Menilik Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Kisah Perjalanan Darat Presiden Kedua RI Balikpapan-Samarinda
Taman Hutan Raya yang identik dengan nama Presiden kedua RI ini memiliki sejarah panjang mulai dari digunakan oleh penjajah hingga perjalanan darat.
Pulau Kalimantan sebagian besar wilayahnya diselimuti oleh ratusan hingga ribuan hektare hutan-hutan yang dihuni oleh ragam jenis flora dan fauna yang unik. Tak sedikit juga negara membangun dan mengelola taman raya untuk wisata maupun rumah bagi hewan dan tumbuhan langka.
Namun, di wilayah ini terdapat taman hutan raya yang identik dengan nama Presiden RI kedua, yaitu Taman Hutan Raya Bukit Soeharto yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
-
Apa yang Soekarno lihat di Palangka Raya? Saat itu, Soekarno melihat Palangka Raya memiliki potensi yang kuat sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian negara.
-
Kenapa Presiden Soeharto mengeluarkan pernyataan kontroversial di Pekanbaru? Pidato Kontroversi Sebuah pernyataan yang disampaikan Presiden Soeharto di Pekanbaru, Riau itu bukanlah pernyataan satu-satunya. Namun, Ia kembali mengulang pernyataan tersebut pada saat peringatan Hari Jadi Kopassus.Lantas, pernyataan tersebut membuat banyak pihak yang merasa kecewa dan mengundang kritik serta cemooh dari kaum intelektual maupun tokoh militer saat itu.
-
Siapa seniman Batak yang dikoleksi Presiden Soekarno? Salah satu karya Nasjah yang cukup terkenal yaitu 'Lestari Fardani' tahun 1958 ini telah dikoleksi oleh Presiden Soekarno pada 1960.
-
Kapan Soeharto terakhir kali mengunjungi burung beonya? 'Pak Harto mengenakan baju piyama berwarna putih dan sarung, memeriksa satu per satu hewan peliharaan, antara lain seekor burung beo yang bisa menyebut nama Pak Harto,' tulis surat kabar Merdeka pada 15 Desember 1997.
-
Dimana Presiden Soekarno berpidato di Kotanopan? Di Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal terdapat sebuah bangunan bernilai sejarah tinggi serta menjadi saksi bisu gejolak pasca kemerdekaan.
-
Kenapa Presiden Soekarno berpidato di Kotanopan? Pasca Proklamasi Kemerdekaan, kondisi pemerintahan Indonesia masih belum stabil karena banyaknya gejolak dari dalam maupun luar negeri. Akibat gejolak itu, presiden Ir. Soekarno bersama wakilnya Mohammad Hatta serta beberapa tokoh nasionalis lainnya sempat diasingkan ke Pulau Sumatra.
Lahan seluas 61.850 hektare ini pernah ramai diperbincangkan di media lantaran akan menjadi kandidat lokasi Ibu Kota Negara (IKN) menggantikan Jakarta sehubungan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo.
Keberadaan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto ini tak lepas dari peristiwa sejarah yang cukup panjang. Konon dulunya kawasan tersebut pernah digunakan oleh tentara Jepang untuk tempat penyiksaan hingga perjalanan darat Presiden Soeharto dari Balikpapan ke Samarinda.
Sejarah Bukit Soeharto
Penamaan Bukit Soeharto memang tidak terlepas dari sejarah Presiden Kedua RI melakukan perjalanan darat dari Balikpapan ke Samarinda yang berjarak 120 km lalu melintasi bukit tersebut. Dengan kondisi infrastruktur jalan yang masih sangat buruk, tentunya momen Soeharto melewati jalanan tersebut terasa heroik.
Kemudian, Soeharto ingin menempatkan kawasan ini menjadi "etalase" keberhasilan negara dalam mengelola hutan tropis. Faktor ini didukung dengan letak kawasan yang mudah dijangkau sehingga dipilih menjadi etalase program konservasi.
Dalam eksistensinya, hutan ini kerap dikunjungi sejumlah tamu negara untuk melihat Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan. Seperti halnya Menteri Kehutanan di era Orde Baru, yaitu Djamaludin Suryohadikusumo yang selalu membawa tamu negara ke Bukit Soeharto, salah satunya Ratu Beatrix dari Belanda.
Proyek Reboisasi
Mengutip berbagai sumber, kawasan Bukit Soeharto ini dulunya merupakan wilayah tambang-tambang batu bara yang cukup kaya. Tetapi pada tahun 1990-an, Soeharto menyuruh Departemen Kehutanan beserta pemegang Hak Pengelolaan Hutan (HPH) di Kaltim untuk melakukan reboisasi.
Proyek reboisasi ini berjalan cukup sukses namun lahannya jadi mudah terbakar. Pada saat musim kemarau panjang, kawasan hutan di Bukit Soeharto ini kerap kali terbakar dengan hebat.
Jauh sebelum digunakan untuk tambang dan proyek reboisasi, di era penjajahan kawasan ini pernah digunakan Tentara Jepang untuk menyiksa dan kompleks pemakaman Romusha atau warga Pribumi yang menjadi korban kerja paksa. Namun, sampai saat ini belum ada bukti konkrit terkait peristiwa tersebut.
Salah Satu Hutan Raya di Indonesia
Mengutip situs indonesia.go.id, Taman Hutan Raya Bukit Soeharto merupakan salah satu dari 28 Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia. Memiliki curah hujan berkisar 2.000 mm sampai 2.500 mm per tahunnya dengan kondisi suhu antara 20 sampai 30 derajat.
Bukit Soeharto juga dihuni oleh beragam jenis fauna seperti orang utan, beruang madu, banteng, macan dahan, burung enggang dan lain sebagainya.
Sementara itu, ada berbagai jenis fauna yang hidup di hutan ini, mulai dari meranti, keruing, mahang, mengkungan, ara, medang, kapur, kayu tahan dan masih banyak lagi.
Kemudian lahan ini memang didominasi oleh pohon-pohon hasil reboisasi, yaitu ada akasia, sengon, johar, sungkai, hingga mahoni.
Kawasan Pelestarian Alam yang Gagal
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan SK.577/Menhut-II/2009. telah ditetapkan sebagai hutan konservasi dengan status kawasan pelestarian alam. Dalam klasifikasi kawasan hutan, merujuk UU Kehutanan status hutan konservasi ialah berada pada posisi tertinggi, di mana status hutan lindung dan hutan produksi berada di bawahnya.
Namun pada kenyataannya kawasan ini justru tidak lebih baik pasca Orde Baru. Dalam perkembangannya hutan ini mengalami deforestasi dan degradasi hutan sebagai akibat maraknya kebakaran, perambahan dan pembalakan liar, serta pemanfaatan hutan ilegal.
Pada tahun 2006, kawasan ini sebagian besar didominasi oleh alang-alang dan semak belukar, kemudian beberapa wilayah juga digunakan untuk pemukiman, kebun, lahan terbuka, dan lain sebagainya.