BI Sebut Utang Luar Negeri Indonesia Rp 5.258 Triliun Masih Aman, Ini Alasannya
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir November 2018 mencapai USD 372,9 miliar atau setara Rp 5.258 triliun (USD 1=Rp 14.101). Angka utang ini naik USD 12,3 miliar dibandingkan posisi pada akhir bulan sebelumnya.
Total utang luar negeri ini terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 183,5 miliar, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar USD 189,3 miliar.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Aida Budiman mengatakan, ULN perlu dikelola dengan hati-hati. Sebab ULN menjadi bagian dari sumber pembiayaan dalam negeri.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana utang negara dihitung? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Siapa yang terlilit utang ratusan juta? Eko Pujianto merupakanpengusaha muda yang pernah mengalami keterpurukan karena terjebak utang ratusan juta.
"Jadi ULN penting mengantarkan kita ke pusat ekonomi yang baik. Tetapi kita harus bisa melakukan mitigasi risiko," kata Aida di kantornya, Kamis (24/1).
Aida menegaskan saat ini kondisi ULN RI masih dalam batas aman. BI sendiri selalu memperhatikan risiko-risiko yang terkait dengan ULN tersebut.
"Kita pastikan hal-hal yang sesuai dengan perekonomiannya. Artinya kita tidak akan melakukan ULN yang berlebihan. Kita pastikan strukturnya. Berbagai macam rasio kita perhatikan dengan baik. Ini akan diberitakan ULN dari bank. Itu aman sesuai dengan kinerja perekonomian, komposisinya pun berimbang antara utang pemerintah dan swasta," ujarnya.
Dia mengungkapkan, ULN RI saat ini didominasi oleh ULN jangka panjang. "ULN kita nominalnya hampir USD 360 miliar, sesuai dengan kinerja perekonomian, komposisinya berimbang antara utang pemerintah dengan swasta," ujarnya.
"Dan kalau kita lihat dari komposisinya, rata-rata 80 persen itu jangka panjang. Jangka pendek itu kelihatan levelnya terpisah 15 sampai 20 persen, kalau kita ambil rata-rata mungkin sekitar 17 persen jangka pendeknya," ujarnya.
Dengan posisi tersebut, Aida menegaskan ULN Indonesia jauh lebih aman dibanding negara tetangga.
"Level ULN jangka pendek kita sekitar 15 sampai 20 persen itu ternyata hanya 13,2 persen terhadap PDB itu Indonesia. Perhatikan jika dibandingkan dengan negara tetangga lain, negara paling dekat misalnya Filipina itu 16,8 persen. Bahkan Thailand dan Malaysia itu di atas 40 persen. Jadi ULN kita yang jangka pendek tadi sangat aman levelnya jika dibandingkan dengan negara lain, relatif kecil dengan PDB kita," ujarnya.
Sementara itu, kalau dilihat dari total utang ULN terhadap PDB RI hanya mencapai 34,5 persen. "Kalau kita lihat dari bank dunia, kalau dari sisi publik itu hanya sekitar 17,2 persen dan untuk swasta 17,3 persen. Jadi sebagian cukup berimbang," tutupnya.
Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir November 2018 mencapai USD 372,9 miliar atau setara Rp 5.258 triliun (USD 1=Rp 14.101). Angka utang ini naik USD 12,3 miliar dibandingkan posisi pada akhir bulan sebelumnya.
Total utang luar negeri ini terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 183,5 miliar, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar USD 189,3 miliar.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Aida Budiman mengatakan, ULN perlu dikelola dengan hati-hati. Sebab ULN menjadi bagian dari sumber pembiayaan dalam negeri.
"Jadi ULN penting mengantarkan kita ke pusat ekonomi yang baik. Tetapi kita harus bisa melakukan mitigasi risiko," kata Aida di kantornya, Kamis (24/1).
Aida menegaskan saat ini kondisi ULN RI masih dalam batas aman. BI sendiri selalu memperhatikan risiko-risiko yang terkait dengan ULN tersebut.
"Kita pastikan hal-hal yang sesuai dengan perekonomiannya. Artinya kita tidak akan melakukan ULN yang berlebihan. Kita pastikan strukturnya. Berbagai macam rasio kita perhatikan dengan baik. Ini akan diberitakan ULN dari bank. Itu aman sesuai dengan kinerja perekonomian, komposisinya pun berimbang antara utang pemerintah dan swasta," ujarnya.
Dia mengungkapkan, ULN RI saat ini didominasi oleh ULN jangka panjang. "ULN kita nominalnya hampir USD 360 miliar, sesuai dengan kinerja perekonomian, komposisinya berimbang antara utang pemerintah dengan swasta," ujarnya.
"Dan kalau kita lihat dari komposisinya, rata-rata 80 persen itu jangka panjang. Jangka pendek itu kelihatan levelnya terpisah 15 sampai 20 persen, kalau kita ambil rata-rata mungkin sekitar 17 persen jangka pendeknya," ujarnya.
Dengan posisi tersebut, Aida menegaskan ULN Indonesia jauh lebih aman dibanding negara tetangga.
"Level ULN jangka pendek kita sekitar 15 sampai 20 persen itu ternyata hanya 13,2 persen terhadap PDB itu Indonesia. Perhatikan jika dibandingkan dengan negara tetangga lain, negara paling dekat misalnya Filipina itu 16,8 persen. Bahkan Thailand dan Malaysia itu di atas 40 persen. Jadi ULN kita yang jangka pendek tadi sangat aman levelnya jika dibandingkan dengan negara lain, relatif kecil dengan PDB kita," ujarnya.
Sementara itu, kalau dilihat dari total utang ULN terhadap PDB RI hanya mencapai 34,5 persen. "Kalau kita lihat dari bank dunia, kalau dari sisi publik itu hanya sekitar 17,2 persen dan untuk swasta 17,3 persen. Jadi sebagian cukup berimbang," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca SelengkapnyaJika dibandingkan dengan posisi akhir bulan Mei 2023, mengalami kenaikan Rp17,68 triliun.
Baca SelengkapnyaDalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaMayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca SelengkapnyaUtang Indonesia saat ini justru mengalami perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali karen hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang.
Baca SelengkapnyaPosisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,4 persen (yoy)
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca Selengkapnya