Kesulitan Mencari Susu, Cerita Pilu Ibu di Gaza Terpaksa Beri Tepung Anaknya Agar Kenyang
Berikut cerita pilu Ibu di Gaza terpaksa beri tepung ke anaknya agar kenyang.
Berikut cerita pilu Ibu di Gaza terpaksa beri tepung ke anaknya agar kenyang.
Kesulitan Mencari Susu, Cerita Pilu Ibu di Gaza Terpaksa Beri Tepung Anaknya Agar Kenyang
Kekejaman Israel terhadap Palestina sudah tidak bisa ditolerir lagi.
Bagaimana tidak, ribuan korban jiwa yang gugur atas kekejian Israel ini banyak dari kalangan anak-anak dan wanita. Mirisnya, warga Palestina yang masih hidup pun dibuat sengsara oleh mereka.
Terlihat bagaimana akses bantuan kemanusiaan yang dipersulit masuk ke wilayah Gaza Palestina oleh tentara Israel.
Sehingga, banyak warga Palestina yang merasakan kelaparan. Bahkan, tidak sedikit pula anak-anak menderita malnutrisi akibat asupan makanan yang tidak menentu.
Seperti cerita pilu Ibu di Gaza Palestina satu ini. Ia pun terpaksa memberikan tepung ke anaknya agar kenyang. Hal itu terpaksa dilakukannya karena sulitnya mencari susu di tengah gempuran Israel.
Lantas bagaimana cerita pilu Ibu di Gaza Palestina ini? Melansir dari RFI (Radio France Internationale), Kamis (6/6), simak ulasan informasinya berikut ini.
Susu tersebut nantinya akan diberikan kepada anaknya sebagai makanannya. Namun sayang, Ia tidak menemukan satu botol susu pun untuk memuaskan rasa laparnya.
"Youssef membutuhkan perawatan dan susu, tapi tidak tersedia di Gaza," ujar ibu berusia 33 tahun itu kepada AFP di rumah sakit Al-Aqsa Martyrs di Gaza tengah, tempat putranya dirawat karena kekurangan gizi.
Youssef yang saat itu sedang terbaring lemah dari tempat tidur.
Tubuhnya yang lemah ini hanya menerima obat melalui selang infus di kakinya. Di mana obat tersebut sangat dibutuhkan.
Melihat kondisi sang putra, Ia terpaksa sampai memberikan tepung agar bisa mengisi kekosongan perut putranya.
Sayang, tepung yang dikonsumsi putranya ini mampu membuat perut kembung.
Amira al-Taweel sebenarnya tidak sendirian.
Masih ada begitu banyak Ibu di Gaza Palestina yang juga merasakan penderitaan tersebut.
Para Ibu yang berada di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa pun juga merasa khawatir dengan kondisi anak-anak mereka yang kekurangan gizi. Seperti Ibu dari anak bernama Saif.
"Kami bergantung pada bantuan yang datang ke sini dan diberikan kepada anak-anak," kata Noha al-Khaldi, ibu Saif, yang kulitnya terentang hingga tulang yang menonjol.
Noha mengungkapkan anaknya sepanjang malam menderita.
Ia juga mengatakan bahwa anaknya seharusnya menjalani operasi, namun sayang harus ditunda.
RFI (Radio France Internationale)
Di sisi lain, Hazem Mostafa, seorang dokter anak di rumah sakit tersebut, menyalahkan penutupan penyeberangan Rafah di selatan sebagai penyebab memburuknya situasi.
Penyeberangan itu sendiri adalah saluran utama bantuan ke Gaza dari negara tetangga Mesir, akan tetapi pasukan Israel menguasainya pada 7 Mei.
Sejak itu, tidak ada bantuan yang masuk ke wilayah tersebut melalui penyeberangan. Selain itu, tidak ada pasien sakit atau terluka yang dapat meninggalkan Mesir untuk mendapatkan perawatan.
Sebagaimana diketahui, kantor media pemerintah Hamas mengatakan, setidaknya 32 orang tewas karena kekurangan gizi di Gaza. Dari ke-32 orang tersebut, banyak dari anak-anak.
Kondisi tersebut diperparah sejak perang pecah pada 7 Oktober menyusul serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh militan Hamas terhadap Israel.
Sejak serangan yang mengakibatkan kematian ribuan orang Israel, kampanye militer balasan Israel telah menewaskan 36.439 orang di Gaza. Menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas, sebagian besar korban berasal dari warga sipil.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa lebih dari 4 dari 5 anak tidak makan sepanjang hari setidaknya sekali dalam 72 jam.
"Anak-anak kelaparan," ujar juru bicara WHO Margaret Harris dalam sebuah pernyataan.
Lebih lanjut, kata lembaga bantuan, meningkatnya angka kekurangan gizi di kalangan anak-anak Gaza ini rupanya sebagian besar karena disebabkan oleh bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah Palestina tidak mencapai tujuan yang diharapkan.
Bahkan sejak pertengahan Januari, badan kemanusiaan PBB OCHA telah melakukan skrining terhadap lebih dari 93.400 anak balita di Gaza untuk mengetahui adanya kekurangan gizi, termasuk 7.280 anak yang ditemukan mengalami kekurangan gizi akut.
Malnutrisi sangat umum terjadi di Gaza utara, yang hanya menerima sedikit bantuan pada bulan-bulan awal perang.
Hanya dalam beberapa minggu terakhir setelah lembaga bantuan memperingatkan akan terjadinya kelaparan, sebagian besar bantuan pangan dialihkan melalui penyeberangan baru.