Fenomena Badai Meteor ini Diabadikan dalam Sebuah Lukisan
Badai meteor akan menghasilkan lebih dari 1.000 meteor per jam. Badai meteor Leonid terakhir terlihat pada 2001.
Badai meteor Leonid merupakan sebuah fenomena astronomi yang muncul saat Bumi melintasi jejak meteoroid yang ditinggalkan oleh komet. Ini adalah salah satu hujan meteor tertua yang tercatat dalam sejarah.
Menurut informasi dari laman Space pada Rabu (9/10), berbeda dengan hujan meteor Leonid yang terjadi setiap tahun, badai meteor ini hanya berlangsung setiap 33 tahun sekali.
-
Apa itu hujan meteor Leonid? Ketika lintasan tahunan Bumi melalui jalur komet 55p/Tempel-Tuttle, meteor Leonid ini tercipta.
-
Bagaimana cara melihat hujan meteor Leonid? Sesuai namanya, meteor Leonid berasal dari bagian langit yang merupakan rumah bagi rasi bintang Leo. Namun, para pengamat dapat melihat fenomena ini dari bagian Bumi mana saja.
-
Kenapa hujan meteor Leonid berwarna-warni? Karena logam yang berada pada pecahan asteroid ini beragam macamnya, seringkali fenomena hujan meteor Leonid memiliki warna yang beragam pula.
-
Kapan hujan meteor Leonid puncaknya? Mengutip laporan MLive dan ScienceAlert, Jumat (17/11) hujan meteor ini terjadi setiap tahunnya pada bulan November dan pada tahun ini puncaknya akan terjadi selama dua hari berturut-turut, yaitu dari dini hari Jumat, 17 November hingga fajar, 18 November.
-
Apa itu Hujan Meteor Orionid? Hujan meteor Orionid berasal dari Komet Halley. Komet ini mengelilingi matahari setiap 76 tahun dan melepaskan gas serta debu di sepanjang orbitnya.
-
Apa itu meteorit? Setiap hari, sekitar 44 ribu kilogram material meteor menghantam bumi. Kebanyakan dari batu luar angkasa ini terbakar di atmosfer tanpa menimbulkan bahaya, tetapi beberapa di antaranya berhasil mencapai permukaan bumi.
Badai meteor Leonid dapat menghasilkan lebih dari 1.000 meteor setiap jam. Terakhir kali badai meteor Leonid terlihat adalah pada tahun 2001. Badai meteor Leonid yang paling luar biasa dalam sejarah tercatat terjadi pada tahun 1833.
Fenomena ini diabadikan dalam sebuah lukisan berjudul "the night when the stars fell" atau 'malam ketika bintang-bintang jatuh'.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa badai meteor Leonid pada tahun 1833 menghasilkan lebih dari 100 ribu meteor per jam. Selain itu, badai meteor yang terjadi pada tahun 1966 juga sangat mengesankan, dengan pengamat mencatat sekitar 40 hingga 50 meteor setiap detik.
Para astronom mengaitkan badai meteor Leonid dengan komet Tempel-Tuttle, yang muncul secara periodik setiap 33 tahun. Setiap kali komet ini mendekati Bumi, ia akan melepaskan material yang berasal dari dirinya.
Badai meteor Leonid biasanya terjadi antara 17 dan 18 November setiap tahun, tetapi badai yang nyata hanya terjadi pada tahun-tahun tertentu, ketika Bumi melintasi jalur debu komet yang lebih padat.
Mengenai Komet Tempel-Tuttle
Komet yang dikenal sebagai Tempel-Tuttle, dengan nama resmi 55P/Tempel-Tuttle, adalah komet periodik yang memiliki orbit yang terkenal dan menarik perhatian para astronom.
Komet ini menjadi penyebab hujan meteor Leonid, yang terjadi setiap bulan November. Wilhelm Tempel menemukan komet ini pada 19 Desember 1865, sedangkan Horace Parnell Tuttle menyusul penemuannya pada 6 Januari 1866. Komet Tempel-Tuttle memiliki periode orbit sekitar 33 tahun dan orbitnya berbentuk elips, di mana ia menghabiskan sebagian besar waktunya jauh dari matahari.
Namun, saat mendekati matahari, komet ini menjadi sangat aktif dan menunjukkan ekor yang khas. Komet ini diperkirakan akan kembali mendekati Bumi dan matahari pada tahun 2031, di mana para astronom akan melakukan pengamatan untuk mempelajari lebih dalam tentang perilakunya dan dampaknya terhadap Bumi.
Selain itu, ada potensi untuk menghasilkan hujan meteor yang signifikan selama kunjungannya. Meteor Leonid dikenal karena kecepatan tinggi yang mereka miliki, mencapai sekitar 71 km/detik saat memasuki atmosfer, yang sering kali menghasilkan jejak panjang dan ledakan cahaya yang mencolok.