Ahli Geologi Temukan Dua 'Jejak' Alien di Batu Meteor, Belum Pernah Ada di Bumi Sebelumnya
Batu meteor ini berasal dari pecahan komet seberat 15.000 kilogram.
Batu meteor ini berasal dari pecahan komet seberat 15.000 kilogram.
-
Bagaimana meteorit itu ditemukan? Berbekal detektor logam, Hole menemukan sebuah batu yang sangat berat dan berwarna kemerahan yang terletak di tanah liat kuning.
-
Bagaimana Batu Alien sampai ke tempat sekarang? Batu Alien dan juga muntahan batu lainnya merupakan material letusan Gunung Merapi yang dibawa Kali Gendol. Karena posisi Kali Gendol di sana sedikit menikung, diperkirakan batu terlempar dari jalur sungai.
-
Dimana batu meteorit itu ditemukan? Seorang pria bernama David Hole melakukan pencarian emas di Maryborough Regional Park, Australia pada 2015. Berbekal detektor logam, Hole menemukan sebuah batu yang sangat berat dan berwarna kemerahan yang terletak di tanah liat kuning.
-
Apa penemuan 'anomali' yang diklaim sebagai alien? Avi Loeb, ahli astrofisika terkemuka dari Harvard, mengklaim lebih dari 50 bola logam 'anomali' yang ditarik dari Samudra Pasifik mungkin berasal dari alien cerdas.
-
Dimana Batu Alien berada sekarang? Kini, lokasi terdamparnya Batu Alien menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi wisatawan.
-
Kapan Batu Alien muncul? Batu Alien merupakan bongkahan batu vulkanik yang muncul setelah bencana letusan besar Gunung Merapi tahun 2010.
Ahli Geologi Temukan Dua 'Jejak' Alien di Batu Meteor, Belum Pernah Ada di Bumi Sebelumnya
Ahli geologi baru-baru ini menemukan dua mineral asing yang belum pernah ditemukan di Bumi dalam sebuah batu meteorit di Somalia. Sebuah pecahan kecil seberat 70 gram yang berasal dari komet yang jatuh dengan berat 15.000 kilogram yang dikenal sebagai El Ali mengandung bijih alien.
Para ilmuwan menemukan mineral tak dikenal itu di dalam meteorit tersebut saat mengambil sepotong sampel. Setelah menganalisis segmen tersebut di laboratorium, barulah para ilmuwan menyadari mereka telah menemukan sesuatu yang benar-benar baru.
Dikutip dari Greek Reporter, Minggu (7/7), para peneliti, ilmuwan, dan ahli geologi sangat gembira dengan penemuan ini karena dapat membantu mereka semakin memahami asteroid dan bagaimana mereka terbentuk serta kemungkinan menemukan lebih banyak lagi hal serupa.
"Setiap kali Anda menemukan mineral baru, itu berarti kondisi geologi sebenarnya, kimia batuan tersebut, berbeda dari yang ditemukan sebelumnya. Inilah yang membuatnya menarik: Dalam meteorit khusus ini, Anda memiliki dua mineral yang dideskripsikan secara resmi dan merupakan hal baru bagi sains," jelas kurator dan profesor di Departemen Ilmu Bumi dan Atmosfir Universitas Alberta, Chris Herd, seperti dilaporkan majalah Live Science.
Herd menamakan salah satu mineral tersebut "elaliite", diambil dari nama meteor El Ali. Mineral lainnya diberi nama "elkinstantonite" diambil dari nama Profesor Lindy Elkins-Tanto, wakil presiden Interplanetary Initiative di Arizona State University.
Elkins-Tanto terkenal karena penelitiannya terkait formasi asteroid. Itulah alasan Herd memberikan nama tersebut.
"Lindy telah melakukan banyak penelitian tentang bagaimana inti planet terbentuk, bagaimana inti besi-nikel ini terbentuk, dan analogi terdekat yang kita miliki adalah meteorit besi. Jadi masuk akal untuk menamai suatu mineral dengan namanya dan mengakui kontribusinya terhadap sains," jelas Herd.
Meteor El Ali terdiri dari 300 lebih element IAB dan besi yang tidak dikenal. Meski demikian, penemuan sesuatu yang asalnya bukan asli Bumi mengejutkan semua orang. Hal ini ditegaskan oleh rekan Herd, Dr. Andrew Locock.
“Pada hari pertama dia melakukan beberapa analisis, dia berkata, 'Anda mendapatkan setidaknya dua mineral baru di sini,'” kata Locock.
Herd memanggil rekannya, Locock, untuk mempelajari segmen yang mereka temukan. Locock ahli dalam mengidentifikasi mineral yang sebelumnya tidak diketahui dan memiliki banyak pengetahuan tentang bagaimana asteroid terbentuk.
Para peneliti menemukan meteorit El Ali pada tahun 2020. Menurut IFLScience, benda ini memiliki sejarah panjang dalam budaya lisan dan cerita rakyat kuno masyarakat Saar di Somalia ribuan tahun sebelum para ilmuwan Barat mempelajarinya.
Bangsa Saar menyanyikan lagu-lagu misteri, keperkasaan, dan keajaibannya selama lebih dari lima abad. Mereka juga mengagungkannya dalam puisi dan tarian dan bahkan menggunakannya untuk mengasah pisau, mungkin karena kepraktisan.