Begini Nasib Relawan MER-C Indonesia di Gaza Israel Serang & Bombardir RS Indonesia
Pihak MER-C Indonesia menyatakan bahwa pasukan pendudukan Israel terus melancarkan serangan militer ke RS Indonesia di Gaza pada 19 Oktober 2024.
Serangan Israel semakin meluas dan tidak mengenal batas. Fasilitas kesehatan pun menjadi sasaran serangan tentara zionisi sejak awal invasi di Gaza berlangsung.
Salah satu yang terkena dampak adalah Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang dilaporkan kembali diserang dan bahkan terbakar. MER-C Indonesia mengeluarkan pernyataan mengenai serangan terhadap RS Indonesia di Gaza.
"Gaza Utara kembali mengalami kerusakan massal sejak 7 Oktober 2024, dan tiga fasilitas kesehatan yang tersisa, yaitu RS Indonesia, RS Al-Awda, dan RS Kamal Adwan, juga menjadi target yang sudah direncanakan," seperti yang diungkapkan oleh pihak MER-C Indonesia melalui akun Instagram @mercindonesia pada Selasa (22/10/2024).
Pernyataan dari MER-C Indonesia menyebutkan bahwa pasukan pendudukan zionis Israel secara sistematis telah melakukan pengepungan selama 15 hari (sejak 4 Oktober 2024) di RS Indonesia. Akibatnya, seluruh pasokan bahan bakar, logistik medis, dan kebutuhan dasar terhenti, yang mengakibatkan kelaparan bagi staf dan pasien yang berlindung di rumah sakit, hingga dua pasien menjadi syahid.
Selain itu, pihak MER-C Indonesia juga menambahkan bahwa pasukan pendudukan Israel terus melancarkan serangan ke RS Indonesia pada 19 Oktober 2024.
"Tanpa alasan yang jelas, setelah 15 hari memutus jalur logistik, fasilitas kemanusiaan ini dihancurkan, dan dampaknya belum bisa kami perkirakan," ungkap mereka.
Mengenai kondisi relawan MER-C Indonesia di RS Indonesia di Gaza, MER-C Indonesia pun memberi penjelasan.
"Relawan medis MER-C dari Indonesia telah bertugas selama dua bulan terakhir di RS Indonesia, memberikan bantuan medis terutama untuk kasus trauma kepada masyarakat yang terpinggirkan di Gaza Utara. Namun, seluruh relawan MER-C di utara telah dievakuasi ke Gaza Tengah, dan mereka menyaksikan sendiri bahwa RS Indonesia selama ini digunakan untuk kegiatan medis kemanusiaan," seperti yang tercantum dalam rilis bertajuk "Pernyataan Sikap MER-C Indonesia terhadap Serangan Militer Penjajah ke Rumah Sakit Indonesia".
Kekejaman Israel pada Kemanusiaan Harus Dihentikan
Rumah Sakit Indonesia di Gaza merupakan inisiatif yang diusung oleh MER-C sejak tahun 2009. Proses pembangunan rumah sakit ini dimulai pada tahun 2011 dan dibiayai melalui sumbangan dari masyarakat Indonesia yang berkomitmen pada semangat bahwa "kemerdekaan adalah hak segala bangsa, maka penjajahan di dunia harus dihapuskan."
Pada tahun 2016, rumah sakit ini diserahkan kepada pemerintah Palestina. RS Indonesia kini berfungsi sebagai fasilitas kesehatan utama di Gaza Utara dan menjadi simbol harapan bagi rakyat Palestina dalam perjuangan mereka untuk merdeka.
MER-C terus berupaya meningkatkan layanan kesehatan, terutama di tengah situasi yang semakin memburuk akibat pembantaian massal yang dilakukan oleh penjajah pada tahun 2023. Dalam konteks ini, MER-C Indonesia menegaskan sikapnya:
"Kejahatan terhadap kemanusiaan yang terencana dan berulang, terhadap manusia dan fasilitas yang mendukung hak asasi manusia oleh penjajah Zionis harus dihentikan, tidak ada argumen atau rasionalisasi yang dapat diterima," ungkap perwakilan MER-C Indonesia atas nama relawan mereka.
Keberadaan rumah sakit ini tidak hanya penting dalam memberikan layanan kesehatan, tetapi juga sebagai wujud solidaritas dan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Israel Membakar Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Pada Senin (21/10), dilaporkan bahwa pasukan Israel membakar Rumah Sakit Indonesia yang terletak di Gaza utara. Rumah sakit ini merupakan salah satu dari tiga rumah sakit yang masih berfungsi di antara sepuluh rumah sakit yang ada di daerah tersebut, menurut pernyataan dari kementerian kesehatan setempat.
Kejadian pembakaran ini terjadi setelah beberapa saksi melaporkan bahwa tentara Israel juga membakar gedung-gedung yang menjadi tempat perlindungan bagi ribuan orang.
"Rumah sakit di Beit Lahia, yang berada di sebelah utara Jabalia, menjadi target langsung," ungkap kementerian kesehatan Gaza, seperti yang dikutip oleh The National pada Selasa (22/10/2024).
Mereka juga menambahkan bahwa generator rumah sakit tersebut telah dibom, yang berakibat pada pemutusan aliran listrik dan menyebabkan "pasien meninggal setelah terputus dari perangkat oksigen". Dengan adanya pembatasan ketat terhadap pergerakan mereka, staf rumah sakit dilaporkan terpaksa menguburkan jenazah di dalam kompleks medis yang masih dikepung.
"Bahkan pilihan untuk memprioritaskan yang terluka tidak lagi tersedia, karena banyak dari yang terluka dibiarkan mati kehabisan darah kemarin karena banyaknya korban," kata kementerian kesehatan Gaza.
Salah seorang saksi mata, Yousri Qarmout, memberi tahu The National bahwa pasukan Israel membakar gedung-gedung di Beit Lahia yang menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang.
"Pendudukan tidak berhenti menggunakan taktik pembakaran dan pembongkaran selama operasi ini. Setiap hari, kami melihat gumpalan asap mengepul di mana-mana," ujarnya.
"Kemarin, tentara Israel membakar banyak gedung di sekitar Rumah Sakit Indonesia, daerah yang terkenal dengan banyak tempat berlindung. Kebakaran belum berhenti dan asap mencapai sebagian besar wilayah Gaza utara, sementara suara ledakan terus berlanjut tanpa henti." Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa membaca di sini.
Serangan Sebelumnya di Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Pada hari Sabtu, 19 Oktober 2024, Israel melancarkan serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia yang terletak di Beit Lahiya, Gaza utara. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa artileri Israel menargetkan lantai atas rumah sakit, yang saat itu menampung lebih dari 40 pasien dan staf medis.
Menurut laporan dari Anadolu yang dikutip pada Senin, 21 Oktober, situasi di rumah sakit semakin memburuk akibat pemadaman listrik, yang sangat membahayakan nyawa pasien, terutama mereka yang bergantung pada mesin oksigen.
"Dua pasien di unit perawatan intensif tewas karena pengepungan rumah sakit oleh tentara Israel dan memutus aliran listriknya selama berjam-jam," ungkap sumber medis dari rumah sakit tersebut kepada Anadolu.
Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Marwan Sultan, menggambarkan kondisi yang sangat mengkhawatirkan, dengan menyatakan bahwa setidaknya 30 pasien terluka dan 10 di antaranya sangat membutuhkan dukungan oksigen. Ia memperingatkan bahwa nyawa pasien terancam jika pemadaman listrik terus berlangsung.
Selain itu, sekelompok warga sipil yang terpaksa berkumpul di luar gerbang rumah sakit juga terkena tembakan artileri, yang menyebabkan korban jiwa, menurut para saksi. Mereka melaporkan bahwa rumah sakit tersebut dikepung oleh pasukan Israel, yang juga mengepung tempat penampungan bagi ribuan warga sipil yang terlantar di sekitar area tersebut.
Menteri Kesehatan Majed Abu Ramadan mengonfirmasi kematian dua pasien dalam sebuah siaran pers yang dikutip dari situs WAFA, "Kami kehilangan dua pasien hari ini akibat pengepungan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan [Israel] di Rumah Sakit Indonesia dan terputusnya pasokan listrik serta pasokan medis yang diperlukan.
"Abu Ramadan menjelaskan bahwa pasien, individu yang terluka, dan staf layanan kesehatan di Gaza saat ini berada dalam kondisi yang sangat kritis, dengan risiko kematian yang mengancam setiap saat.