Nyali Houthi Yaman Bikin Negara-Negara Arab Minder, Dibombardir Langsung Serang Balik Kapal Induk AS & Israel
Houthi serang kapal induk AS dan wilayah Israel sebagai bentuk balasan.

Kelompok milisi Houthi melaporkan adanya 17 serangan menghantam area Saada dan Amrah di Yaman pada 26 Maret 2025 waktu setempat. Houthi menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas rentetan serangan udara tersebut.
Media yang berafiliasi dengan Houthi melaporkan, bahwa pesawat tempur AS melakukan serangan udara agresif yang menyebabkan kerusakan material pada properti warga. Sebagai tanggapan dari tindakan tersebut, Houthi pun melakukan serangan balasannya.
Yaman lalu melancarkan dua operasi militer terhadap satu kapal induk AS, USS Harry S Truman di Laut Merah. Sementara serangan lainnya menargetkan lokasi militer Israel di Tel Aviv dengan pesawat nirawak.

"Konfrontasi dan bentrokan berlanjut selama beberapa jam," kata juru bicara Houthi Yahya Saree dikutip dari laman Aljazeera (27/3).
Saree menambahkan, bahwa Houthi juga disebut akan terus menghadapi agresi Amerika dan melawan eskalasi dengan eskalasi.
"Houthi terus mencegah navigasi Israel di perairan strategis di lepas pantai Yaman dan akan melaksanakan operasi melawan musuh Israel hingga agresi berhenti dan blokade di Jalur Gaza dicabut," imbuhnya.
Saree menekankan bahwa Yaman akan terus memblokir jalur kapal-kapal yang terkait dengan Israel di laut lepas, hingga Israel menghentikan perangnya di Gaza dan mencabut pengepungannya terhadap wilayah Palestina.

Diketahui jika Yaman secara konsisten ikut serta melakukan serangan menggunakan rudal dan pesawat nirawak sejak akhir tahun 2023, sebagai bentuk solidaritas atas apa yang terjadi di Jalur Gaza.
Sekretaris Dewan Politik Tertinggi Yaman, Yasser al-Houri, mengumumkan posisi negaranya untuk mendukung rakyat Palestina hingga mereka mendapatkan kembali semua hak mereka yang sah.
"Bangsa dan angkatan bersenjata Yaman menganggap membela Palestina sama halnya membela diri mereka sendiri dan Umat Islam," kata Houri dalam wawancara eksklusif dengan IRNA.
Serangan Amerika ke Yaman
Sebelumnya, Yaman menyampaikan ultimatum kepada Israel untuk segera membuka wilayah perbatasan dan membiarkan truk pembawa pasokan bantuan untuk masuk ke wilayah Gaza.
Israel memblokir masuknya pasokan dasar ke Gaza pada 1 Maret untuk menekan Hamas agar menerima persyaratannya sendiri untuk melanjutkan gencatan senjata yang telah dimulai awal tahun ini.
Di tengah ultimatum Yaman, AS melancarkan serangan udara di Yaman pada 15 Maret dengan alasan bahwa tujuannya adalah untuk melindungi pengiriman internasional.
Yaman telah menolak klaim tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan udara AS yang sedang berlangsung merupakan bagian dari dukungan Washington untuk Tel Aviv. Akibatnya, Yaman juga ikut melakukan serangan balik.
Pemimpin Houthi Sebut Tak Takut dengan AS dan Israel

Pejabat Houthi Yaman Mohammed Al-Bukhaiti blak-blakan menyebut jika pihaknya sama sekali tidak takut dengan ancaman-ancaman yang dilakukan AS dan Israel. Hal tersebut disampaikan lewat wawancara yang dilakukan Al-Jazeera Network (Qatar) pada Sabtu (15/3) lalu.
"Kami hanya takut kepada Allah SWT. Dahulu kami juga ditakut-takuti dengan AS dan Israel. Namun kami tetap berperang hingga tercapainya gencatan senjata di Gaza. Benar bahwa dunia saat ini dikendalikan dengan kepentingan, ambisi dan ancaman. Sebab itu Yaman bangkit atas dasar agama, moral dan kemanusiaan," tegas Al-Bukhaiti.
"Tentu saja kalkulasi keimanan berbeda dengan kalkulasi materi. Sekuat apapun AS mereka tidak lebih kuat dari Allah SWT. Kita semua di bawah kuasa Allah baik itu AS atau seluruh dunia. Apa yang tidak bisa diwujudkan AS di masa Biden, juga tidak bisa diwujudkan di masa Trump," tegasnya.
Jawaban menohok terus dilancarkan oleh Al-Bukhaiti selama wawancara. Selain dengan tegas menyebut siap melawan balik AS, Houthi juga menyayangkan sikap negara Arab lainnya yang dianggap seolah lepas tangan dan enggan benar-benar melindungi Palestina.