Tarif unlimited picu perang tarif seluler
Merdeka.com - Perang tarif seluler pernah pecah pada 2008-2010. Saat itu, sejumlah operator kecil seperti Mobile-8 Telecom, Bakrie Telecom, Natrindo Telepon Seluler, dan Hutchison CP berteriak untuk menghentikan perang tarif karena ternyata revenue yang mereka kantongi tak bisa menutupi cost yang keluar.
Namun bagai buah simalakama, sebagai operator baru, mereka harus mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya agar bisa bersaing dengan operator besar yang lebih mapan. Jalan satu-satunya adalah menurunkan tarif meski kemudian penggelaran jaringan baru menjadi terhambat.
Pernyataan President Director PT XL Axiata Tbk yang menyatakan akan kembali menerapkan tarif unlimited diprediksi memicu kembali perang tarif telekomunikasi, terutama di segmen data.
-
Apa yang terjadi dengan operator telepon manual? Hal tersebut menggeser perlahan pekerjaan operator telepon manual yang berhasil mempekerjakan banyak kaum hawa muda di AS.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas telekomunikasi Indonesia? Dua orang yang bertanggung jawab atas kondisi telekomunikasi Indonesia, yaitu Mayjen TNI Soehardjono (dirjen pos dan telekomunikasi) serta Ir Sutanggar Tengker Yahya (direktur telekomunikasi di ditjen pos dan telekomunikasi yang juga mantan dirut PN Telekomunikasi Indonesia), menyadari pentingnya menggunakan satelit untuk menyambungkan komunikasi di wilayah nusantara yang begitu luas dan terpisah jarak begitu jauh.
-
Siapa yang mendapat paket internet murah? XL Axiata memberikan apresiasi kepada para Ibu dan menawarkan beragam paket Ramadan mulai dari Rp 3 Ribu sebagai bagian dari komitmen mereka untuk memberikan layanan terbaik bagi masyarakat Indonesia.
-
Mengapa pembeli harus berteriak di warung kerek Mantarena? Keharusan berteriak sendiri karena adanya jarak yang jauh, antara konsumen dan pemilik kedai yang terpisah aliran sungai.
-
Kode telepon apa yang dimiliki Indonesia? Indonesia sendiri memiliki kode IDD dengan angka +62.
-
Bagaimana cara meningkatkan kecepatan internet di Indonesia? Kita tidak hanya bicara teknologi 5G, tapi juga kita bisa multi teknologi gitu ya. Jadi mungkin untuk aksesnya yang seluler bisa 5G, bisa juga kita menggunakan kabel serat optik, fiber to the home. Termasuk memanfaatkan layanan satelit, jadi memang bisa dilakukan dengan multi teknologi.
Memang cukup mengherankan, karena sebelumnya Hasnul mengatakan sepanjang 2013 perusahaannya merugi karena terlalu murahnya tarif data XL sehingga menyenangkan masyarakat meski tidak membuat senang pemegang saham.
Dulu, XL juga yang mempelopori perang tarif dengan kampanyenya yang terkenal, yaitu tarif suara Rp 0,1 per detik meski dengan ketentuan yang cukup rumit dan membingungkan pelanggan.
Keunggulan frekuensi dari XL, ditambah jumlah pelanggan yang tidak sebanyak Telkomsel, membuat anak usaha Axiata itu sepertinya percaya diri pada performa jaringannya bila tarif unlimited diterapkan.
Ini memang yang menjadi salah satu faktor kekhawatiran Telkomsel pada merger XL-AXIS, karena XL bisa lebih leluasa berkreasi dengan layanan dan tarif data, apalagi telekomunikasi masa depan adalah telekomunikasi data yang menembak segmen pelanggan menengah ke atas dengan average revenue per user (ARPU) di atas Rp 200 ribu.
"Dengan pipa yang lebih besar, pelanggan bisa memanfaatkannya untuk mengakses layanan data unlimited," kata Hasnul.
Godaan perang tarif telekomunikasi juga datang dari operator medioker seperti Smartfren dan Tri yang juga jor-joran dalam memberikan promosi layanan data membuat operator tiga besar mesti berfikir ulang untuk tidak ikut serta dalam perang tarif data.
Apalagi, layanan suara dan SMS yang selama ini menjadi andalan operator tiga besar tersebut terus menurun dan bahkan menurut sejumlah direksi operator besar, kisarannya sudah fifty-fifty alias 50 persen banding 50 persen.
Tarif layanan data memang seperti bola liar, karena belum diatur secara spesifik oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).
Yang paling diuntungkan tentu over the top (OTT), karena dengan tarif layanan data yang murah, maka layanannya akan laku didownload oleh pengguna seluler di Indonesia, sedangkan operator hanya bisa gigit jari setelah jaringannya banyak digunakan aplikasi asing tanpa kompensasi yang berarti.
Namun, dari sisi pelanggan, perang tarif layanan data tentunya sangat menguntungkan dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang, operator tentu tak bisa bertahan lama dan akhirnya kualitas layanannya menurun. Bila sudah demikian, maka pelanggan juga lah yang rugi. (mdk/nvl)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah terlalu memberatkan keuangan perusahaan telekomunikasi dengan biaya penggunaan frekuensi yang semakin naik.
Baca SelengkapnyaKondisi operator seluler di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaLayanan Over The Top (OTT) seperti Google dan Meta, masih menjadi permasalahan hingga hari ini.
Baca SelengkapnyaTak mudah bagi industri telekomunikasi untuk menatap masa depan. Butuh bantuan pemerintah agar bisnis mereka terus berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaIndustri halo-halo sedang tidak baik-baik saja. Pemerintah harus hadir dengan terobosan regulasi.
Baca SelengkapnyaAda banyak tugas menanti Menkominfo pilihan Presiden Prabowo, salah satunya di sektor telekomunikasi.
Baca SelengkapnyaRespons pengusaha internet mendengar statment pejabat pemerintah soal harga murah Starlink.
Baca SelengkapnyaOperator seluler khawatir jika tidak ada ketidakadilan dalam berbisnis saat satelit Starlink Elon Musk masuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaPelanggan Smartfren sekarang sudah dapat menikmati paket Unlimited Suka-Suka. Paket tersebut bisa didapatkan dengan mudah melalui aplikasi MySF.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan mengenai VoLTE dan harga dari layanan milik Telkomsel ini.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga langsung melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap operator SPBU tersebut.
Baca SelengkapnyaKekhawatiran muncul manakala Starlink melakukan perang harga dengan perusahaan internet lokal.
Baca Selengkapnya