Bukan Nikola Tesla, Ini Sosok Ilmuwan yang Pernah Dicurangi Thomas Edison tapi Tetap Jadi Legenda
Thomas Edison memang disebut-sebut banyak musuh. Bukan hanya Nikola Tesla saja korbannya, melainkan juga ilmuwan ini.

Selain Nikola Tesla, ilmuwan Granville T. Woods, pernah bersinggungan keras dengan Thomas Edison. Woods pada zamannya sering dijuluki "Black Edison". Ia adalah salah satu penemu Afro-Amerika paling produktif pada akhir abad ke-19.
Mengutip Business Insider, Jumat (17/1), meski sering diabaikan sejarah, kontribusi Woods terhadap dunia teknologi dan transportasi sangat signifikan, meski harus berjuang melawan diskriminasi rasial dan persaingan dengan penemu besar seperti Thomas Edison.
Ia termasuk dalam golongan orang miskin. Lahir pada 1856 di Columbus, Ohio, Woods berasal dari keluarga Afrika-Amerika yang telah dibebaskan. Karena kesulitan ekonomi, ia harus berhenti sekolah pada usia 10 tahun.
Meski demikian, Woods memulai perjalanan kariernya sebagai magang di bengkel kereta api, yang menjadi batu loncatan bagi kariernya sebagai insinyur mekanik dan listrik.
60 Paten
Woods mencatatkan hampir 60 paten, banyak di antaranya merevolusi dunia transportasi. Salah satu penemuannya yang terkenal adalah Dead Man’s Handle.
Inovasi ini merupakan sistem pengereman otomatis yang memperlambat kereta jika operatornya tidak mampu mengendalikannya. Selain itu, ia juga mengembangkan teknologi yang menjadi dasar "rel ketiga," sumber daya listrik utama untuk kereta api.
Penemuan lain yang signifikan adalah telegraf induksi, yang memungkinkan pesan dikirimkan tanpa gangguan antara kereta yang bergerak dan stasiun. Penemuan ini meningkatkan komunikasi dan keamanan kereta api secara signifikan, mengurangi risiko kecelakaan.
Perseteruan dengan Thomas Edison
Woods harus menghadapi tantangan besar setelah mematenkan telegraf induksi pada tahun 1887. Thomas Edison menggugatnya dua kali, mengklaim bahwa ia adalah penemu asli teknologi tersebut.
Woods berhasil memenangkan kedua gugatan tersebut, meski dengan biaya besar, baik secara finansial maupun emosional.
Beberapa sejarawan menyebutkan bahwa Edison bahkan menawarkan pekerjaan kepada Woods di perusahaannya, namun Woods menolak tawaran tersebut.
Menjadi penemu kulit hitam pada akhir abad ke-19 bukanlah hal mudah. Woods sering kali harus menjual patennya kepada perusahaan besar seperti Edison, Westinghouse, dan General Electric karena sulit memasarkan penemuannya kepada audiens kulit putih.
Sejarawan Michael C. Christopher mencatat bahwa ras seorang penemu memengaruhi nilai pasar penemuan, yang membuat Woods harus menyerah pada kenyataan diskriminasi rasial.
Sering kali, Woods tidak menerima kompensasi yang adil atas karyanya, dan beberapa perusahaan gagal memberikan penghargaan atas kontribusinya. Hal ini membuatnya hidup dalam kemiskinan hingga akhir hayatnya.
Granville T. Woods meninggal pada tahun 1910 akibat pendarahan otak. Meski semasa hidupnya ia nyaris dilupakan, warisannya diakui pada tahun 2006 ketika ia dilantik ke National Inventors Hall of Fame.
Kontribusinya terhadap dunia teknologi, terutama di bidang transportasi, tetap menjadi bukti kekuatan inovasi di tengah tantangan besar.