Cerita Wahab Chasbullah Dipanggil 'Macan' saat Masuk Pesantren, Mau Ditangkap lalu Sembunyi di Semak-Semak
Setelah banyak belajar, Mbah Wahab menjadi salah satu ulama besar yang ikut mendirikan Nahdlatul Ulama.

Syaikhona Kholil Al-Bangkalani atau dikenal sebagai Mbah Kholil Bangkalan merupakan sosok yang sangat dikenal di kalangan Nahdliyin dan masyarakat Madura.
Dia ulama karismatik yang diakui sebagai salah satu waliyullah. Selama hidupnya, Mbah Kholil memiliki banyak santri yang datang dari berbagai penjuru.
Di antara santrinya adalah KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan KH Abdul Wahab Chasbullah. Syekh Kholil memiliki metode unik dalam mendidik santrinya agar menjadi ulama terkemuka.
Seperti yang diceritakan oleh Gus Muwafiq, Mbah Hasyim jarang menghadiri pengajian dengan Mbah Kholil, tetapi ia berhasil menjadi ulama besar. Mbah Kholil tidak hanya mendorong santrinya untuk belajar, tetapi juga sering meminta Kiai Hasyim untuk melakukan berbagai tugas.
Akibatnya, ketika Kiai Hasyim ingin belajar, majelis ilmunya sudah selesai. Selain itu, Mbah Kholil juga memiliki cara yang unik dalam memperlakukan murid-muridnya, termasuk KH Wahab Chasbullah yang masih muda. Ketika Kiai Wahab pertama kali datang, ia dipanggil 'macan' oleh Mbah Kholil, dan santri lainnya berusaha mengusirnya.
Mereka tidak mengetahui alasan di balik sebutan tersebut. Namun, seiring waktu, Kiai Wahab diterima oleh Mbah Kholil. Setelah banyak belajar, Kiai Wahab menjadi salah satu ulama besar yang turut mendirikan Nahdlatul Ulama. Berikut adalah kisah lengkapnya.
'Macan' Masuk Pesantren

Saat bulan Syawal tiba, Mbah Kholil menginstruksikan para santrinya untuk memperketat keamanan di seluruh area pesantren, terutama di pintu masuk.
Instruksi ini diberikan karena Mbah Kholil mendengar kabar bahwa akan ada macan yang masuk ke dalam pesantren.
"Wahai semua santri, mulai hari ini kalian harus meningkatkan penjagaan di pesantren, terutama di gerbang masuk, karena ada kabar bahwa macan akan masuk ke sini," demikian perintah Mbah Kholil kepada seluruh santrinya, seperti yang dilansir dari laman Syaichona.net, Rabu (29/8).
Kabar tersebut langsung membuat para santri merasa panik. Namun, karena ini adalah perintah dari guru, mereka tetap melaksanakan tugas dengan lebih ketat dalam menjaga pesantren.
Seiring berjalannya waktu, meski telah berjaga, macan yang disebutkan tidak juga muncul. Alih-alih mengurangi kewaspadaan, para santri justru semakin memperkuat penjagaan di pesantren sebagai bentuk ketaatan mereka kepada guru.
Pada minggu ketiga, seorang pemuda yang sangat kurus datang dengan membawa koper besi dan ingin menjadi santri Mbah Kholil. Namun, kedatangan pemuda itu tidak disambut seperti tamu lainnya. Mbah Kholil malah berteriak memanggil para santrinya.
"Hei, para santri, kemarilah, ini dia macan yang kita tunggu-tunggu, tangkap dia!" seru Mbah Kholil dengan suara yang lantang.
Pemuda itu langsung panik saat disebut macan, apalagi melihat para santri yang berusaha menangkapnya. Akhirnya, pemuda tersebut melangkah perlahan dan kemudian melompat untuk bersembunyi di balik semak-semak.
Sosok 'Macan' Wahab Chasbullah

Setelah bersembunyi selama beberapa waktu, pemuda itu tetap berusaha untuk menjadi santri Mbah Kholil. Saat ia mencoba untuk masuk kembali ke pesantren, para santri Mbah Kholil berusaha menangkapnya lagi.
Dalam situasi tersebut, pemuda itu terpaksa melarikan diri. Hal ini terus berulang setiap harinya. Suatu malam, ia dengan hati-hati mengendap dan akhirnya berhasil memasuki pesantren.
Meskipun demikian, rasa takutnya terhadap santri yang mungkin menangkapnya masih membayangi. Karena kelelahan, ia memutuskan untuk beristirahat dan akhirnya tertidur.
Menjelang waktu sholat Subuh, Mbah Kholil tiba-tiba mendekati pemuda itu dan membangunkannya. Ia kemudian memerintahkan pemuda tersebut untuk masuk ke dalam. Dengan demikian, Mbah Kholil menerima pemuda itu sebagai santrinya.
Pemuda yang dijuluki 'macan' oleh Mbah Kholil tersebut adalah Kiai Wahab Chasbullah
Di kemudian hari, ia dikenal sebagai sosok yang berilmu, pendiri organisasi NU, serta banyak memberikan kontribusi untuk kemerdekaan Indonesia.
Ia juga sangat dihormati oleh lawan, layaknya macan seperti yang diungkapkan Mbah Kholil. Kisah Kiai Wahab yang dipanggil 'macan' oleh Mbah Kholil ketika muda ini diambil dari situs resmi Pesantren Moch. Cholil, dan referensinya berasal dari Surat kepada Anjing Hitam. Wallahu'alam.
Tontonlah Video yang Direkomendasikan Ini:
Berikut adalah versi yang berbeda dari kalimat tersebut tanpa mengubah konteksnya: