Tiga Faktor Ini Jadi Biang Keladi Jaringan 5G di Indonesia Mentok
Berikut adalah tiga hal yang menjadi penghambat meluasnya jaringan 5G.
Berikut adalah tiga hal yang menjadi penghambat meluasnya jaringan 5G.
Tiga Faktor Ini Jadi Biang Keladi Jaringan 5G di Indonesia Mentok
Penyebaran teknologi 5G di Indonesia masih belum meluas. Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal pengembangan dan penerapan teknologi 5G.
Hingga saat ini, teknologi 5G sudah tersedia di beberapa wilayah di Jabodetabek, Medan, Solo, Bandung, Surabaya, Makassar, Batam, Denpasar, dan Balikpapan. Itu pun hanya di beberapa titik saja.
“Penggelaran 5G di Indonesia sudah tertinggal di Asia Tenggara, beberapa tahun lagi berpotensi tertinggal juga di level dunia,” kata Sigit Puspito Wigati Jarot, Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) bidang Implementasi Infrastruktur Telematika Nasional.
Menurut laporan GSA, sampai akhir Mei 2022, terdapat 493 operator di 150 negara dan wilayah yang telah melakukan investasi untuk pengembangan 5G.
Kata Sigit, ada tiga penyebab utama kenapa penggelaran jaringan 5G di Indonesia tak kunjung meluas.
Foto: Pixabay/652234
“Penyebab utamanya ada tiga: penyediaan spektrum yang terlambat, kualitas infrastruktur yang rendah, dan Capex untuk menggelar yang tinggi,”
Sigit Puspito Wigati Jarot, Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) bidang Implementasi Infrastruktur Telematika Nasional dalam keterangannya, Minggu (24/9).
Negara seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Brunei telah melakukan lelang spektrum 5G, disusul oleh Vietnam yang saat ini akan segera bersiap untuk melelang spektrum 5G.
“Sedangkan Indonesia, kita masih belum menentukan jadwal yang jelas terkait dengan pembukaan lelang spektrum mid-band 5G, yang menjadi spektrum utamanya 5G di seluruh dunia untuk kapasitas data, bukan low-band yang untuk coverage, atau milimeter wave yang untuk spot tertentu,”
Sigit Puspito Wigati Jarot, Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) bidang Implementasi Infrastruktur Telematika Nasional.
Secara khusus beberapa negara seperti Korea Selatan telah memulai inisiatif penelitian 5G multi-negara yang berpotensi untuk membuka jalan bagi perkembangan 6G di masa depan, bahkan Korea Selatan telah menyampaikan targetnya untuk mengkomersilkan layanan jaringan 6G pada tahun 2028.
Foto: Unsplash/Daniel Bernard
“Keterlambatan ini bisa membawa beberapa konsekuensi, diantaranya kesempatan kontribusi ekonomi yang terhambat, kesempatan mendapatkan investasi akan berkurang, dan juga hambatan berkembangnya inovasi baru terkait 5G. Pengembangan 5G yang ditunda-tunda juga akan menghambat inovasi yang dilakukan oleh anak bangsa,”
Sigit Puspito Wigati Jarot, Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) bidang Implementasi Infrastruktur Telematika Nasional.