air dengan selamat.
Pelaksanaan Mappatoppo ini hampir mirip seperti sebuah 'wisuda' karena telah melaksanakan dan melengkapi seluruh rangkaian rukun Islam.
Lantas, seperti apa tradisi Mappatoppo dari Makassar? Simak ulasannya yang dirangkum merdeka.com berikut ini
Dimulai dari Keberangkatan
Dilansir dari situs sulsel.kemenag.go.id, pelaksanaan tradisi jemaah haji dari Makassar ini dimulai dari keberangkatan. Nama tradisi itu adalah malise' tase' atau mengisi koper jemaah.
- Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
- Mengenal Tradisi Gunungan Ketupat di Nganjuk, Warga Kompak Sedekah dan Saling Memaafkan saat Lebaran
- Mengenal Uniknya Pantai Bakaro di Manokwari, Ada Tradisi Memanggil Ikan Pakai Peluit
- Tradisi Batagak Penghulu, Upacara Pengangkatan Seseorang Menjadi Pemimpin Adat
- Gunung Semeru Erupsi Enam Kali Sejak Jumat Dini Hari, Tinggi Kolom Abu Capai 900 Meter
- Sofyan Caleg DPRK Aceh Tamiang Sempat Tertawa Sebelum Ditangkap
Kemudian, ketika jemaah sudah tibah di Tanah Suci, keluarga yang di rumah membaca Barzanji setiap malam Jumat. Barulah, ketika kembali ke Tanah Air ada sebutan tradisi yang bernama Mappatoppo.
Secara umum, tradisi ini sebagai bentuk simbol transformasi seseorang dari sebelum haji yang kemudian menjadi haji karena sudah menjalankan rukun Islam yang terakhir.
Proses Mappatoppo
Ketika jamaah haji sudah tiba di Tanah Air, maka sudah waktunya untuk menjalankan Mappatoppo. Prosesnya dimulai dari sujud syukur menghadap kiblat.
Setelah itu, untuk jemaah laki-laki akan dikenakan songkok berwarna putih sedangkan jemaah haji perempuan dipakaikan kerdung. Biasanya, yang memakaikan adalah orang yang dituakan, ketika memakaikan diiringi dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad.
Tradisi Mappatoppo ini juga berlaku bagi jamaah haji yang mungkin sebelumnya sudah melaksanakan ibadah haji lebih dulu. Ada beberapa pendapat jika songkok atau kerudung sudah ada di kepala, maka tidak boleh dilepas selama 40 hari.
Bentuk Rasa Syukur
Melansir dari berbagai sumber, tradisi Mappatoppo ini adalah bentuk rasa syukur telah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji di Makkah. Selain itu, Mappatoppo ini sebagai bentuk rasa menghargai dan menjaga sifat-sifat yang tidak baik sebagai seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji.
Tradisi moppotoppo yang diakhiri dengan saling berjabat tangan pun memiliki makna tersendiri. Jabat tangan tersebut merupakan simbol saling memaafkan usai melaksanakan ibadah haji.