Pekerjaan Rumah Menkominfo Era Prabowo Siap Menanti, Ini Daftarnya
Ada banyak tugas menanti Menkominfo pilihan Presiden Prabowo, salah satunya di sektor telekomunikasi.
Prabowo Subianto- Gibran Rakabuming Raka direncanakan akan dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pada Minggu (20/10). Beragam harapan muncul dari kalangan industri saat keduanya memimpin nanti. Salah satunya industri telekomunikasi.
Dalam dekade terakhir, bisnis telekomunikasi cenderung menurun. Segala daya dan upaya telah dikerahkan namun hasilnya masih stagnan. Sebagai contoh operator seluler. Dulu, jumlah operator seluler di Indonesia mencapai 11 perusahaan, kemudian kini hanya 4 yang tersisa yakni Telkomsel, XL Axiata, Indosat Ooredoo Hutchison, dan Smartfren.
Sayangnya, penurunan jumlah pemain tidak serta merta mengerek pangsa pendapatan perusahaan. Justru pertumbuhan pendapatan operator seluler pada 2022 rata-rata hanya mencapai 1,8 persen hingga 2 persen.
Padahal, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang disetorkan negara dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus meningkat. Contohnya pada 2018, PNBP Kominfo mencapai Rp 21,3 triliun. Kemudian pada 2021, melejit di angka Rp 25,4 triliun.
Dengan demikian, boleh dikatakan mayoritas PNBP Kominfo disumbangkan oleh penyelenggara telekomunikasi, terutama operator seluler yang saat ini sedang menghadapi kesulitan.
Lantas, apa harapan mereka? Marwan O. Baasir, Sekjen Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mengatakan pada dasarnya pihaknya mendukung penuh siapapun Menkominfo yang akan ditunjuk oleh Presiden Prabowo.
“Kita support siapapun menteri pilihan Pak Prabowo,” kata Marwan dikutip dari podcast Gizmotalk, Kamis (17/10).Yang jelas, lanjut Marwan, orang pilihan yang akan duduk di kursi Menkominfo punya banyak tugas yang perlu dibenahi khususnya di sektor telekomunikasi.
“Paling penting adalah fokus area yang harus dibenahi. Menurut kami, ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan,” jelas dia.
Beberapa aspek yang perlu ditingkatkan adalah; pertama, regulatory cost. Kedua, lelang spektrum, dan ketiga perlu membangun fiberisasi agar 5G betul-betul siap.
“Jangan sampai nanti 5G serasa 4G ya. Kemudian, fixed mobile convergence perlu kita dorong. Beberapa regulasi perlu sinkronisasi, misal privasi, pengolahan data, AI Ethic perlu diperdalam jangan sampai disalahgunakan, penyehatan industri, dan e-SIM,” ungkap Marwan.
Tak hanya itu saja, Marwan juga berharap agar Menkominfo bisa menciptakan iklim usaha yang fair antara perusahaan telekomunikasi dengan platform Over The Top (OTT) asing seperti Instagram, TikTok, dan Facebook.
“Dengan OTT itu juga penting. Dan mengajak diskusi seluruh asosiasi di industri internet agar bersama-sama memajukan Indonesia,” jelas dia.