Kata Pengamat soal Layanan Digital Telko Indosat Tutup

Merdeka.com - Layanan telekomunikasi digital (digital telco) hadir guna memenuhi kebutuhan masyarakat menuju transformasi digital. Namun, realita menunjukkan, untuk bertahan tidak cukup hanya mengandalkan satu tujuan mulia.

Seperti terjadi dengan MPWR (Dibaca: Empower), layanan digital telco milik Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) yang tutup per Senin (17/10). Kabar penutupan operator seluler ini dikonfirmasi SVP-Head of Corporate Communications IOH Steve Saerang.

"Mulai Senin 17 Oktober 2022 pelanggan aktif MPWR telah dialihkan menjadi pelanggan prabayar IM3 menggunakan nomor yang sama dengan menawarkan lebih banyak manfaat," kata dia dalam keterangannya, Selasa (18/10).



Belum ada penjelasan lebih lanjut dari perusahaan ihwal alasan keputusan tersebut. Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi berpandangan, faktor penutupan operator seluler milik IOH ini ada kaitan dengan model layanan diterapkan MPWR.

"Tutup karena operator (MPWR) mengubah model layanan yang harus membayar layanan dan menghabiskan kuotanya di tiap bulan. Kalau MPWR kan kuota bisa dipakai lagi jika tidak habis ke bulan berikutnya," ujar Heru saat dihubungi, Rabu (19/10).

Menurut dia, imbas dari model layanan MPWR tersebut ialah tidak pastinya besaran profit yang diterima perusahaan.

"Kalau misal 10 GB per bulan harga Rp50 ribu, maka jelas pengeluaran pengguna berapa besar per bulan. Namun, kalau beli kuota 10 GB dengan harga Rp50 ribu tapi bisa dipakai beberapa bulan atau setahun, artinya pendapatan tidak pasti," jelas dia.

"Menjual layanan berbasis kuota dengan nilai tertentu lebih menguntungkan bagi operator," sambungnya.

Dari perspektif lain, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi menjelaskan terkait kemungkinan pembiayaan operasional jadi alasan MPWR berhenti operasi.

"Layanan digital biasanya perlu waktu untuk bisa sustain (mempertahankan) dari sisi pembiayaan operasional. Tentunya selama masa itu akan menjadi cost center. Mungkin perusahaan sudah enggak sabar atau memang keuangannya sedang sulit," kata dia saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (19/10).

Meskipun satu telah gugur, Ridwan optimis layanan digital telco lain di Indonesia memiliki peluang besar di waktu mendatang. Dengan catatan, perusahaan aktif melakukan pemeliharaan layanan secara kontinuitas.

"Sebetulnya channel untuk itu sudah banyak. Namun, tentunya jika bisnis ingin menjadi yang terdepan maka harus terus di-maintain," pungkas dia.

Reporter Magang: Michelle Kurniawan