Ilmuwan Ini Buktikan Menulis di Atas Air Bukan Sesuatu yang Mustahil
Berikut adalah cara para ilmuwan bisa menulis di atas air.
Berikut adalah cara para ilmuwan bisa menulis di atas air.
Ilmuwan Ini Buktikan Menulis di Atas Air Bukan Sesuatu yang Mustahil
Menulis di atas air adalah ungkapan yang kerap digunakan selama bertahun-tahun lamanya untuk menggambarkan situasi yang tidak mungkin terjadi atau sia-sia.
Namun tahukah bahwa di masa depan, hal ini mungkin saja akan terjadi.
Mengutip Phys.org, Jumat (1/9), baru-baru ini para peneliti dari Universitas Johannes Gutenberg Mainz (JGU) dan TU Darmstadt, Jerman, dan Universitas Wuhan di China memulai penelitian tentang bagaimana cara menulis di atas air.
Konsep yang mereka rancang mirip dengan cara pesawat meninggalkan jejak uap tiga dimensi saat melintasi langit.
-
Bagaimana ilmuwan menemukan air tersebut? Pengamatan yang dilakukan tim mengungkapkan waktu di mana alam semesta baru berusia 1,6 miliar tahun.
-
Apa yang ditemukan dalam penelitian tentang air? Dilansir dari Science Alert, penelitian dari Guangzhou Medical University dan Jinan University di Tiongkok menunjukkan bahwa teknik merebus air diikuti dengan penyaringan sederhana dapat menghilangkan hingga 90 persen mikroplastik dan nanoplastik (NMP) dari air minum.
-
Siapa yang menemukan air di luar angkasa? Dua tim astronom yang dipimpin oleh ilmuwan di Caltech, telah menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta.
-
Karya ilmiah apa itu? Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang dihasilkan dari penelitian atau analisis mendalam mengenai suatu tema dengan pendekatan ilmiah.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan? Menariknya, para ilmuwan baru-baru ini menemukan salah satu fosil burung terror yang diyakini menjadi yang terbesar yang pernah ditemukan.
Dalam keadaan biasa, tentu tidak mungkin jika mencelupkan ujung pena ke dalam air dan mencoba menulis.
Tidak akan ada hasil yang terjadi karena gerakan yang relatif besar melalui air menciptakan turbulensi yang pada akhirnya menghapus jejak tinta yang ditinggalkan.
Namun hal ini dapat diakali dengan memanfaatkan prinsip bilangan Reynolds, faktor yang digunakan untuk menghitung aliran fluida, yaitu semakin kecil benda yang bergerak, semakin rendah jumlah vortex yang dihasilkan.
Jadi, para peneliti mencoba untuk menggunakan pena dengan ukuran yang teramat kecil dan persediaan tinta yang besar untuk menghilangkan efek turbulensi tersebut. Solusi yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah ini benar-benar baru.
"Kami langsung meletakkan tinta ke dalam air dan menggunakan mikrobeads yang terbuat dari bahan pertukaran ion dengan diameter 20 hingga 50 mikron sebagai alat tulis,"
Profesor Thomas Palberg dari JGU.
Karena mikrobead ini begitu kecil, sehingga tidak ada pusaran yang dihasilkan.
Mikrobead ini juga berfungsi sebagai kation sisa dalam air dengan proton, yang mengubah pH lokal air.
Yang perlu dilakukan adalah menggulirkan mikrobead di dalam air, dengan begitu partikel tinta akan terkumpul di jalur yang ditandai pada ujung mirobead.
Selain mikrobeads, para peneliti juga sedang berupaya untuk menggunakan unsur-unsur lain, seperti pena yang terdiri dari partikel yang dapat dipanaskan oleh laser.
Ini digunakan untuk menghasilkan pola kerapatan yang sangat kompleks pada fluida.
Dengan ini, tulisan dapat bertahan selama kurang lebih sepuluh menit.
Jika menggunakan tinta UV, kemungkinan tulisan akan dapat bertahan lebih lama lagi.Banyak variasi potensial yang dapat diwujudkan dalam penelitian ini.
“Pendekatan baru kami sangat kokoh dan memiliki potensi modularitas yang ekstrim. Dan ini bisa dikembangkan dalam berbagai cara yang sangat luas,”
Profesor Thomas Palberg dari JGU.