Sekolah Pagesangan Gunungkidul, Belajar dan Berdaya dari Desa
![Sekolah Pagesangan Gunungkidul, Belajar dan Berdaya dari Desa](https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2021/06/18/1319962/540x270/sekolah-pagesangan-gunung-kidul-belajar-dan-berdaya-dari-desa.jpeg)
Merdeka.com - Bersentuhan dengan tanah sudah menjadi kegiatan yang biasa di Sekolah Pagesangan. Berlari ke kebun menanam ubi, jagung. Mengeruk tanah kemudian menutup kembali dan menunggu tumbuh. Sekolah Pagesangan yang berada di Dusun Wintaos, Desa Girimulya, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta ini memang berbeda dengan sekolah formal pada umumnya.
Selain buku dan alat tulis, cangkul menjadi alat belajar mereka. Ya, Sekolah Pagesangan memilih tema belajar bertani sebagai muatan proses belajar. Membangun proses pendidikan kontekstual dengan situasi budaya setempat. Mengingat bertani merupakan bagian yang mengakar kuat dari kebudayaan di Girimulya, Panggang
Tak diajari layaknya sekolah formal, mereka lebih banyak belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Mereka diajari cara bertani dan berkebun, wirausaha, permainan tradisional dan lain-lain.
-
Bagaimana petani milenial ini belajar bertani? Dalam bertani pepaya, Aksin belajar secara autodidak. Ia belajar dari para peternak pepaya lain. Tak hanya ilmu yang didapat, ia juga mendapat banyak motivasi dari para mentornya.
-
Bagaimana anak-anak belajar di Kampung Saungkuriang? 'Akhir KKN ini, kami menerima kunjungan empat sekolah SD di Kecamatan Cipondoh, untuk merasakan langsung pesona Kampung Saungkuriang. Dengan kegiatan memberi makan hewan, membuat ekoprint, dan beberapa kerajinan dari barang bekas. Serta membuat aquaponik di mana anak-anak dapat menanam sekaligus memelihara ikan,' paparnya.
-
Bagaimana cara Museum Tani Jawa Indonesia mengajarkan proses bertani tempo dulu? Berbagai peralatan koleksi museum tersebut digunakan dalam proses bertani padi tempo dulu. Kristya menjelaskan proses bertani saat itu dimulai dengan menyebarkan benih, kemudian mencangkul sawah, setelah itu sawah dibajak dan disiram air lalu dibiarkan selama 1-2 hari, setelah itu sawah kembali disiram air baru kemudian ditanami padi.
-
Siapa yang bantu anak belajar? 'Anak-anak membutuhkan dukungan dari orang dewasa yang peduli dan penuh kasih, yang membentuk lingkungan dan pengalaman mereka,' jelas Ravenscroft.
-
Bagaimana anak laki-laki belajar? Jika guru meminta anak laki-laki menggambar atau membuat storyboard dibanding duduk dan menulis, mereka akan bisa lebih baik dalam mempergunakan warna dan detail terkait apa yang mereka tuliskan. Mereka bisa mengakses lebih banyak informasi,“
-
Apa yang anak pelajari? Kecepatan dalam belajar ini sangat intensif sebelum anak mencapai usia lima tahun, ketika hampir semua yang mereka alami atau temui terasa baru bagi mereka.
![sekolah pagesangan gunung kidul](https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2021/06/18/1319962/content_images/670x335/20210618121741-1-sekolah-pagesangan-gunung-kidul-005-tyas-titi-kinapti.jpeg)
Tak hanya belajar menanam, Sekolah Pagesangan atau yang biasa disebut SP ini juga belajar memproduksi dan menjual makanan siap santap olahan dari kebun.
Suara anak-anak terdengar riang di gubug kecil bambu ini. Kali ini, anak-anak belajar mengolah makanan dari singkong. Tangannya sibuk memarut bahan baku utama, sesekali bercanda bersama kawannya.
Nantinya, hasil olahan tanaman di Sekolah Pagesangan akan dijual. Dari nasi tiwul, tepung gaplek, kripik singkong dan sederat makanan lainnya. Anak-anak di SP ini memang diajak untuk wirausaha. Karena kewirausahaan menjadi salah satu cara dan strategi keluar dari kemiskinan.
![sekolah pagesangan gunung kidul](https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2021/06/18/1319962/content_images/670x335/20210618125951-2-sekolah-pagesangan-gunung-kidul-003-tyas-titi-kinapti.jpeg)
"Jiwaligung Totoli Totoli Gung, Jebreeet" bunyi anak-anak serentak. Lirik lagu ini mengalun pelan dari bilik dinding yang terbuat dari bambu. Suasana kebersamaan memang terasa kental di Sekolah Pagesangan ini.
Selain belajar bertani, berwirausaha sekolah ini juga mengenalkan kembali permainan tradisional yang perlahan mulai punah tergeser zaman. Seperti permainan yang satu ini bernama Jiwaligung / Jiwalugong. Bermain lompatan tanpa menyentuh kaki pemain lawan, mereka yang mampu menjadi pemenang.
Tanpa gawai, keceriaan mereka terpancar jelas. Sekolah Pagesangan ini turut melestarikan permainan tradisional dan menanamkan kembali makna kebersamaan.
![sekolah pagesangan gunung kidul](https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2021/06/18/1319962/content_images/670x335/20210618121742-2-sekolah-pagesangan-gunung-kidul-002-tyas-titi-kinapti.jpeg)
Komunitas yang ada sejak 2009 ini berdiri dari kekhawatiran Diah Widuretno. Banyak pemuda desa yang meninggalkan desa dan menyambung hidup di kota. Sekolah Pagesangan pun mencoba menahan laju urbanisasi agar ada regenerasi petani di Gunungkidul.
Wanita alumni Institut Pertanian Bogor ini tak sendiri bersama relawan ia mengajar di Sekolah Pagesangan. Dedikasinya penuh, tak ada honor dalam kegiatan ini. Tetapi cita-citanya tetap utuh, menginginkan masyarakat Wintaos bisa berdaya dari desanya.
![sekolah pagesangan gunung kidul](https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2021/06/18/1319962/content_images/670x335/20210618125952-4-sekolah-pagesangan-gunung-kidul-004-tyas-titi-kinapti.jpeg)
Tak hanya anak-anak, proses belajar di Sekolah Pagesangan juga diikuti oleh remaja, ibu-ibu sampai bapak-bapak. Kelompok remaja kegiatan belajar kebanggaan menjadi anak desa, serta belajar mandiri dan bertanggung jawab. Kelompok ibu-ibu mengolah hasil panen dan kelompok bapak-bapak belajar budidaya pertanian organik.
Tidak ada batasan usia, gender, status sosial dan tempat tinggal. Siapapun boleh dan bisa bergabung menjadi anggota dan belajar di sana. Sekolah Pagesangan membuka pintu lebar-lebar untuk orang yang mau belajar.
Sesuai dengan namanya 'Gesang' yang berati hidup. Sekolah Pagesangan bak sekolah kehidupan. Menyadarkan warga dusun Wintaos bisa berdaya tanpa harus meninggalkan desa.
(mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
![Jauh dari Gadget, Begini Keseruan Anak-anak di Kampung Pasir Gudang Cianjur Isi Waktu Luang](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2024/1/18/1705556830006-h0xir.png)
Anak-anak di Kampung Pasir Gudang tidak bermain gadget saat mengisi waktu luang, melainkan mencari belut di sawah.
Baca Selengkapnya![Mengenal Keunikan Kampung Ciburial Garut, Ada Pertunjukan Wayang Sayur](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2023/8/8/1691474840431-q5glx.jpeg)
Pertunjukkan wayang di sini unik karena tokohnya dibuat dari ragam sayur mayur.
Baca Selengkapnya![Mengunjungi Cipayung Edufarm, Ajak Warga Jakarta Belajar Jadi Petani](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2024/8/6/1722928841112-02qh3.jpeg)
Di lokasi ini tersedia kesempatan bagi siapapun untuk melakukan budidaya tanaman mulai dari menyemai sampai memanennya.
Baca Selengkapnya![Peringati HAN 2024, BRI Ajak Anak SD Belajar Tanam Hidroponik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2024/7/23/1721734682098-71xrs.jpeg)
BRI mengambil peran memberikan dukungan bagi kemajuan pendidkan anak-anak di Indonesia.
Baca Selengkapnya![Hari Pertama Tahun Ajaran Baru, Begini Momen Perjuangan Guru yang Mengajar di Desa Terpencil](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2024/7/11/1720672411142-hht2v.jpeg)
Bahkan, para guru ini harus menggunakan perahu untuk menuju ke tempat sekolah tersebut.
Baca Selengkapnya![Menjelajah di Kampung Saungkuriang, Ajak Anak-anak Mengenal Alam dengan Seru di Tengah Kota Tangerang](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2024/6/7/1717749880958-6tgyc.jpeg)
Kegiatan mengolah barang bekas dan memelihara ikan turut membuat anak-anak senang di sana.
Baca Selengkapnya![Dulu Kerja Kantoran, Pensiunan BUMN Ini Pilih Jalani Hari Tua Jadi Petani di Madiun](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2024/7/23/1721712753214-ylhk5.jpeg)
Sandjoko menjadi pegawai BUMN selama 33 tahun. Setelah pensiun, ia memutuskan untuk jadi petani di kampungnya.
Baca Selengkapnya![Kementan Yakin Pengembangan Agroeduwisata di Cianjur Berdampak Positif](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2023/7/15/1689423439492-zz0p8.jpeg)
Kementan menyerahkan pengelolaan pengembangan dua Agroeduwisata di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kepada Kelompok Tani (Poktan) setempat
Baca Selengkapnya![Tak Hanya Jaga Ketahanan Pangan, BUMN Pupuk Terapkan Cara Ini untuk Dukung Sektor Pendidikan di Tanah Air](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2024/6/6/1717676797161-0heipg.jpeg)
Perusahaan secara aktif terus berupaya mendukung berbagai program untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan literasi.
Baca Selengkapnya![Mengenal Pomosda Nganjuk, Pesantren Modern Tertua di Indonesia yang Punya Program Ngaji Tani](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2024/1/25/1706150792242-1sfbv.jpeg)
Pesantren ini terkenal dengan program pemberdayaan masyarakat sekitar.
Baca Selengkapnya![Hanya Ada 13 Rumah, Kampung Terpencil di Tengah Hutan Banjarnegara Ini Super Bersih](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2024/4/23/1713870537591-tz7yp.jpeg)
Jarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca Selengkapnya![Edukasi & Dukung Energi Bersih, PIS Tanam Pohon dan Pasang PLTS di SMP 2 Cilegon](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/newsCover/2025/1/17/1737120945785-sh2k7.jpeg)
Dalam kesempatan ini, Kepala SMP Negeri 2 Cilegon Hj. Nurhayati, S.Pd., M.Pd. sangat menyambut positif kegiatan ini.
Baca Selengkapnya