Sekolah Pagesangan Gunungkidul, Belajar dan Berdaya dari Desa
Merdeka.com - Bersentuhan dengan tanah sudah menjadi kegiatan yang biasa di Sekolah Pagesangan. Berlari ke kebun menanam ubi, jagung. Mengeruk tanah kemudian menutup kembali dan menunggu tumbuh. Sekolah Pagesangan yang berada di Dusun Wintaos, Desa Girimulya, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta ini memang berbeda dengan sekolah formal pada umumnya.
Selain buku dan alat tulis, cangkul menjadi alat belajar mereka. Ya, Sekolah Pagesangan memilih tema belajar bertani sebagai muatan proses belajar. Membangun proses pendidikan kontekstual dengan situasi budaya setempat. Mengingat bertani merupakan bagian yang mengakar kuat dari kebudayaan di Girimulya, Panggang
Tak diajari layaknya sekolah formal, mereka lebih banyak belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Mereka diajari cara bertani dan berkebun, wirausaha, permainan tradisional dan lain-lain.
-
Bagaimana petani milenial ini belajar bertani? Dalam bertani pepaya, Aksin belajar secara autodidak. Ia belajar dari para peternak pepaya lain. Tak hanya ilmu yang didapat, ia juga mendapat banyak motivasi dari para mentornya.
-
Bagaimana anak-anak belajar di Kampung Saungkuriang? 'Akhir KKN ini, kami menerima kunjungan empat sekolah SD di Kecamatan Cipondoh, untuk merasakan langsung pesona Kampung Saungkuriang. Dengan kegiatan memberi makan hewan, membuat ekoprint, dan beberapa kerajinan dari barang bekas. Serta membuat aquaponik di mana anak-anak dapat menanam sekaligus memelihara ikan,' paparnya.
-
Kenapa belajar itu diibaratkan seperti makan sayur? Belajar itu kayak makan sayur. Nggak selalu enak, tapi sehat buat masa depan!
-
Bagaimana anak laki-laki belajar? Jika guru meminta anak laki-laki menggambar atau membuat storyboard dibanding duduk dan menulis, mereka akan bisa lebih baik dalam mempergunakan warna dan detail terkait apa yang mereka tuliskan. Mereka bisa mengakses lebih banyak informasi,“
-
Apa saja alat bantu belajar membaca? Berikut beberapa jenis alat bantu belajar membaca anak yang bisa menjadi rekomendasi Anda: • Kartu Kata: Kartu kata adalah kartu yang menampilkan gambar dan kata-kata yang sesuai. Anak-anak dapat belajar membaca sambil mencocokkan gambar dengan kata-kata yang benar.
-
Apa saja yang ditanam Seni Tani? 'Dari sekian banyak sayangnya yang bagus ditanam di wilayah ini adalah sayuran hijau seperti bayam, pakcoy, caisim dll,' terangnya
Tak hanya belajar menanam, Sekolah Pagesangan atau yang biasa disebut SP ini juga belajar memproduksi dan menjual makanan siap santap olahan dari kebun.
Suara anak-anak terdengar riang di gubug kecil bambu ini. Kali ini, anak-anak belajar mengolah makanan dari singkong. Tangannya sibuk memarut bahan baku utama, sesekali bercanda bersama kawannya.
Nantinya, hasil olahan tanaman di Sekolah Pagesangan akan dijual. Dari nasi tiwul, tepung gaplek, kripik singkong dan sederat makanan lainnya. Anak-anak di SP ini memang diajak untuk wirausaha. Karena kewirausahaan menjadi salah satu cara dan strategi keluar dari kemiskinan.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso"Jiwaligung Totoli Totoli Gung, Jebreeet" bunyi anak-anak serentak. Lirik lagu ini mengalun pelan dari bilik dinding yang terbuat dari bambu. Suasana kebersamaan memang terasa kental di Sekolah Pagesangan ini.
Selain belajar bertani, berwirausaha sekolah ini juga mengenalkan kembali permainan tradisional yang perlahan mulai punah tergeser zaman. Seperti permainan yang satu ini bernama Jiwaligung / Jiwalugong. Bermain lompatan tanpa menyentuh kaki pemain lawan, mereka yang mampu menjadi pemenang.
Tanpa gawai, keceriaan mereka terpancar jelas. Sekolah Pagesangan ini turut melestarikan permainan tradisional dan menanamkan kembali makna kebersamaan.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas PrakosoKomunitas yang ada sejak 2009 ini berdiri dari kekhawatiran Diah Widuretno. Banyak pemuda desa yang meninggalkan desa dan menyambung hidup di kota. Sekolah Pagesangan pun mencoba menahan laju urbanisasi agar ada regenerasi petani di Gunungkidul.
Wanita alumni Institut Pertanian Bogor ini tak sendiri bersama relawan ia mengajar di Sekolah Pagesangan. Dedikasinya penuh, tak ada honor dalam kegiatan ini. Tetapi cita-citanya tetap utuh, menginginkan masyarakat Wintaos bisa berdaya dari desanya.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas PrakosoTak hanya anak-anak, proses belajar di Sekolah Pagesangan juga diikuti oleh remaja, ibu-ibu sampai bapak-bapak. Kelompok remaja kegiatan belajar kebanggaan menjadi anak desa, serta belajar mandiri dan bertanggung jawab. Kelompok ibu-ibu mengolah hasil panen dan kelompok bapak-bapak belajar budidaya pertanian organik.
Tidak ada batasan usia, gender, status sosial dan tempat tinggal. Siapapun boleh dan bisa bergabung menjadi anggota dan belajar di sana. Sekolah Pagesangan membuka pintu lebar-lebar untuk orang yang mau belajar.
Sesuai dengan namanya 'Gesang' yang berati hidup. Sekolah Pagesangan bak sekolah kehidupan. Menyadarkan warga dusun Wintaos bisa berdaya tanpa harus meninggalkan desa.
(mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak-anak di Kampung Pasir Gudang tidak bermain gadget saat mengisi waktu luang, melainkan mencari belut di sawah.
Baca SelengkapnyaPertunjukkan wayang di sini unik karena tokohnya dibuat dari ragam sayur mayur.
Baca SelengkapnyaDi lokasi ini tersedia kesempatan bagi siapapun untuk melakukan budidaya tanaman mulai dari menyemai sampai memanennya.
Baca SelengkapnyaBRI mengambil peran memberikan dukungan bagi kemajuan pendidkan anak-anak di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBahkan, para guru ini harus menggunakan perahu untuk menuju ke tempat sekolah tersebut.
Baca SelengkapnyaKegiatan mengolah barang bekas dan memelihara ikan turut membuat anak-anak senang di sana.
Baca SelengkapnyaSandjoko menjadi pegawai BUMN selama 33 tahun. Setelah pensiun, ia memutuskan untuk jadi petani di kampungnya.
Baca SelengkapnyaKementan menyerahkan pengelolaan pengembangan dua Agroeduwisata di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kepada Kelompok Tani (Poktan) setempat
Baca SelengkapnyaPerusahaan secara aktif terus berupaya mendukung berbagai program untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan literasi.
Baca SelengkapnyaPesantren ini terkenal dengan program pemberdayaan masyarakat sekitar.
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca Selengkapnya