Peneliti Ungkap Dua Makhluk Hidup Ini Bisa Prediksi Erupsi Gunung Berapi, Begini Cara Kerjanya
Alat pemantauan tradisional hanya fokus pada pengukuran aktivitas seismik dan pengumpulan sampel gas.
Gunung berapi memiliki kekuatan yang luar biasa, tetapi seperti halnya tanaman dan sistem akarnya, sebagian besar aktivitas vulkanik yang terjadi sebelum letusan terjadi di bawah permukaan. Alat pemantauan tradisional berfokus pada pengukuran aktivitas seismik dan pengumpulan sampel gas, namun metode ini dapat melewatkan tanda-tanda peringatan halus yang tersembunyi di lanskap yang terjal.
Para peneliti kemudian mencari cara tambahan untuk mendeteksi tanda-tanda sebelum letusan terjadi, terutama untuk gunung berapi yang jauh dari daerah berpenghuni. Para peneliti menemukan, tanaman dan pohon bisa mendeteksi erupsi gunung berapi, seperti dikutip dari laman Earth, Rabu (8/1).
-
Bagaimana memprediksi erupsi gunung berapi? Cara lain untuk melihat kapan gunung berapi akan erupsi adalah dengan mengukur gas yang keluar. Ketika magma bergerak ke permukaan, gas keluar dengan cepat dan mendahului magma. Gas ini bisa diukur dari angkasa atau dari daratan.
-
Apa fungsi pohon dalam prediksi letusan gunung berapi? Temuan ini memberikan wawasan baru tentang manfaat karbon dioksida dan air vulkanik untuk pepohonan dan vegetasi di sekitar kawasan vulkanik.
-
Bagaimana Danang Sri Hadmoko meneliti dampak erupsi gunung api? Melalui penelitian yang dilakukan, ia berusaha untuk menggali data-data serta catatan sejarah, dan mencocokkannya dengan temuan terkait endapan letusan gunung api di berbagai benua.
-
Bagaimana petir terjadi saat gunung api erupsi? 'Explosive dengan kecepatan tinggi, maka yang tadinya senyawa a dan b akan putus menjadi a plus dan b minus, atau dalam konteks yang lebih kecil skala atom. Adanya tekanan yang tinggi itu, elektron-elektron tersebut dipaksa keluar, sehingga menjadi elektron bebas,' ungkapnya. Mirzam menambahkan, elektron bebas menjadi cikal bakal utama terbentuknya petir. Partikel-partikel yang terlontar dengan kecepatan tinggi bergesekan satu sama lain yang akhirnya menghasilnya muatan listrik.
-
Bagaimana cara peneliti meneliti Gunung Padang? Dengan menggunakan berbagai teknik termasuk electrical resistivity tomography (ERT), ground-penetrating radar (GPR), dan seismic tomography (ST), para peneliti mampu membuat gambaran fitur internal bukit serta kronologi konstruksinya.
-
Di mana metode pemantauan gunung berapi ini diuji? Dilaporkan oleh New Delhi Television, teknik ini telah memberikan hasil yang positif pada gunung berapi seperti Gunung Etna di Italia dan Gunung Berapi Taal di Filipina, di mana hutan dan pepohonan tumbuh melimpah di sekitarnya.
Proyek penelitian yang dipimpin Robert Bogue dari Universitas McGill di Montreal, Kanada, bersama rekan-rekannya mengukur pola kesehatan vegetasi di dekat area hidrotermal di Kaldera Yellowstone. Hasilnya mengungkapkan bagaimana tanaman merespons perubahan di tanah di bawahnya, yang mungkin menunjukkan naiknya magma dan meningkatnya risiko aktivitas vulkanik atau letusan gunung berapi yang akan segera terjadi.
Tumbuhan menyesuaikan cara tumbuhnya saat lingkungannya berubah. Penyesuaian ini meliputi perubahan fotosintesis dan pola struktur daun. Variasi karbon dioksida, sulfur, dan suhu tanah dapat memengaruhi pertumbuhan pohon, dan faktor-faktor ini sering muncul di lingkungan vulkanik.
Menurut para ilmuwan, sinyal-sinyal tersebut mungkin muncul di jaringan tumbuhan beberapa bulan atau tahun sebelum peristiwa besar terjadi.
Di lapangan, sulit untuk melihat perubahan kecil pada vegetasi hanya dengan mata telanjang. Hutan sangat luas, dan cuaca dapat mengubah pertumbuhan dengan cara yang tidak terkait dengan gunung berapi.
Itulah sebabnya pencitraan satelit menjadi populer. Citra satelit dapat memindai area yang luas dan mendeteksi tanda-tanda stres atau penghijauan aneh yang mungkin tidak terlihat di tanah.
Teknik NDVI
Salah satu teknik yang bermanfaat adalah Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Metode ini menangkap seberapa kuat tanaman melakukan fotosintesis dengan mengukur kadar klorofil.Skor berkisar dari angka negatif hingga 1, dengan angka yang lebih tinggi menunjukkan daun yang sehat.
Dengan membandingkan nilai-nilai ini di tempat yang berbeda dari waktu ke waktu, peneliti dapat melihat apakah ada tren yang dapat berhubungan dengan pergeseran lingkungan bawah permukaan.
Penelitian di wilayah gunung berapi menunjukkan, semburan kecil karbon dioksida dan cairan panas awalnya dapat menyuburkan tanaman lokal. Namun, konsentrasi gas berbahaya yang lebih tinggi atau tanah yang sangat panas dapat membuat tanaman stres dan bahkan mati.
Melacak naik turunnya gunung berapi selama beberapa tahun dapat mengungkap kisah perubahan bawah tanah yang terjadi secara bertahap.
Di Wyoming, area termal Danau Tern berada di Kaldera Yellowstone. Dari tahun 1984 hingga 2022, citra Landsat yang diarsipkan menunjukkan kesehatan pohon di zona hidrotermal ini membaik selama sekitar 16 tahun.
Para ilmuwan meyakini manfaat awal mungkin berasal dari nutrisi tambahan yang mencapai tanah. Kemudian sekitar awal tahun 2000-an, rekaman satelit menangkap adanya pergeseran, dengan menurunnya kesehatan pohon dan banyak pohon pinus lodgepole yang mati di dekat pusat aktivitas.
Data inframerah menunjukkan suhu tanah di beberapa bagian lokasi melebihi 122°F, dan gas beracun serta cairan asam merusak jaringan tanaman. Seiring waktu, zona stres menyebar ke luar, dan sepetak pohon mati yang gundul menjadi lebih terlihat. Perubahan yang terus-menerus ini menegaskan bahwa proses yang lebih dalam memanaskan tanah dan mengubah kimia yang dibutuhkan tanaman.
Jalur Fluida Hidrotermal
Tim peneliti menghubungkan temuan ini dengan jalur fluida hidrotermal yang bergerak ke permukaan. Di beberapa area, penumpukan mineral mungkin telah menyumbat rute lama, sehingga memaksa saluran baru terbuka.
Data gempa bumi mendukung interpretasi ini. Getaran kecil dapat menunjukkan bahwa magma atau fluida panas mencari rute pelarian yang berbeda.
Secara kolektif, peristiwa-peristiwa ini menunjukkan aktivitas yang mungkin telah dimulai jauh sebelum survei lapangan mencatatnya. Pengamatan juga menunjukkan perluasan ini mencapai batasnya. Beberapa pemeriksaan lapangan baru-baru ini menemukan tanda-tanda bibit baru tumbuh di daerah yang dulunya tandus.
Ini bisa berarti sistem lokal mulai tenang, setidaknya untuk saat ini. Perubahan pada vegetasi dan kehidupan tanaman dapat menjadi pengingat bahwa gunung berapi dan prosesnya tidak selalu linier. Kondisi dapat berubah saat gas dan cairan datang dan pergi.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Geochemistry, Geophysics, Geosystems.