Bungkam soal data pengguna Facebook yang bocor, Mark Zuckerberg dicari Parlemen Eropa
Merdeka.com - Kebocoran data pengguna Facebook nyatanya memang bukan permasalahan sepele. Hal ini menyangkut hak privasi setiap orang. Menanggapi hal tersebut Presiden Parlemen Eropa, Antonio Tajani, memanggil CEO Facebook - Mark Zucekerberg untuk segera memberikan klarifikasi atau pun penjelasan mengenai permasalahan tersebut.
Tak main-main, kasus kebocoran ini melibatkan Cambridge Analytica yang ditaksir mencapai 50 juta data pengguna yang bocor. Diduga, hal tersebut digunakan untuk keperluan politik.
"Facebook perlu melakukan klarifikasi pada 500 juta perwakilan bahwa data pribadi mereka tak digunakan untuk memanipulasi demokrasi," tuturnya seperti dikutip dari Tech Crunch, Rabu (21/3/2018)
-
Di mana bunker rahasia Mark Zuckerberg berada? Di bawah tanah seluas 57.000 kaki persegi itu, dikabarkan ada sebuah bunker persembunyian. Bunker ini memiliki luas 5.000 kaki persegi dan terhubung ke dua rumah utama dengan terowongan.
-
Bagaimana perusahaan seperti Facebook mengumpulkan data pengguna? Dokumen tersebut menguraikan proses enam langkah bagaimana perangkat lunak Active-Listening mengumpulkan data suara pengguna dari berbagai perangkat.
-
Kenapa akun palsu Jusuf Hamka di Facebook meminta data pribadi? Selain itu, sangat berbahaya jika memberikan data pribadi seperti buku tabungan untuk diunggah di media sosial. Pasalnya data pribadi ini rawan digunakan untuk penipuan.
-
Siapa yang minta PPATK buka nama anggota DPR? Mengomentari hal ini, Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni meminta agar PPATK tidak segan merilis nama-nama anggota dewan yang kedapatan mengakses judol.
-
Siapa yang mundur karena data negara bocor? Kejadian tersebut menyebabkan Presiden Sistem Pensiun Jepang, Toichiro Mizushima mengundurkan diri dari jabatannya.
-
Siapa pendiri Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat.
Permintaan klarifikasi ini dilakukan menyusul permintaan serupa dari pemerintah Inggris dan Amerika Serikat. Sebelumnya, salah seorang anggota parlemen Inggris, Damian Collins, juga meminta Zuck menjelaskan secara langsung apa yang sebenarnya terjadi.
Selain itu, ada pula senator Amerika Serikat, Mark Warner, yang merupakan Wakil Ketua Komite Intelijen, yang meminta Zuckerberg dan petinggi Facebook lainnya untuk memberikan testimoni mengenai peran Facebook yang dianggap melakukan "manipulasi sosial" pada pemilihan umum Amerika tahun 2016.
Di sisi lain, menurut laporan Bloomberg, Federal Trade Commision Amerika Serikat diketahui telah membuka laporan penyelidikan ke Facebook terkait penyalahgunaan data pribadi yang dilakukan pada 2011. Kendati demikian, FTC tak bisa mengungkap seperti apa penyelidikan tersebut.
"Kami tahu tentang masalah yang sedang terjadi dengan Facebook saat ini. Namun, kami tak mengungkap hal apa yang sedang diinvestigasi," tutur perwakilan FTC. Sementara perusahaan yang juga pemilik WhatsApp dan Instagram itu dalam laporannya menyebut pihaknya sangat menjaga kerahasiaan informasi pengguna.
Sekadar informasi, penyelidikan FTC pada 2011 itu dilakukan untuk memastikan Facebook membuat kebijakan privasi yang jelas bagi pengguna. Selain itu, Facebook juga harus meminta persetujuan pengguna sebelum membagikan informasi itu.
Sayangnya, hingga saat ini Zuckerberg masih belum dapat ditemui dan dimintai keterangan mengenai kasus yang melanda perusahaan. Chief Operating Officer Facebook, Sheryl Sandberg juga dilaporkan belum mengeluarkan pernyataan apa pun perihal masalah ini.
Sebelumnya, perusahaan analisis data, Cambridge Analytica (CA), dilaporkan terlibat dalam skandal besar kebocoran data puluhan juta pengguna Facebook.
Perusahaan yang pernah bekerja dengan tim kampanye Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, itu dituding menggunakan jutaan data untuk membuat sebuah program software yang hebat, sehingga bisa memprediksi dan memengaruhi pemilihan suara.
Dilansir The Guardian, Selasa (20/3/2018), seorang whistleblower bernama Christopher Wylie, mengungkapkan kepada Observer The Guardian, bagaimana CA menggunakan informasi personal diambil tanpa izin pada awal 2014 untuk membangun sebuah sistem yang dapat menghasilkan profil pemilih individual AS.
Hal ini dilakukan untuk menargetkan mereka dengan iklan politik yang telah dipersonalisasi. CA sendiri merupakan perusahaan yang dimiliki oleh miliarder Robert Mercer dan pada saat itu dipimpin oleh penasihat utama Trump, Steve Bannon.
"Kami mengekspolitasi Facebook dan "memanen" jutaan profil orang-orang. Kami membuat berbagai model untuk mengeksploitasi apa yang kami tahu tentang mereka dan menargetkan 'isi hati' mereka. Itulah dasar keseluruhan perusahaan dibangun," ungkap Wylie.
Sumber: Liputan6.com (mdk/ega)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"(Penyebab kebocoran) Nanti kami jelaskan setelah kami memanggil dirjen pajak hari Jumat," kata Menko Hadi
Baca SelengkapnyaMengenai apakah sudah ada tersangka yang diperiksa, Himawan tidak menjawab dengan jelas.
Baca SelengkapnyaPengawas data Irlandia yang mengatur TikTok di seluruh UE mengatakan aplikasi video milik China itu telah melakukan banyak pelanggaran.
Baca SelengkapnyaTikTok tak terima dengan besarnya biaya yang harus dibayarkan karena kesalahan ini.
Baca SelengkapnyaBudi Arie telah mengirimkan surat kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait kebocoran data 6 juta NPWP itu.
Baca SelengkapnyaFacebook, Instagram, dan Threads punya dampak besar bagi Mark Zuckerberg jika mengalami gangguan.
Baca SelengkapnyaMark Zuckerberg membagikan email pertama yang ia gunakan untuk membuat akun Facebook pada 2004.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi I DPR RI RI Sukamta kembali mempertanyakan mengenai hal ini karena Pemerintah belum juga memberi jawaban yang pasti.
Baca SelengkapnyaJika ditilik dari akun X @bjorkanism, Bjorka berasal dari Polandia di Kota Warsawa.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Buka Suara soal Kebocoran Pemilih KPU: Sekarang Data Mahal Harganya
Baca SelengkapnyaKementerian Kominfo dan BSSN masih berusaha melakukan investigasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi angkat bicara komentari kabar soal kasus dugaan bocornya data NPWP miliknya dan jutaan warga Indonesia.
Baca Selengkapnya