Terungkap Ada Semburan Gas di Alam Semesta, Fenomena Langka
Centaur dulunya berada di Sabuk Kuiper beku di luar orbit Neptunus.
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) berhasil menangkap semburan gas dari objek mirip komet yang jauh bernama Centaur. Para ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai semburan gas primordial yang berasal dari proses pembentukan sistem tata surya.
Menurut laporan Live Science pada Sabtu (13/10), fenomena ini memberikan wawasan mengenai pembentukan centaur, komposisinya, dan bagaimana objek ini bertransisi menjadi komet. Dahulu, centaur berada di Sabuk Kuiper yang beku di luar orbit Neptunus, namun interaksi gravitasi dengan Neptunus mendorong beberapa centaur lebih jauh ke dalam.
-
Apa yang ditemukan astronom? Astronom dunia telah mengonfirmasi penemuan sebuah planet yang memiliki kecepatan orbit yang tinggi. Planet yang baru ditemukan tersebut adalah TOI-1347 b. Ia mengorbit bintangnya hanya selama 20 jam 24 menit atau 0,85 hari.
-
Bagaimana semburan gas terjadi? Ditambahkan Birman, semburan tersebut muncul setelah para pekerja hendak menghentikan pencarian sumber air baru. Saat itu mereka merasa putus asa, dan hendak membereskan alat.Di tengah suasana itu, tiba-tiba semburan kencang dengan suara gemuruh muncul di lokasi hingga menghebohkan orang di sana.
-
Apa yang ditemukan di luar angkasa? Belakangan ini astronot dikejutkan dengan ditemukannya sejumlah planet baru di luar angkasa. Planet tersebut bernama HD 110067 yang merupakan sekumpulan 6 planet yang mengorbit pada satu bintang.
-
Dimana semburan gas terjadi? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
-
Apa yang ditemukan Teleskop James Webb di alam semesta? Para astronom telah melihat tanda tanya kosmik saat menggunakan teleskop James Webb.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di luar angkasa? Baru-baru ini, tim astronom internasional berhasil menangkap salah satu peristiwa paling langka di alam semesta, yaitu Luminous Fast Blue Optical Transient (LFBOTs).
Saat ini, mereka mengorbit matahari di antara Jupiter dan Neptunus. Di wilayah tersebut, centaur terpengaruh oleh orbit Jupiter yang dapat menarik mereka lebih dekat ke matahari. Proses ini mengubah centaur menjadi komet periode pendek yang mengelilingi bintang kita dalam waktu kurang dari 200 tahun.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature, centaur dianggap sebagai sisa-sisa dari pembentukan sistem planet. Lebih dari 500 centaur telah teridentifikasi, tetapi astronom memperkirakan ada sekitar 10 juta centaur yang mungkin masih tersembunyi di luar sana. Salah satu centaur yang paling dikenal adalah 29P/Schwassmann-Wachmann 1, yang mengalami letusan setiap enam hingga delapan minggu.
Observasi sebelumnya dengan gelombang radio menunjukkan adanya semburan gas karbon monoksida yang mengarah ke matahari, namun Spektrograf Near-Infrared JWST (NIRSpec) mengungkapkan lebih banyak informasi.
NIRSpec menemukan semburan kedua karbon monoksida (CO) dari 29P yang mengarah ke utara, serta dua semburan karbon dioksida (CO2) yang belum pernah terlihat sebelumnya, yang mengarah ke utara dan selatan. Penyebab pengeluaran gas ini masih belum jelas. Pada umumnya, semburan gas pada komet terjadi ketika es air memanas akibat sinar matahari, menguap, dan meledak melalui permukaan, membentuk ekor komet dan membawa gas bersamanya.
Namun, JWST tidak menemukan bukti adanya uap air dalam semburan ini, yang tidak mengejutkan para peneliti karena 29P berada terlalu jauh dari matahari untuk memungkinkan sublimasi es air. Observasi tersebut mengindikasikan bahwa 29P mungkin bukan satu objek tunggal, melainkan beberapa objek yang terperangkap bersama, yang dikenal sebagai "biner kontak."
Penemuan semacam ini semakin umum, contohnya Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang dikunjungi misi Rosetta dari Badan Antariksa Eropa, serta Arrokoth, objek Sabuk Kuiper yang dijumpai oleh pesawat luar angkasa New Horizons pada 2019. Sayangnya, 29P terlalu jauh untuk JWST dapat memecahkan rincian nukleusnya. Namun, pemodelan komputer 3D dari titik asal semburan gas menunjukkan bahwa semburan tersebut berasal dari lokasi yang berbeda, dengan bagian-bagian yang berbeda dari 29P terbuat dari material yang beragam.
Komet Centaur
Sejak tahun 2016, para astronom telah menerbitkan penelitian mengenai ancaman komet jenis Centaur yang berpotensi menabrak Bumi. Komet Centaur memiliki orbit yang jauh dari Bumi, berada di luar Neptunus dengan bentuk yang memanjang dan tidak stabil.
Orbit ini melintasi planet-planet seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, di mana gaya gravitasi mereka dapat mengubah arah komet menuju Bumi. Tim ilmuwan yang terdiri dari Davi Asher dan Mark Bailey dari Armagh Observatory, serta Duncan Steel dan Bill Napier dari University of Buckingham, memperkirakan bahwa komet Centaur dapat mendekati Bumi setiap 40.000 hingga 100.000 tahun sekali.
Ketika komet Centaur mendekat, ia akan mengalami kehancuran secara perlahan akibat panas yang dipancarkan oleh Matahari. Para ilmuwan juga memperingatkan tentang potensi berbahaya dari pecahan komet Centaur yang dapat membombardir Bumi, mengingat ukuran pecahan tersebut bisa mencapai puluhan kilometer.