Ini yang akan Terjadi jika Penerapan Jaringan 5G di Indonesia Dimaksimalkan
Penggelaran jaringan 5G yang massif masih terganjal 'ketiadaan' frekuensi.
Spektrum frekuensi masih menjadi permasalahan krusial dalam penerapan jaringan 5G yang lebih agresif. Sebagaimana diketahui, saat ini Kementerian Komunikasi dan informatika (Kominfo) belum memutuskan kapan melelang 3 frekuensi andalan 5G yakni 700 Mhz, 2,6 Ghz, dan 26 Ghz.
“Persoalannya itu kan ada di isu spektrum frekuensi yang tak kunjung dirilis. Jadi jaringan 5G di Indonesia masih belum massif. Memang beberapa operator seluler sudah merilis teknologi ini namun belum maksimal,” kata Direktur Ericsson Indonesia, Ronni Nurmal saat acara preskon Ericsson Hackathon 2024 di Jakarta, Rabu (23/10).
Sementara, lanjut Ronni, lebih dari 200 operator seluler di dunia sudah begitu getol menerapakan jaringan 5G hingga membangun ekosistemnya. Maka tak heran, perkembangan jaringan internet generasi kelima di dunia begitu cepat dibandingakan Indonesia.
“Seluruh dunia sudah mengembangkan begitu masif. Indonesia harus bergerak secepat mungkin. Ini supaya 5G di negeri ini segera terakselerasi. Percepatan perlu dilakukan,” ungkap Ronni.
Menurut Ronni, ada keuntungan bagi operator seluler jika sudah menerapakan jaringan 5G yang maksimal. Salah satu keuntungannya adalah cost per GB akan turun. Ini yang terjadi di luar negeri.
“Jadi artinya ketika dulu mereka mendeliver traffic sekian, itu dengan cost X misalnya. Maka, dengan memanfaatkan teknologi 5G, X ini akan turun. In extreme case itu bisa mencapai 90 persen reduction,” jelas dia.
Frekuensi 5G Dilelang Akhir Tahun
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana melelang tiga spektrum frekuensi sekaligus yakni 700 Mhz, 2,6 Ghz, dan 26 Ghz pada awal 2025. Rencana tersebut, kata Dirjen Sumber Daya Perangkat dan Pos dan Informatika (SDPPI) Kominfo, Ismail, merupakan usulan dari operator seluler.
“Para operator menyampaikan surat kepada kami seperti itu. Mereka meminta agar spektrum itu dilelangnya secara bersamaan. Karena menurut mereka, economic skill-nya buat operator itu lebih nendang. Daripada lelang satu-satu,” ujar Ismail saat ditemui di acara GSMA, Jakarta, Kamis (12/9).
Meski dilelang secara bersamaan, lanjut Ismail, tidak lantas menjadikan harganya jauh lebih murah. Pemerintah akan tetap menghitung sesuai dengan kalkulasi harga. Kendati begitu, akan ada kebijakan khusus berupa insentif yang diterapkan.
“Jadi bukan memurahkan harga spektrum, tapi memberikan sebuah kebijakan insentif kepada operator, seperti metode pembayarannya bisa dicicil. Sehingga cash flow itu tetap terjaga untuk pembangunannyakan,” ungkapnya.