Citrix bawa teknologi cloud ke industri kesehatan

Merdeka.com - Asia sedang dalam proses untuk menjadi kawasan tertua dalam beberapa tahun mendatang, dengan populasi lansia di wilayah ini diproyeksikan Citrix akan mencapai 922,7 juta sebelum tahun 2050.

Dengan banyaknya populasi lansia di negara-negara di kawasan Asia, layanan pelayanan kesehatan akan mengalami peningkatan permintaan karena rasio ketergantungan manula meningkat.

Berdasarkan prediksi IDC untuk 2014 mengenai pelayanan kesehatan Asia Pacific, mobilitas akan menjadi tren utama di wilayah ini, dengan tingkat adopsi yang tinggi untuk tablet and smartphones.

Mark Micallef, Area Vice President Citrix ASEAN, menginformasikan tiga langkah utama yang bisa dilakukan organisasi layanan kesehatan di ASEAN untuk memanfaatkan potensi dari komputasi awan dan ruang kerja bergerak untuk mendorong efisiensi yang lebih baik dalam sektor pelayanan kesehatan.

Diantaranya menyederhanakan administrasi, meningkatkan efisiensi operasional. Lonjakan signifikan dalam permintaan untuk layanan pelayanan kesehatan berarti akan ada data medis yang lebih luas yang perlu diambil.

"Metode tradisional dalam mengorganisir dokumen-dokumen kerja, menggunakan standalone PC dan hard drive eksternal, bisa mempersulit proses administrasi dalam mencari informasi, seperti catatan medis untuk database, sehingga memakan banyak waktu," tuturnya dalam siaran pers, Selasa (4/3).

Aplikasi dan desktop tervirtualisasi memungkinkan misalnya, perawat dan dokter untuk mengambil data penting dan terbaru langsung dari PC rumah mereka, laptop atau tablet kapan saja yang diperlukan, sambil memastikan keamanan data yang direferensikan.

Oleh karena itu, mereka juga dilengkapi dengan fleksibilitas untuk bekerja jauh dari ruang kerja yang konvensional, mendapatkan akses lengkap, mulus dan aman pada perangkat apapun, ke semua aplikasi dan data yang mereka butuhkan untuk menjalankan tugas mereka dimana saja, kapan saja.

Citrix mengungkapkan di era perangkat pintar sekarang ini, kemungkinan pengambilan data pasien yang tidak sah melalui EMR jadi perhatian utama. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai kepastian keamanan data pasien.