Waspadai Gejala Darah Tinggi yang Sering Diabaikan, Jangan Anggap Sepele!
Berikut gejala darah tinggi yang sering kali diabaikan.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis kronis di mana tekanan darah dalam arteri meningkat secara persisten melebihi batas normal. Tekanan darah diukur dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (angka atas) dan tekanan diastolik (angka bawah).
Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi jika tekanan darahnya berada pada angka 130/80 mmHg atau lebih. Penting untuk dipahami bahwa hipertensi merupakan kondisi yang serius dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan jika tidak ditangani dengan baik.
Bahkan, hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup umum ditemui di masyarakat. Namun, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi karena gejalanya yang sering tidak terlihat.
Oleh karena itu, mengenali gejala dan faktor risiko hipertensi sangat penting untuk pencegahan dan penanganan yang tepat. Apa saja gejala darah tinggi yang sering kali diabaikan?
Melansir dari berbagai sumber, Kamis (20/3), simak ulasan informasinya berikut ini.
Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori utama: hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Memahami penyebab hipertensi sangat penting untuk penanganan yang efektif.
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer adalah jenis hipertensi yang paling umum, mencakup sekitar 90-95% kasus. Penyebab pastinya tidak diketahui, namun beberapa faktor yang berkontribusi meliputi:
- Genetik: Riwayat keluarga dengan hipertensi meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi yang sama.
- Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.
- Gaya hidup: Pola makan yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan, dan merokok.
- Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan beban kerja jantung dan dapat menyebabkan hipertensi.
- Stres: Tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan dapat meningkatkan tekanan darah.
- Sensitivitas garam: Beberapa orang lebih sensitif terhadap efek natrium pada tekanan darah.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Meskipun lebih jarang (sekitar 5-10% kasus), penyebabnya lebih mudah diidentifikasi. Beberapa penyebab hipertensi sekunder meliputi:
- Penyakit ginjal kronis
- Gangguan kelenjar adrenal
- Gangguan tiroid
- Sleep apnea
- Penyakit pembuluh darah bawaan
- Penggunaan obat-obatan tertentu (seperti pil KB, dekongestan, obat anti-inflamasi non-steroid)
- Konsumsi alkohol berlebihan
- Penggunaan narkoba
Faktor Risiko Hipertensi
Memahami faktor risiko hipertensi sangat penting untuk pencegahan dan pengelolaan kondisi ini. Faktor risiko dapat dibagi menjadi dua kategori: yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
1. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
Ini adalah faktor-faktor yang dapat diubah atau dikendalikan melalui perubahan gaya hidup atau intervensi medis:
- Obesitas atau kelebihan berat badan: Memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas 25 meningkatkan risiko hipertensi.
- Pola makan tidak sehat: Konsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan rendah serat dapat meningkatkan risiko.
- Kurang aktivitas fisik: Gaya hidup sedentari berkontribusi pada peningkatan tekanan darah.
- Konsumsi alkohol berlebihan: Minum lebih dari satu (untuk wanita) atau dua (untuk pria) minuman beralkohol per hari dapat meningkatkan tekanan darah.
- Merokok: Nikotin dalam rokok meningkatkan detak jantung dan menyempitkan pembuluh darah.
- Stres: Tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan dapat mempengaruhi tekanan darah.
- Konsumsi kafein berlebihan: Meskipun efeknya bervariasi pada setiap individu, kafein dapat meningkatkan tekanan darah secara sementara.
- Kurang tidur: Tidur kurang dari 6 jam per malam dapat meningkatkan risiko hipertensi.
2. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Ini adalah faktor-faktor yang tidak dapat diubah namun penting untuk diketahui:
- Usia: Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 65 tahun.
- Jenis kelamin: Pria cenderung mengalami hipertensi pada usia yang lebih muda dibandingkan wanita.
- Riwayat keluarga: Memiliki orang tua atau saudara kandung dengan hipertensi meningkatkan risiko.
- Ras: Beberapa kelompok etnis, seperti orang Afrika-Amerika, memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi.
- Kondisi medis tertentu: Penyakit ginjal kronis, diabetes, dan sleep apnea dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Gejala Hipertensi
Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena sebagian besar penderitanya tidak menunjukkan gejala yang jelas. Banyak orang baru mengetahui bahwa mereka mengalami hipertensi setelah melakukan pemeriksaan rutin atau ketika komplikasi sudah terjadi. Namun, beberapa orang mungkin mengalami gejala-gejala berikut:
- Sakit kepala: Terutama di bagian belakang kepala atau tengkuk, biasanya terjadi di pagi hari.
- Pusing atau vertigo: Sensasi berputar atau ketidakseimbangan.
- Penglihatan kabur: Gangguan pada penglihatan akibat tekanan pada pembuluh darah mata.
- Mimisan: Pendarahan dari hidung yang terjadi secara spontan.
- Nyeri dada: Rasa tidak nyaman atau tekanan di dada, terutama di bagian kiri.
- Sesak napas: Kesulitan bernapas atau napas pendek.
- Detak jantung tidak teratur: Jantung berdebar-debar atau ritme yang tidak normal.
- Kelelahan: Rasa lelah yang berlebihan tanpa sebab yang jelas.
- Mual dan muntah: Terutama pada kasus hipertensi yang parah.
- Telinga berdenging: Suara berdengung atau berdesing di telinga (tinnitus).
- Keringat berlebih: Berkeringat lebih banyak dari biasanya, terutama di malam hari.
- Wajah kemerahan: Terutama pada area pipi dan leher.
- Gangguan tidur: Kesulitan tidur atau kualitas tidur yang buruk.
Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini tidak selalu menunjukkan hipertensi dan bisa disebabkan oleh kondisi lain. Sebaliknya, seseorang dengan hipertensi mungkin tidak mengalami gejala sama sekali. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin sangat penting untuk mendeteksi hipertensi sejak dini.
Pada kasus hipertensi yang parah atau krisis hipertensi, gejala yang muncul bisa lebih serius dan memerlukan penanganan medis segera. Gejala-gejala tersebut meliputi:
- Sakit kepala yang sangat parah
- Kebingungan atau perubahan kesadaran
- Penglihatan ganda atau kehilangan penglihatan
- Nyeri dada yang intens
- Mual dan muntah yang parah
- Kejang
- Sesak napas yang berat
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera cari bantuan medis karena kondisi ini dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.