Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengapa Ketika Berkendara Kita Makin Mudah Memaki?

Mengapa Ketika Berkendara Kita Makin Mudah Memaki? Ilustrasi marah ketika berkendara. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Seringkali ketika kita berada di jalan raya, dan seseorang memotong jalan kita dengan tiba-tiba atau melanggar peraturan, kita akan secara tak sadar marah. Tak hanya marah, seringkali kita juga memaki orang tersebut secara tak terkendali.

Yap, kita seakan-akan 'menjadi orang lain' ketika berkendara. Kita seketika marah jika ada orang berperilaku sembarangan ketika berkendara, meski jika sedang tak berkendara kita adalah orang yang baik dan ramah. Mengapa hal ini terjadi?

Ada beberapa penjelasan. Dari sisi psikologis, hal ini disebut 'deindividuation,' di mana kesadaran diri kita akan seketika hilang jika berhadapan dengan orang yang tak kita kenal. Ada studi yang meneliti tentang ini.

'Tidak Sadarkan Diri'

Studi yang dilakukan psikolog bernama Philip Zimbardo di tahun 1970, di mana seseorang bertudung diwajibkan mengagetkan mahasiswa di kegelapan. Lalu sang psikolog juga menyuruh mahasiswa biasa yang menggunakan tag nama di pakaiannya untuk mengagetkan mahasiswa lain. Setelah dibandingkan, peserta bertudung lebih mengagetkan.

Memang tidak kenal belum tentu memicu tindakan impulsif seperti marah besar dan memaki-maki. Namun menurut psikolog bersama Jamie Madigan, hal ini membuat perilaku kita lebih agresif dan kurang terkontrol. Hal ini terbukti di berbagai hal yang melibatkan orang yang 'tak dikenal': sosial media. Di Facebook, kita dengan mudah memaki-maki seseorang di kolom komentar karena hal tersebut.

Konteks ini pun sama dengan ketika kita berkendara. Ketika naik mobil, ketika orang lain berlalu-lintas dengan tak baik, kita bisa jadi orang yang dengan enteng memaki-makinya karena dia pasti tak kenal kita. Kita jadi 'anonim' yang berlindung di balik kaca mobil.

Sisi psikologis ini secara tidak langsung memperlihatkan bahwa seseorang berbuat demikian karena resiko yang akan dia tanggung sangat kecil. Seseorang akan lebih 'lega' melampiaskan amarahnya, toh yang jadi pelampiasan marahnya tak kenal siapa kita.

Aspek Komunikasi

Aspek lain adalah aspek komunikasi. Secara tak kita sadari, ternyata pola komunikasi di jalan raya sangat berbeda dengan komunikasi kita ketika keadaan biasa.

Di jalan raya, pengendara akan menjadi 'bisu', dalam artian semua bentuk komunikasi diwakilkan dalam bentuk komunikasi non-tradisional, seperti klakson, gestur tangan, serta lampu dim. Identitas Anda sebagai seseorang akan hilang, dan akan diwakilkan ke apa jenis dan merek kendaraan Anda.

Semua faktor tersebut jika digabungkan akan menjadikan perilaku agresif. Bagaimana tidak, kita yang secara tak sadar berpikir bahwa tak ada komunikasi 'verbal' ketika berkedara, tiba-tiba dipaksa harus berkomunikasi di luar komunikasi kendaraan seperti klakson dan lampu. Situasi ini akan membuat kita langsung mengeluarkannya secara verbal berbentuk umpatan.

Selain itu, identitas berupa merek kendaraan juga menentukan superioritas dan inferioritas. Makin superior, berarti makin berkelas kendaraannya, makin mudah untuk berperilaku agresif.

Kesimpulan bisa ditarik jika kita kembali ditelaah dari sisi psikologis, berbagai studi telah menjelaskan bahwa orang biasa dan pengendara, memiliki daerah aktivasi saraf yang berbeda daerah.

Jadi dengan mudah bisa kita simpulkan bahwa memang seseorang yang berkendara menjadi orang yang berbeda, orang yang lebih agresif.

(mdk/idc)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
10 Aksi Emak-Emak Motoran yang Bikin Pengen Ngejauh, Mending Cari Selamat Aja Deh
10 Aksi Emak-Emak Motoran yang Bikin Pengen Ngejauh, Mending Cari Selamat Aja Deh

Tingkah emak-emak di jalan memang kerap kali bikin geleng-geleng kepala. Seperti berikut ini yang langsung membuat ingin menjauh.

Baca Selengkapnya