Mengapa Ketika Berkendara Kita Makin Mudah Memaki?
Merdeka.com - Seringkali ketika kita berada di jalan raya, dan seseorang memotong jalan kita dengan tiba-tiba atau melanggar peraturan, kita akan secara tak sadar marah. Tak hanya marah, seringkali kita juga memaki orang tersebut secara tak terkendali.
Yap, kita seakan-akan 'menjadi orang lain' ketika berkendara. Kita seketika marah jika ada orang berperilaku sembarangan ketika berkendara, meski jika sedang tak berkendara kita adalah orang yang baik dan ramah. Mengapa hal ini terjadi?
Ada beberapa penjelasan. Dari sisi psikologis, hal ini disebut 'deindividuation,' di mana kesadaran diri kita akan seketika hilang jika berhadapan dengan orang yang tak kita kenal. Ada studi yang meneliti tentang ini.
-
Apa yang membuat pemotor terlihat berbeda di jalan? Apakah Anda ingin terlihat berbeda di jalan? Coba kenakan pakaian yang pasti akan berhasil!
-
Bagaimana orang-orang menghindari kecelakaan? Disebut kurang dari ratusan meter karena terlihat para warga dan beberapa pengendara roda dua lainnya membungkukkan tubuhnya untuk menghindari kecelakaan akibat dari tabrakan pesawat.
-
Kenapa orang mabuk perjalanan? Mabuk perjalanan terjadi ketika otak menerima informasi yang bertentangan dari berbagai sistem sensorik dalam tubuh.
-
Mengapa kita sering merasa marah? Marah adalah emosi manusia yang alami, namun sering kali kita tidak sepenuhnya memahami penyebabnya atau cara mengelolanya dengan baik. Stres dan ketakutan merupakan dua faktor utama yang sering memicu kemarahan.
-
Apa yang harus dilakukan untuk menghindari kejahatan saat berkendara? PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), memberikan beberapa kiat aman saat berkendara yang dapat menghindari hal-hal buruk yang dapat menimpa para pengguna kendaraan.
-
Kenapa mabuk perjalanan bisa terjadi? 'Ini harus diperhatikan ya, mabuk perjalanan itu dapat terjadi akibat otak menerima sinyal yang berbeda dari beberapa anggota tubuh,' kata dr. Surya Ulhaq, Sp.PD dilansir dari Antara.
'Tidak Sadarkan Diri'
Studi yang dilakukan psikolog bernama Philip Zimbardo di tahun 1970, di mana seseorang bertudung diwajibkan mengagetkan mahasiswa di kegelapan. Lalu sang psikolog juga menyuruh mahasiswa biasa yang menggunakan tag nama di pakaiannya untuk mengagetkan mahasiswa lain. Setelah dibandingkan, peserta bertudung lebih mengagetkan.
Memang tidak kenal belum tentu memicu tindakan impulsif seperti marah besar dan memaki-maki. Namun menurut psikolog bersama Jamie Madigan, hal ini membuat perilaku kita lebih agresif dan kurang terkontrol. Hal ini terbukti di berbagai hal yang melibatkan orang yang 'tak dikenal': sosial media. Di Facebook, kita dengan mudah memaki-maki seseorang di kolom komentar karena hal tersebut.
Konteks ini pun sama dengan ketika kita berkendara. Ketika naik mobil, ketika orang lain berlalu-lintas dengan tak baik, kita bisa jadi orang yang dengan enteng memaki-makinya karena dia pasti tak kenal kita. Kita jadi 'anonim' yang berlindung di balik kaca mobil.
Sisi psikologis ini secara tidak langsung memperlihatkan bahwa seseorang berbuat demikian karena resiko yang akan dia tanggung sangat kecil. Seseorang akan lebih 'lega' melampiaskan amarahnya, toh yang jadi pelampiasan marahnya tak kenal siapa kita.
Aspek Komunikasi
Aspek lain adalah aspek komunikasi. Secara tak kita sadari, ternyata pola komunikasi di jalan raya sangat berbeda dengan komunikasi kita ketika keadaan biasa.
Di jalan raya, pengendara akan menjadi 'bisu', dalam artian semua bentuk komunikasi diwakilkan dalam bentuk komunikasi non-tradisional, seperti klakson, gestur tangan, serta lampu dim. Identitas Anda sebagai seseorang akan hilang, dan akan diwakilkan ke apa jenis dan merek kendaraan Anda.
Semua faktor tersebut jika digabungkan akan menjadikan perilaku agresif. Bagaimana tidak, kita yang secara tak sadar berpikir bahwa tak ada komunikasi 'verbal' ketika berkedara, tiba-tiba dipaksa harus berkomunikasi di luar komunikasi kendaraan seperti klakson dan lampu. Situasi ini akan membuat kita langsung mengeluarkannya secara verbal berbentuk umpatan.
Selain itu, identitas berupa merek kendaraan juga menentukan superioritas dan inferioritas. Makin superior, berarti makin berkelas kendaraannya, makin mudah untuk berperilaku agresif.
Kesimpulan bisa ditarik jika kita kembali ditelaah dari sisi psikologis, berbagai studi telah menjelaskan bahwa orang biasa dan pengendara, memiliki daerah aktivasi saraf yang berbeda daerah.
Jadi dengan mudah bisa kita simpulkan bahwa memang seseorang yang berkendara menjadi orang yang berbeda, orang yang lebih agresif.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tingkah emak-emak di jalan memang kerap kali bikin geleng-geleng kepala. Seperti berikut ini yang langsung membuat ingin menjauh.
Baca Selengkapnya