Biaya Perawatan Stadion JIS Capai Rp60 Miliar per Tahun, Untuk Apa?
Biaya per tahun untuk perawatan Jakarta International Stadium (JIS) berkisar Rp50-60 miliar. Angka ini juga mencakup biaya asuransi bangunan.
Biaya Perawatan Stadion JIS Capai Rp60 Miliar per Tahun, Untuk Apa?
Jakarta International Stadium (JIS) tengah menjadi buah bibir jelang perhelatan Piala Dunia U-17 yang berlangsung pada 10 November – 2 Desember 2023. Sebab, JIS dinilai tidak memenuhi standar FIFA.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, saat ini rumput di JIS tidak memenuhi standar FIFA.
Hal ini berdasarkan hasil evaluasi melibatkan tim ahli dari KaErpe, yang menunjukkan bahwa rumput JIS tidak masuk dalam standar FIFA untuk penyelenggaran Piala Dunia U-17.
"Kita akan ganti semua rumput tersebut, sesuai dengan ahlinya beliau, Pak Kamal sebagai ahli Agronomi untuk rumput di stadion. Menurut beliau harus diganti kalau mau 3 bulan bisa dipakai, itu untuk jangka pendek saja," kata Basuki, usai meninjau JIS, ditulis Rabu (5/7).
JIS juga memiliki persoalan terkait akses bagi pengunjung. Sebab, saat ini akses ke stadion hanya ada satu pintu eksisting.
"Jadi nanti akan kita tambah lagi 5 akses lagi (JIS). Baik itu dengan jembatan-jembatan penyebrangan, karena kemarin pengalaman menurut Jakmania juga banyak yang parkir di Ancol sehingga mau ke sini harus muter. Jadi akan kita bangunkan jembatan agar lebih cepat," ujar Basuki.
Merdeka.com
Padahal, JIS selama ini dikenal sebagai stadion kebanggaan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Tentunya biaya perawatan untuk stadion JIS tidak lah murah.
Lantas berapa biaya perawatan JIS?
Menurut catatan Merdeka.com, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro), Widi Amanasto mengungkap biaya per tahun untuk perawatan Jakarta International Stadium (JIS) berkisar Rp50-60 miliar. Angka ini juga mencakup biaya asuransi bangunan.
"Per tahunnya sekitar Rp50-60 (miliar) itu biaya untuk house keeping, security, mechanical plumbing, ada lampu itu per tahun termasuk utilitas juga asuransi bangunan itu masuk biaya operasional rutin," ucap Widi, dikutip Rabu (5/7).
Widi juga mengungkapkan, ada biaya depresiasi untuk bangunan senilai Rp150 miliar. Nilai tersebut muncul berdasarkan dari nilai bangunan Rp4,6 triliun dan angka menyusut dari sebuah bangunan selama 30 tahun.
"Depresiasi itu kalau kita beli satu kendaraan atau elektronik. Elektronik itu kalau sudah 5 tahun dianggap menyusut nanti pasti 0 karena harus diperbarui lagi. Itu lah biaya-biaya yang dalam pembukuan itu lazim dipakai karena depresiasi ada kewajiban amortisasi," jelasnya.