Ada Isu Santet yang Bikin PNS Takut Pindah ke IKN
Presiden Prabowo Subianto menyetujui anggaran kelanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) periode 2025-2029 sebesar Rp48,8 triliun.

Presiden Prabowo Subianto menyetujui anggaran kelanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) periode 2025-2029 sebesar Rp48,8 triliun.
Dia menargetkan agar lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif dapat beroperasi secara resmi di kawasan tersebut dalam waktu tiga tahun ke depan.
Proyek ambisius ini bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki tata kelola yang terintegrasi.
Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Basuki Hadimuljono mengatakan, pada pembangunan tahap II ini, Prabowo mempunyai target IKN menjadi ibu kota politik.
Telan Biaya Rp48,8 Triliun

Dia mengaku diberikan mandat untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur ekosistem yudikatif dan legislatif baik untuk kantor dan huniannya.
Untuk menyelesaikan target tersebut tahun 2025-2029 dibutuhkan APBN sebesar Rp48,8 triliun.
Pertama menyelesaikan kompleks legislatif, yudikatif, dan ekosistem pendukungnya serta membuka akses menuju IKN wilayah perencanaan (WP) 2.
"Rp48,8 triliun tadi Bapak Presiden sudah setuju untuk dialokasikan di OIKN untuk menyelesaikan tadi,” ujar Basuki dalam keterangannya, Rabu (29/1).
IKN dirancang sebagai ibu kota politik untuk mendukung tata kelola negara yang modern dan terintegrasi dengan infrastruktur berstandar global.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan dan mendorong pembangunan yang lebih merata, sementara Jakarta tetap berfungsi sebagai pusat ekonomi dan bisnis.
ASN Tak Mau Pindah, Takut Santet

Sebagai pusat pemerintahan, pemindahan Aparatur Sipil Negara (ASN) ke Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi sebuah keharusan. Rencananya, gelombang pertama ASN akan mulai pindah pada April 2025, tepat setelah perayaan Idulfitri.
Namun, di balik proses relokasi ini, muncul cerita menarik. Beberapa ASN dikabarkan merasa was-was bukan karena adaptasi lingkungan atau fasilitas yang belum sepenuhnya siap, melainkan karena isu mistis.
Kalimantan Timur, khususnya masyarakat suku Dayak, dikenal memiliki tradisi spiritual yang kental, termasuk kepercayaan terhadap santet. Hal ini menimbulkan kegelisahan bagi sebagian ASN yang akan menetap di sana.
Santet merupakan sebuah cara atau media untuk mengirim ilmu mistis kepada korban yang menjadi sasaran targetnya.
Karena hal itulah, santet disebut jadi salah satu isu yang ditakutkan para ASN ketika menerima wacana pemindahan tugas ke IKN.
Kata Pejabat Otorita IKN

Selaku pejabat otorita IKN, Alimuddin pun merespons kegelisahan ASN yang takut untuk pindah ke IKN karena adanya santet.Ia meminta agar para ASN tidak membayangkan Kalimantan seperti zaman dahulu, walau ia tak menutup mata soal keberadaan santet.
"Santet, believe or not believe, saya pernah mengalami. Tapi santet itu di Banyuwangi ada, di Banten ada, di mana saja juga ada," kata Alimuddin dalam ASN Fest 2024 di Jakarta, Sabtu (3/8).
"Jadi mindsetnya diubah, Kalimantan tidak seperti yang anda bayangkan. Kalimantan tidak seperti yang kita bayangkan zaman-zaman dulu," tambahnya.
Tradisi Berburu Kepala

Lebih lanjut, Alumuddin juga menceritakan jika Kalimantan memang sejak dulu dikenal kental dengan tradisi mistis. Ia mencontohkan, salah satunya adalah ngayau atau tradisi berburu kepala. Namun, hal tersebut sudah tak ada lagi.
Tradisi ngayau sudah dibereskan melalui Perjanjian Tumbang Anoi pada 1894. Alumuddin kemudian meminta para ASN untuk tidak fokus ke permasalahan santet.
Terlepas dari kepercayaan setiap orang, menurutnya, ilmu santet tidak hanya ada di Kalimantan saja. Maka, seharusnya bukan menjadi hal yang terlalu dikhawatirkan.