Anggota DPR Curigai Motif Penguasaan Data di Balik Rencana TikTok Gandeng Tokopedia
TikTok dikabarkan akan menggandeng Tokopedia untuk membuka e-commerce di Indonesia.
TikTok dikabarkan akan menggandeng Tokopedia untuk membuka e-commerce di Indonesia.
Anggota DPR Curigai Motif Penguasaan Data di Balik Rencana TikTok Gandeng Tokopedia
TikTok nampaknya masih gencar untuk membuka bisnis di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan media sosial asal China TikTok telah mengajukan diri bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna mendirikan perusahaan e-commerce untuk berbisnis di Indonesia.
Tak hanya itu, baru-baru ini TikTok juga dikabarkan akan menggandeng Tokopedia untuk membuka e-commerce di Indonesia.
Sontak hal ini menjadi perhatian banyak pihak, mengingat pemerintah telah mewanti-wanti akan adanya monopoli harga (predatory pricing) dan penguasaan data yang dilakukan oleh TikTok.
Anggota Komisi VI DPR, Amin AK memberi perhatian serius terhadap penguasaan data konsumen jika platform asal China Tiktok benar-benar jadi menggandeng Tokopedia masuk dalam bisnis e-Commerce.
"Upaya TikTok maupun platform media sosial lainnya dengan menggandeng perusahaan lokal seperti halnya GOTO (Gojek - Tokopedia) tentu dimaksudkan untuk mendapatkan big data yang dimiliki perusahaan lokal. Itu sesuatu yang sulit dicegah," kata Amin di Jakarta, Rabu (29/11).
Merdeka.com
Menurutnya, penguasaan data ini perlu diawasi secara serius.
Bahaya penyalahgunaan data harus menjadi perhatian semua pihak, termasuk pemerintah. Ini juga dipertanyakan kepada mitra lokal, dalam hal ini GoTo yang belakangan disebut serius menjajaki kerja sama dengan Tiktok.
"Dan mengenai bahaya atau tidaknya, itu sangat tergantung kepada komitmen perusahaan lokal yang dijadikan mitranya, seperti GOTO misalnya. Soal data konsumen Indonesia, sebetulnya tanpa bekerjasama dengan GOTO pun platform TikTop Shop sudah menguasai data konsumen Indonesia dalam jumlah cukup besar. Bahkan, platform TikTop secara teknologi lebih advance dibanding media sosial lainnya," sambungya.
Sebelumnya, Amin mengatakan project social commerce atau Project S yang diluncurkan TikTok mengancam UMKM lokal. Karena melalui proyek tersebut, yang diuntungkan adalah pelaku usaha asal China.
"Di saat UMKM kita belum mampu bersaing, sektor UMKM kembali mendapat tantangan sekaligus ancaman dengan diluncurkannya proyek social commerce atau project S oleh platform media sosial TikTok yang juga dinamai fitur Trendy Beat. Program ini memanfaatkan pasar Indonesia yang sangat besar, namun memprioritaskan penjualan produk UMKM dari China," ujar Amin saat rapat paripurna.
Mengutip data Bank Indonesia, transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp476,3 triliun. Tetapi 90 persennya atau Rp428,67 triliun dinikmati produsen asal China.
Kemudian, melalui aplikasi TikTok ini, UMKM China diminta untuk menjual barang yang laris bagi masyarakat Indonesia dan dipasarkan melalui project S tersebut.
"Tiktok menganalisis tren perilaku konsumen Indonesia, kemudian meminta UMKM China untuk memproduksi barang yang laris di masyarakat Indonesia. Dan produknya dipasarkan melalui Project S dengan promosi besar-besaran dan harga murah," ungkap Amin.