Hujan Meteor Ini Bisa Dilihat Oktober 2024
Hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing komet. Induk dari hujan meteor Draconid bernama komet P/Giacobini-Zinner.
Dua jenis hujan meteor akan menghiasi langit pada bulan Oktober 2024, yaitu hujan meteor Draconid dan Orionid. Berdasarkan informasi dari laman BRIN pada Selasa (08/10/2024), puncak hujan meteor Draconid diperkirakan terjadi pada 7 hingga 8 Oktober 2024.
Sementara itu, hujan meteor Orionid akan mencapai puncaknya pada 21 hingga 22 Oktober 2024. Fenomena hujan meteor ini terjadi ketika meteoroid, yang merupakan sisa dari komet atau asteroid, terbakar saat memasuki atmosfer Bumi.
-
Apa nama hujan meteor yang terjadi di bulan Agustus 2023? Hujan meteor perseid akan mencapai puncaknya pada pukul 11.00 WIB tanggal 13 Agustus 2023.
-
Kapan hujan meteor agustus terjadi? Hujan meteor paraseid pada 11 dan 12 Agustus.
-
Apa itu hujan meteor? Hujan meteor adalah suatu fenomena alam luar angkasa yang terjadi ketika meteor jatuh terbang di angkasa. Jika Anda melihat bintang-bintang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, ini yang dinamakan dengan hujan meteor, atau yang sering disebut dengan bintang jatuh.
-
Bagaimana cara melihat Hujan Meteor Perseid? Menariknya, untuk menyaksikan fenomena hujan meteor kali ini Anda tidak memerlukan alat bantu seperti teleskop atau binokular. Ya, cukup dengan mata telanjang, Anda sudah bisa melihatnya.
-
Dimana hujan meteor terjadi? Saat Bumi mengorbit mengelilingi Matahari, meteor sering melewati puing-puing yang tersisa dari disintegrasi komet.
-
Kapan puncak hujan meteor Perseid 2023? Hujan meteor perseid akan mencapai puncaknya pada pukul 11.00 WIB tanggal 13 Agustus 2023.
Menurut laman Space yang dikutip pada Rabu (9/10), hujan meteor Draconid tergolong sebagai hujan meteor minor dengan intensitas yang rendah. Jika kondisi langit gelap, kamu bisa melihat sekitar 5 hingga 10 meteor setiap jam.
Pada tahun 2024, para pengamat beruntung karena bulan akan berada dalam fase sabit dengan kecerahan hanya sekitar 27 persen. Titik puncak dari hujan meteor Draconid dapat ditemukan di kepala konstelasi Draco. Namun, untuk mengamatinya, tidak perlu mencari konstelasi Draco, asalkan langit cerah dan minim pencahayaan, hujan meteor ini tetap bisa terlihat.
Hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing komet, dan induknya adalah komet P/Giacobini-Zinner. Komet ini ditemukan pada 20 Desember 1900 oleh Giacobini di Observatorium Nice, Prancis, dan kemudian diamati oleh Ernst Zinner pada 23 Oktober 1913. Komet P/Giacobini-Zinner memiliki ukuran yang relatif kecil dibandingkan komet lainnya, dengan diameter sekitar 1,24 mil atau sekitar 2 kilometer.
Komet Sumber Hujan Meteor
Komet yang menjadi sumber hujan meteor Draconid memerlukan waktu sekitar 6,6 tahun untuk menyelesaikan orbitnya mengelilingi matahari. Di masa lalu, sisa-sisa dari komet P/Giacobini-Zinner pernah menciptakan badai meteor yang terlihat pada tahun 1933 dan 1940.
Fenomena tersebut menghasilkan ratusan hingga ribuan meteor per jam yang dapat dilihat dari Bumi. Penting untuk dicatat bahwa puing-puing komet tidak tersebar merata di orbitnya, meskipun sebagian besar terakumulasi di dekat komet itu sendiri. Ketika komet mendekati tata surya dan atmosfer Bumi, hujan meteor yang menakjubkan pun muncul.
Pada tahun 1985, 1998, dan 2018, aktivitas hujan meteor Draconid menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2011, pengamat di Eropa bahkan mencatat lebih dari 600 meteor per jam dari hujan meteor ini. Namun, fenomena badai meteor yang terjadi tidak seintensif seperti yang terjadi beberapa dekade lalu.
Komet 21P/Giacobini-Zinner juga mencapai titik terdekatnya dengan Bumi, atau perihelion, pada 10 September 2018, yang juga diiringi dengan peningkatan jumlah meteor. Dengan menghitung periode orbitnya, diperkirakan perihelion berikutnya akan terjadi pada tahun 2025.
Meskipun demikian, para peneliti tidak dapat memastikan terjadinya ledakan meteor, meskipun hal tersebut mungkin saja terjadi. Sementara itu, hujan meteor Orionid mencapai puncaknya pada pertengahan Oktober setiap tahun, dan fenomena ini dianggap sebagai salah satu hujan meteor yang paling menakjubkan pada tahun 2024.
Komet Halley
Menurut informasi dari laman NASA pada Rabu (9/10), hujan meteor Orionid berasal dari Komet Halley. Komet ini mengelilingi matahari setiap 76 tahun dan melepaskan gas serta debu di sepanjang orbitnya. Ketika Bumi melintasi jalur Komet Halley, partikel-partikel kecil tersebut memasuki atmosfer dengan kecepatan tinggi, mencapai hingga 66 km/detik. Gesekan yang terjadi selama proses ini menciptakan garis-garis berwarna yang sering terlihat seperti bintang jatuh.
Meskipun Komet Halley membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan satu orbitnya, hujan meteor Orionid tetap muncul setiap tahun. Meteor Orionid terkenal karena kecerahan dan kecepatannya, bergerak dengan kecepatan sekitar 148.000 mph (66 km/s) saat memasuki atmosfer Bumi.
Meteor yang bergerak cepat ini dapat meninggalkan jejak bercahaya yang bertahan beberapa detik hingga menit, dan terkadang berubah menjadi bola api.
Hujan meteor Orionid akan berlangsung hingga 7 November 2024, dengan puncaknya diperkirakan menghasilkan sekitar 20 meteor per jam. Orionid dapat diamati di belahan bumi utara dan selatan selama beberapa jam setelah tengah malam, dengan titik radian, yaitu lokasi di langit tempat Orionid muncul, berada di konstelasi Orion.