CPO Vidio: Butuh Peran Pemimpin yang Adaptif di Tengah Situasi yang Tak Pasti
Chief Product Officer (CPO) Vidio, Hadikusuma Wahab, menekankan betapa krusialnya kepemimpinan adaptif untuk menghadapi perubahan pasar yang terus menerus.
Dalam acara diskusi DNA Leadership Summit 2024, Vidio Hadikusuma Wahab selaku Chief Product Officer (CPO) membagikan wawasan mengenai strategi kepemimpinan adaptif di tengah era transformasi digital. Dhiku, sapaan akrabnya, menekankan pentingnya adaptive leadership untuk menghadapi dinamika pasar yang terus berubah. "Di industri media digital yang sangat kompetitif, para pemimpin harus mampu memobilisasi tim untuk mengatasi tantangan serta beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen," ujarnya, dikutip Jumat (15/11/2024).
Contoh nyata dari pendekatan ini terlihat ketika Vidio menyadari adanya tren smart TV yang semakin populer dengan harga yang lebih terjangkau. Sejak saat itu, Vidio fokus pada pengembangan aplikasi TV berkualitas dan menjalin kerja sama dengan berbagai merek TV untuk menawarkan paket langganan Vidio. Langkah ini terbukti efektif dalam meningkatkan penjualan TV, memperluas kesadaran merek Vidio, dan meningkatkan keterlibatan pengguna. Dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan, Dhiku mengungkapkan bahwa pendekatan yang fleksibel dan responsif sangat diperlukan.
-
Kapan visi pemimpin dibutuhkan? Tanpa visi, orang-orang akan binasa. Pemimpin harus memberikan arah yang jelas.
-
Apa skill penting buat pemimpin? Jadi, buat kamu yang ingin menjadi pemimpin yang hebat, ada banyak skill khusus yang bisa kamu pelajari.
-
Siapa yang bisa menjadi pemimpin? Pemimpin adalah individu yang memiliki otoritas formal atau informal untuk memimpin dan mengarahkan orang lain dalam mencapai tujuan tertentu.
-
Siapa yang bisa jadi pemimpin? 'Pemimpin adalah penjual harapan.' – Napoleon Bonaparte
Menurutnya, "Adaptive leadership adalah bagaimana kita mampu memobilisasi tim untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan, meskipun ada berbagai tantangan dan ketidakpastian." Ia juga menambahkan bahwa dalam industri yang berkembang pesat seperti media digital, penting untuk melakukan desentralisasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini memungkinkan tim untuk berani mengambil keputusan dan melakukan eksperimen demi inovasi. Salah satu poin penting yang disampaikan Dhiku adalah tantangan yang sering dihadapi dalam pelaksanaan strategi. "Masalah itu umumnya bukan pada strategi, tetapi seringkali terletak pada eksekusi," jelasnya.
Strategi yang baik tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa eksekusi yang tepat. Dhiku menjelaskan berbagai faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan strategi, salah satunya adalah terjadinya kerusakan dalam koordinasi.
"Alignment doesn't equal execution," ungkap Dhiku—hal ini menunjukkan bahwa meskipun setiap anggota organisasi sepakat dan memahami strategi yang ingin dicapai, hal itu tidak menjamin bahwa strategi tersebut akan dilaksanakan dengan baik. Ia mengidentifikasi beberapa hambatan utama yang sering dihadapi perusahaan, seperti adanya silo antar departemen, minimnya kolaborasi lintas fungsi, serta adanya perbedaan prioritas antar tim. Semua faktor ini dapat menghalangi keberhasilan implementasi, sehingga pemimpin perlu mencari cara untuk mendorong kerja sama yang lebih efektif dan erat. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kemampuan beradaptasi secara dinamis, terutama dalam menghadapi perubahan kondisi pasar yang cepat.
Perlunya Komunikasi yang Transparan
Menurut Dhiku, kegagalan dalam menyesuaikan strategi dengan perubahan yang tidak terduga sering kali disebabkan oleh rencana yang terlalu kaku dan kurangnya budaya untuk bereksperimen dengan hal-hal baru. Di samping itu, ia juga menyoroti tantangan dalam memastikan bahwa semua anggota tim terlibat dan memahami tujuan yang ingin dicapai.
"Kurangnya pemahaman atau buy-in dari karyawan, ditambah komunikasi dan keterlibatan yang tidak memadai, dapat menyebabkan disconnect yang signifikan," jelasnya.
Ia mengajukan pertanyaan penting, "Bagaimana kita bisa menjembatani kesenjangan antara strategi dan eksekusi?" Dhiku menekankan pentingnya komunikasi yang transparan serta pendekatan yang inklusif dan reguler untuk melibatkan seluruh anggota tim agar dapat berkontribusi secara maksimal.
Sejak tahun 2019, Vidio telah meluncurkan sebanyak 87 judul Vidio Original yang hanya bisa dinikmati oleh pelanggan. Karya-karya ini merupakan hasil kerja sama dengan sejumlah aktor dan sineas terkemuka di Indonesia, seperti Dian Sastrowardoyo, Laura Basuki, Jefri Nichols, dan Naura Ayu. Setiap produksi Vidio Original menyajikan beragam genre yang dirancang untuk memenuhi selera penonton yang berbeda-beda, mulai dari drama, aksi, hingga komedi, dengan kualitas yang sangat baik.
Dhiku menjelaskan bahwa strategi menghadirkan konten eksklusif ini merupakan bagian dari upaya Vidio untuk tetap relevan di tengah perubahan pasar yang cepat. Dengan terus menawarkan nilai tambah bagi pelanggannya, Vidio berharap dapat menjaga loyalitas penonton dan tetap bersaing di industri hiburan yang semakin kompetitif.