Satelit Tunjukan Ada Bencana Mengerikan di China, Ini Penyebabnya
Data satelit menunjukan ada peristiwa aneh di daerah-daerah di China.
Data satelit menunjukan ada peristiwa aneh di daerah-daerah di China.
Satelit Tunjukan Ada Bencana Mengerikan di China, Ini Penyebabnya
-
Bagaimana Satelit NASA menangkap gambar banjir? Satelit tersebut merupakan salah satu yang mengorbit di Bumi setiap 99 menit sekali, dimana dalam salah satu gambarnya menangkap sebuah objek yang berasal dari dataran tinggi di Columbia, Washington.
-
Bagaimana kerusakan lingkungan menyebabkan bencana? Ulal tangan manusia dapat memengaruhi terjadinya bencana tersebut melalui aktivitas yang merusak lingkungan, seperti illegal logging yang menyebabkan banjir dan tanah longsor, serta pembangunan di daerah rawan bencana alam.
-
Kenapa Stasiun Luar Angkasa China rusak? 'Modul inti Tianhe dari stasiun luar angkasa telah mengalami kehilangan sebagian pasokan daya akibat benturan dari sampah luar angkasa pada kabel daya di sayap panel surya,' ujar wakil direktur CMSA, Lin Xiqiang.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Bagaimana radar China mendeteksi gelembung di atas Mesir? Cara kerja LARID mirip seperti transmisi radio yang dapat dikirim ke seluruh dunia dengan memantulkannya ke plasma ionosfer, sehingga radar dapat terkirim.
-
Apa saja bencana yang mungkin terjadi? Adapun kejadian itu berdampak pada munculnya longsor, guguran bebatuan atau erosi tanah dalam skala menengah, lalu peningkatan volume air sungai dan timbulnya banjir.
Menurut sebuah studi baru yang dipublikasi di jurnal Science, hampir separuh dari kota-kota besar di Tiongkok sedang tenggelam.
Akibat hal tersebut, jutaan masyarakat Tiongkok saat ini terancam oleh bencana banjir.
Sebuah tim peneliti dari berbagai universitas di Tiongkok melakukan penelitian terhadap 82 kota di Tiongkok, termasuk semua kota yang memiliki populasi lebih dari dua juta jiwa.
Dengan melihat periode antara tahun 2015 hingga 2022, tim peneliti berhasil mendapat temuan bahwa 45% dari wilayah urban Tiongkok mengalami subsidensi/penurunan muka tanah lebih dari 3 mm per tahun, seperti dikutip dari ScienceAlert dan BBC, Selasa (30/4).
Di lain sisi, terdapat sekitar 16% tanah urban Tiongkok yang mengalami penurunan lebih cepat dari 10 mm per tahun, yang oleh para ilmuwan disebutkan sebagai sebuah penurunan yang cepat.
Dengan kata lain, hal ini berarti 67 juta orang saat ini tinggal di daerah yang sedang tenggelam dengan cepat.
Para peneliti mengatakan bahwa kota-kota yang menghadapai masalah terburuk terkonsentrasi di lima wilayah, yaitu wilayah di sekitar kota Harbin dan Changchun, wilayah sekitar kota Beijing dan Tianjin, wilayah sekitar kota Zhengzhou dan Pingdingshan, wilayah sekitar kota Wenzhou dan Fuzhou, serta wilayah sekitar kota Kunming dan Nanning.
Untuk mendapatkan berbagai temuan tersebut, tim peneliti menggunakan data yang diambil dari satelit Setinel-1 untuk mengukur gerakan vertikal tanah di seluruh Tiongkok.
Salah satu kota yang sedang tenggelam tersebut adalah Shanghai, kota dengan penduduk terbanyak di Tiongkok. Shanghai terus mengalami penurunan, meski ia telah tenggelam lebih dari 3 meter selama satu abad terakhir.
Penulis studi tersebut mengatakan bahwa faktor utama yang paling berpengaruh terhadap penurunan permukaan tanah adalah adanya kehilangan air tanah, yaitu dengan pengambilan air di bawah atau di dekat kota-kota untuk digunakan penduduk setempat.
Para ilmuwan menyebutkan bahwa urbanisasi yang cepat dalam beberapa dekade terakhir telab dibarengi dengan pengambilan air yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Di Tiongkok, bayak orang yang tinggal di daerah yang baru-baru ini mengalami sedimentasi, secara geologis. Jadi, ketika Anda mengambil air tanah atau mengeringkan tanah, tanah tersebut cenderung menurun/amblas,” jelas Profesor Robert Nicholls dari Universitas East Anglia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Studi tersebut menyarankan bahwa penyelesaian masalah bisa terdapat di “pengendalian pengambilan air tanah yang berkelanjutan dalam jangka panjang.”
Beberapa penyebab lain dari penurunan permukaan tanah tersebut adalah faktor geologis, berat yang dimiliki oleh bangunan, sistem transportasi perkotaan, penambangan mineral dan batu bara, dan sebagainya.
Menurut laporan Reuters, penurunan muka tanah telah menyebabkan kerugian lebih dari 7,5 miliar yuan atau sekitar Rp16,8 triliun bagi pemerintah Tiongkok.
Masalah ini bukan hanya terjadi di Tiongkok. Menurut studi lain, terdapat sekitar 6,3 juta km persegi dari tanah di seluruh dunia yang berisiko mengalami penurunan.