Ini Aplikasi Pesan Antar Makanan yang Lebih Banyak Digunakan Orang Indonesia
Merdeka.com - Di tengah pandemi, salah satu platform yang paling menunjang tetap suksesnya UMKM untuk tetap bertahan adalah aplikasi pesan antar makanan. Dua yang paling populer adalah GoFood dan GrabFood.
Lalu, mana yang paling banyak digunakan orang Indonesia? Dalam riset yang dilakukan lembaga survei CLSA, mayoritas atau 35 persen masyarakat lebih memilih GoFood dan sebesar 20 persen memilih GrabFood.
Analis CLSA, Jonathan Mardjuki, dalam catatan risetnya mengatakan survei dengan tema pesan-antar makanan online dipilih sebab sektor ini merupakan salah satu bisnis yang paling menguntungkan di tengah pandemi.
-
Bagaimana Gojek mengintegrasikan layanannya? GoTransit memungkinkan masyarakat untuk memesan GoRide (ojek online) untuk menuju atau melanjutkan perjalanan dari stasiun, serta membeli tiket Commuter Line dalam satu proses transaksi.
-
Bagaimana orang Indonesia menggunakan ponsel? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
-
Kenapa Android banyak digunakan? Android - Sistem operasi mobile yang dikembangkan oleh Google. Android merambah ke berbagai perangkat, seperti smartphone, tablet, bahkan smart TV. Kelebihan utama dari Android adalah adanya playstore yang memungkinkan pengguna untuk mengunduh dan menginstal berbagai aplikasi. Selain itu, Android juga memiliki user interface yang intuitif dan mudah digunakan.
-
Dimana sate goreng populer di Indonesia? Sate menjadi salah satu olahan daging yang mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
-
Smartphone apa yang paling banyak terkirim? iPhone 14 Pro Max adalah HP yang paling banyak dikirimkan ke seluruh dunia pada paruh pertama tahun ini.
-
Siapa yang paling banyak menggunakan aplikasi Temu? Platform e-commerce ini telah diunduh lebih dari 41,98 juta kali sepanjang periode Januari hingga Oktober.
"Pandemi telah mengubah dinamika bisnis di seluruh industri dan pengiriman makanan online mendapat manfaat dari perubahan tersebut. Survei kami menunjukkan bahwa 70 persen dari 450 responden lebih sering memesan makanan secara online daripada sebelumnya," ungkapnya dalam laporan riset yang dikutip dari Tekno Liputan6.com.
Survei dilakukan terhadap 450 responden, di mana mayoritas berasal dari Jakarta dan Bodetabek.
Pembagian Survei
Survei itu sendiri dibagi dalam beberapa segmen. Berdasarkan pendapatan bulanan pada responsen, proporsinya (19-23 persen) relatif sama untuk golongan Rp 4-6 juta, Rp 7-10 juta, Rp 11-20 juta dan di atas Rp 20 juta.
Sementara 10 persen responden berpenghasilan di bawah Rp 3 juta atau tidak memiliki penghasilan bulanan sama sekali seperti pelajar atau mahasiswa.
Hasil survei didasarkan pada tingkat pendapatan, preferensi merek, seberapa teratur mereka memesan makanan secara online, dan beberapa faktor lainnya.
Hasilnya, lebih banyak orang memilih GoFood yaitu sebesar 35 persen dan 20 persen untuk Grab, sedangkan 43 persen responden menggunakan kedua aplikasi.
"Go-Food, menurut kami, memiliki pelanggan yang lebih setia, di mana tiga keuntungan teratas dari penggunaan aplikasi adalah familiar dengan aplikasi, ketergantungan pada GoPay, dan ramah pengguna," ungkap Jonathan.
Sementara GrabFood pada kondisi sebaliknya. Sebab, menurut hasil riset, sebesar 60 persen responden percaya diskon besar adalah keuntungan utama.
"Kami menemukan pelanggan Gojek lebih loyal, sedangkan Grab mengandalkan komersialitas. Kami juga menilai Grab lebih agresif dalam mengamankan pelanggan. Secara keseluruhan, menurut kami persaingan yang sehat antara kedua raksasa ini akan berdampak positif bagi pasar Indonesia," tuturnya.
Kenaikan Pangsa Pasar
Dengan kekuatan brand yang dimiliki sebagai karya Indonesia, CLSA memperkirakan pangsa pasar Gojek akan terus naik mencapai 58 persen, sementara Grab 42 persen.
Angka pengguna aktif bulanan Gojek di perangkat Android juga lebih tinggi dibandingkan Grab.
Berdasarkan survei, CLSA juga berpendapat bahwa pelanggan kini telah mengalihkan fokus pada aspek-aspek seperti kenyamanan aplikasi ketimbang pengiriman yang lebih cepat atau tingkat pembatalan yang lebih rendah oleh pengemudi, seperti di masa-masa awal.
Sumber: Liputan6.comReporter: Iskandar
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Digitalisasi semakin memunculkan pola bisnis baru.
Baca SelengkapnyaMenurut data Hippindo, transaksi digital seperti QRIS juga dapat meningkatkan jumlah transaksi terhadap para anggotanya.
Baca SelengkapnyaSistem pembayaran dengan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) telah menjadi salah satu pilihan utama masyarakat dalam bertransaksi non tunai.
Baca SelengkapnyaBelanja online dengan metode pembayaran COD memberikan keamanan lebih karena proses pembayaran dilakukan setelah barang sampai ke tangan konsumen.
Baca SelengkapnyaPeluncuran fitur terbaru di aplikasi BRImo, yaitu “Kirim Barang” yang bekerjasama dengan PT Pos Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenjualan Toko Mafi di aplikasi ini jauh melebihi rata-rata penjualan rekan-rekannya.
Baca SelengkapnyaKolaborasi strategis antara dua BUMN ini memungkinkan pengguna BRImo untuk melakukan pengiriman barang langsung dari aplikasi BRImo.
Baca SelengkapnyaGojek mendapatkan penghargaan sebagai aplikasi online favorit masyarakat.
Baca SelengkapnyaMenonton acara televisi sampai sekarang masih diminati masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaMasih banyak masyarakat yang lebih senang belanja offline dibanding belanja online.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, metode pembayaran COD juga tetap membutuhkan perhatian agar keamanan dan kenyamanan pembeli dan penjual tetap terjamin.
Baca SelengkapnyaHasilnya Tokopedia menjadi brand e-commerce yang paling nyantol di benak konsumen saat ingin berbelanja online.
Baca Selengkapnya