2017, Industri kimia dan tekstil ditargetkan tumbuh 5,4 persen
Merdeka.com - Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri kimia, tekstil dan aneka (IKTA) akan mencapai 5,4 persen sepanjang 2017. Capaian ini didorong dari maraknya investasi dan ekspansi di sektor strategis tersebut.
"Industri kimia memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar dibandingkan sektor IKTA lainnya. Apalagi, dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga membuat investasi di sektor ini menarik dan berbagai proyek masih jalan terus," ujar Dirjen IKTA Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Jumat (9/6).
Meski secara umum investasi di sektor IKTA yang paling tinggi adalah industri kimia. Namun, saat ini, pihaknya juga memacu pengembangan industri lainnya agar dapat meningkatkan pertumbuhannya masing-masing.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Bagaimana IKN mendorong pertumbuhan ekonomi? UU Nomor 21 Tahun 2023 mengamanatkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan merata, mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia-sentris dan pembangunan IKN melalui penguatan peran Otorita IKN, didukung lintas sektor.
-
Bagaimana Kemenko Perekonomian tingkatkan daya saing industri? 'Perjalanan transformasi industri untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produknya masih Panjang, sehingga sinergi yang sudah terjalin selama ini harus dilanjutkan dan diperkuat lagi,' jelas Menko Airlangga.
-
Kenapa Kemnaker ingin meningkatkan peran industri dalam SIPK? 'Saat ini Indonesia dalam tahap pengembangan SIPK dan dalam upaya meningkatkan partisipasi industri untuk memanfaatkannya, ' ujar Ida Fauziyah.
-
Bagaimana Jokowi mendorong investasi di IKN? Jokowi juga menegaskan pentingnya dukungan investasi saat ini untuk mewujudkan visi pembangunan Ibu Kota Nusantara.'Jadi kalau mau investasi, sekali lagi, sekarang,' tegasnya.
"Kami terus berupaya meningkatkan daya saing dan produktivitas seluruh industri agar bisa sama-sama maju dan berkembang," jelasnya.
Kemenperin mencatat, pertumbuhan IKTA pada kuartal pertama 2017 sebesar 5,16 persen atau naik 0,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Sigit pun merinci, pertumbuhan tersebut ditopang oleh sektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 10,4 persen.
"Kemudian disusul industri karet, yakni barang dari karet dan plastik sebesar 7,52 persen, serta industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 7,41 persen,” tegas Achmad.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Kemenperin memprioritaskan percepatan pembangunan industri petrokimia di dalam negeri pada tahun 2017. Sebab, sektor strategis ini berperan penting sebagai pemasok bahan baku bagi banyak manufaktur hilir seperti industri plastik, tekstil, cat, kosmetika hingga farmasi.
"Untuk itu, kami mendorong investasi industri petrokimia agar bisa terealisasi tahun ini. Apalagi, pabrik petrokimia terakhir dibangun pada tahun 1998," kata Airlangga.
Airlangga menyebutkan, ada beberapa perusahaan petrokimia yang telah melaporkan untuk segera menanamkan modalnya di Indonesia dalam upaya menambah kapasitas dan membangun pabrik baru. Misalnya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. selaku industri nasional, akan menggelontorkan dana sebesar USD 6 miliar atau sekitar Rp 80 triliun sampai tahun 2021 dalam rangka peningkatan kapasitas produksi.
Pada tahun ini, perseroan akan berinvestasi sebesar USD 150 juta untuk menambah kapasitas butadiene sebanyak 50.000 ton per tahun dan polietilene 400.000 ton per tahun. Kemudian, industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical Titan akan merealisasikan investasinya sebesar USD 3-4 miliar atau sekitar Rp 52-53 triliun untuk memproduksi nafta cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per tahun.
Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lainnya. Pada kuartal I-2017, nilai investasi sektor IKTA mencapai Rp 22,17 triliun. Sedangkan, sasaran untuk total nilai investasi tahun 2017 sebesar Rp 152 triliun. Realisasi investasi sektor IKTA tahun 2016 mencapai Rp 122,5 triliun dengan kontribusi sekitar 37,24 persen terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas nasional.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejalan dengan proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5,0% pada 2024, realisasi investasi menunjukkan tren
Baca SelengkapnyaTetapi sangat disayangkan sekali dalam konteks 5 subsektor industri, hirilisasi pertambangan masih mendapatkan fokus yang lebih berat.
Baca SelengkapnyaKerap kali peraturan atau regulasi yang sudah diputuskan di level pusat tidak dapat dijalankan di level daerah karena alasan-alasan tertentu.
Baca SelengkapnyaTingginya target investasi tersebut untuk mendorong ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang di atas 5 persen.
Baca SelengkapnyaKementerian Perindustrian menawarkan tiga strategi agar industri tekstil dalam negeri tetap bangkit.
Baca SelengkapnyaAdapun sepanjang Januari - Desember 2023, realisasi investasi telah mencapai Rp1.418,9 triliun atau melebihi target 101,3 persen dari target.
Baca SelengkapnyaTarget realisasi investasi di Kaltim tahun 2023 ditetapkan pencapaiannya sebesar Rp 64,5 triliun.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga optimis target pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen tahun ini tercapai, meski sejumlah harga komoditas unggulan terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaPlt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, kelima sektor ini berkontribusi sebesar 64,94 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Baca SelengkapnyaAngka ini telah melebih target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo sebesar Rp1.400 triliun.
Baca SelengkapnyaProses pembagunan IKN yang tengah berjalan, diharapkan dapat terus mengungkit angka investasi daerah.
Baca Selengkapnya