Siapa bilang banteng benci warna merah?

Merdeka.com - Kepercayaan banyak orang tentang banteng adalah bahwa hewan ini dikatakan benci jika melihat warna merah. Pertanyaannya, benarkah banteng benar-benar benci dan marah saat melihat warna merah?
Faktanya, banteng sama sekali tidak marah melihat warna merah. Mengapa? Sebab, banteng buta warna. Sehingga kemungkinan besar hewan tersebut tidak bisa membedakan warna merah atau warna lainnya.
Lantas mengapa para matador menggunakan kain merah untuk memancing amarah banteng? Ini jawabannya.
-
Mengapa penelitian ini dilakukan? Para peneliti kemudian mencari cara tambahan untuk mendeteksi tanda-tanda sebelum letusan terjadi, terutama untuk gunung berapi yang jauh dari daerah berpenghuni.
-
Kenapa penelitian ini dilakukan? Penelitian ini bertujuan untuk melihat sisi lain secara ilmiah bagaimana yang terjadi ketika orang-orang diambang kematian.
-
Apa yang diteliti? Analisis terhadap lebih dari 4.000 artefak batu yang ditemukan di sebuah pulau di barat laut Australia memberikan gambaran kehidupan suku Aborigin puluhan ribu tahun yang lalu.
-
Mengapa penelitian ini penting? Penemuan ini memberikan wawasan baru yang dapat memperdalam pemahaman kita tentang evolusi sisa supernova di galaksi kita.
-
Kenapa penelitian ini penting? Temuan ini memberikan wawasan baru tentang fungsi tidur yang lebih kompleks dari sekadar proses konsolidasi memori.
Menurut lansiran Livescience (6/2), para peneliti telah membuat serangkaian percobaan untuk mengetahui tentang fakta warna merah yang dikatakan dapat memancing amarah banteng.
Mereka awalnya meletakkan 3 bendera dengan warna yang berbeda, yaitu merah, biru dan putih di dalam kandang. Hasilnya, banteng tersebut menyerang semua bendera yang berada di situ tanpa kompromi.
Percobaan kedua dilakukan dengan meletakkan 3 boneka dengan warna yang berbeda, yaitu merah, biru dan putih di dalam kandang. Sekali lagi, banteng menyerang habis-habisan boneka ketiga boneka tersebut tanpa pandang bulu.
Percobaan terakhir dilakukan di sebuah arena dengan menempatkan seseorang berbaju merah bersama sang banteng. Dia ditugaskan hanya untuk berdiri saja tanpa melakukan gerakan sedikitpun. Sementara di luar arena telah berdiri dua orang mengenakan baju berwarna lain selain warna merah. Kedua orang tersebut bergerak, berlari-lari kecil. Hasilnya, banteng menyerang kedua orang di luar arena dengan sangat beringas.
Sedangkan orang di dalam arena yang menggunakan baju merah sama sekali tidak dikejarnya.
Hal ini menandakan bahwa banteng akan marah dan merasa terusik pada hal-hal yang bergerak, bukan pada warna. Sehingga, jika Anda tengah menggunakan baju merah saat melihat banteng, Anda tidak perlu khawatir lagi. Asalkan Anda tidak 'caper' pada banteng tersebut.
Lantas mengapa para matador menggunakan warna merah dalam sebuah pertunjukan? Ada beberapa kemungkinan, yaitu warna merah diperkirakan mudah dilihat oleh orang yang duduk jauh dari arena saat pertunjukan. Kedua, warna merah indentik dengan amarah yang dapat menggambarkan seramnya banteng saat itu.
Anda dapat membuktikannya dengan melihat matador yang tengah menghadapi seekor banteng. Awalnya dia akan menggerak-gerakkan kain merah tersebut di hadapan banteng dengan perlahan. Lama kelamaan gerakan kain merah tersebut semakin cepat. Sehingga hal itulah yang dapat menyulut kemarahan sang banteng. (mdk/ega)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Berikut adalah jawaban secara sains banteng ngamuk kalau lihat warna merah.
Baca Selengkapnya
Korban jiwa akibat belalang setan ternyata bukan kali ini saja. Pada 2022 lalu, peristiwa serupa juga pernah terjadi di Yogyakarta.
Baca Selengkapnya