Sedang Mencari Emas, Pria Ini Kaget Temukan Batuan yang Nilainya Jauh Lebih Mahal
Ia sudah mencoba memecahkan batuan itu bertahun-tahun tetapi tak bisa. Ia pun menyerah.

Ia sudah mencoba memecahkan batuan itu bertahun-tahun tetapi tak bisa. Ia pun menyerah.

Sedang Mencari Emas, Pria Ini Kaget Temukan Batuan yang Nilainya Jauh Lebih Mahal
Seorang pria asal Australia bernama David Hole tidak sengaja menemukan benda aneh saat ia sedang menggali emas.
Penemuannya itu diketahui sejak 2015 dan melebihi emas yang sedang dicarinya. Apa yang ia temukan?
Mengutip Indy100, Senin (27/11), David saat itu sedang menggali emas di Maryborough Regional Park, dekat Melbourne.
Saat dirinya menggali-gali, alat detektornya berbunyi. Ia pun lekas menggalinya. Ternyata setelah digali ditemukan adanya batuan berwarna merah kecoklatan yang tertanam di tanah liat.


Hole membawa pulang batu misterius itu dan melakukan yang terbaik untuk memecahkannya, menggunakan gergaji batu, palu godam, bor, dan bahkan menyiramnya dengan asam. Namun, tidak ada yang tersisa selain alat-alatnya itu penyok.
Sejak 2015 hingga 2018, ia telah berusaha memecahkannya. Sampai pada akhirnya dia menyerah. Membahwa temuannya itu ke Museum Melbourne. Berharap seseorang di sana dapat menjelaskan batu yang ia anggap berisi bongkahan emas.

Penemuan Penting
Namun ternyata, benda yang ditemukan David jauh lebih penting daripada logam mulia. penemuan ini merupakan gambaran sekilas kelahiran tata surya kita yang berusia 4,6 miliar tahun. Sebuah meteorit langka yang jatuh ke Bumi.
Ahli geologi museum, Dermot Henry dan Bill Birch, mengatakan mereka semakin bersemangat setelah Hole mengeluarkan batu misterius itu dari ranselnya.
“Itu terbentuk ketika mereka melewati atmosfer, mereka meleleh di bagian luar, dan atmosfer membentuknya,"
Ahli geologi dari museum Melbourne, Dermot Henry.

Pengujian segera mengkonfirmasi kecurigaan mereka, serta komposisi sejarah yang luar biasa ini. Pada Juli 2019, kedua rekannya menerbitkan makalah ilmiah yang menggambarkan meteorit tersebut, yang mereka beri nama “Maryborough”, sesuai dengan nama daerah di mana meteorit itu ditemukan.
Kandungan Batuan
Batuan luar angkasa tersebut, yang berukuran 38,5 cm kali 14,5 cm kali 14,5 cm, memiliki berat 17 kg, dan setelah menggunakan gergaji berlian untuk mengirisnya, para ahli menemukan bahwa batu tersebut dikenal sebagai kondrit biasa H5. Artinya, ia mengandung tetesan kristal kecil (chondrules), yang tercipta dari pemanasan kilat awan debu di awal tata surya.
"Meteorit menyediakan bentuk eksplorasi ruang angkasa yang paling murah. Mereka membawa kita kembali ke masa lalu, memberikan petunjuk mengenai usia, pembentukan, dan kimia Tata Surya kita (termasuk Bumi)," kata Henry dalam pernyataan yang diterbitkan oleh Museums Victoria.
Ilmuwan menambahkan, Meteorit Maryborough kemungkinan besar terbentuk di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter.
Terlepas dari semua karya Henry dan Birch, banyak pertanyaan seputar batu tersebut yang masih belum terjawab.