BRI Pastikan Tingkat Likuiditas Masih Kuat
Merdeka.com - Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyatakan bahwa likuiditas pihaknya masih kuat. Di mana, Loan To Deposit Ratio (LDR) BRI masih terjaga di kisaran 90 persen dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berkisar pada 18 persen.
"BRI sampai dengan hari ini itu sangat sehat," jelas Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam Live Stream Vol 4 bertajuk Indonesia Consumer Outlook: Understanding The Market From Nation's Biggest Bank, Jakarta, Sabtu, (27/6).
Namun demikian, Sunarso lebih menekankan dari sisi permintaan (demand) masih terganggu akibat pandemi Covid-19, yang diharapkannya segera pulih. Menurut Sunarso, saat masyarakat mulai kembali beraktivitas dalam masa transisi PSBB ini, maka saat itu pula demand mulai terbentuk.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Bagaimana BRI mempertahankan kinerja keuangannya? 'Kontributor utama penopang kinerja positif BRI tersebut diantaranya adalah penyaluran kredit yang tumbuh double digit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana murah yang juga tumbuh double digit, kualitas kredit yang terjaga, serta proporsi fee-based income yang porsinya terus meningkat terhadap keseluruhan pendapatan BRI', jelas Sunarso.
-
Apa aset BRI saat ini? Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian pada September 2023, Aset BRI mencapai Rp1.851,97 T atau tumbuh 9,93% (yoy).
-
Bagaimana BRI mempertahankan kinerja positif di tengah ketidakpastian? “Keberhasilan BRI Group menjaga kinerja positif tersebut ditunjukkan dari asset yang secara konsolidasian meningkat 9,93% year on year (yoy) menjadi Rp1.851,97 triliun. Pertumbuhan aset tersebut juga diiringi dengan perolehan laba dalam 9 bulan yang mencapai sebesar Rp44,21 triliun atau tumbuh 12,47% yoy“, jelasnya.
-
Mengapa BRI optimis dengan kinerjanya? Meskipun demikian, Sunarso tetap optimistis dengan kinerja BRI ke depan dan akan lebih fokus terhadap tantangan domestik.
-
Kenapa BRI optimis bisa capai target? “Alhamdulillah saat ini sudah jauh berkurang. Posisi Juni 2023 tinggal sekitar Rp83,2 triliun atau sekitar 7,64% dari total kredit BRI. Jadi setiap bulan kami turun antara Rp3 triliun sampai Rp5 triliun. Mudah-mudahan sisanya ini bisa kami kelola hingga akhir tahun ini terus menurun. Kami harapkan porsi tersebut dapat terus turun hingga rasio Loan at Risk (LAR) BRI bisa kembali dari 15,1% di Juni ini ke single digit. Mungkin akan kami dapat di akhir tahun depan atau tahun 2025,“ ujarnya penuh optimisme
Di mana, masyarakat mulai menggunakan uang mereka untuk berbagai hal yang lebih bervariatif, sehingga demand pasar mulai terbentuk. Dari demand pasar ini maka sisi produksi akan terpacu, sehingga meningkatkan demand terhadap kredit. Kemudian perekonomian mulai berputar.
"Ketika orang mulai beraktivitas lagi, mulai berinteraksi lagi untuk menggerakkan ekonomi maka mulai timbul keinginan untuk beli ini beli itu, timbul kebutuhan makan lebih bervariasi dan mulai pergi lagi ke tempat rekreasi, dan kemudian itu akan memacu produksi dan nanti akan meningkatkan demand terhadap kredit," bebernya.
"Demand kredit itu butuh likuiditas, dan begitu seterusnya, maka itulah yang akan memutar ekonomi kita untuk tumbuh," sambung Sunarso.
Dirut BRI Minta Masyarakat Bantu Pemulihan Ekonomi Indonesia Dengan Berbelanja
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sunarso, meminta peran serta masyarakat dalam membantu pemulihan ekonomi Indonesia imbas virus corona. Salah satunya dengan meningkatkan konsumsi masyarakat.
"Orang menarik uangnya dari bank, ada dua motif. Satu untuk dibelanjakan karena dia memang sekarang sedang tidak bekerja maka dia mantab - makan tabungan. Maka kalau seperti itu, narik uangnya terus dibelanjakan," ujarnya dalam Live Stream Vol 4 bertajuk Indonesia Consumer Outlook: Understanding The Market From Nation's Biggest Bank, Jakarta, Sabtu, (27/6).
Melalui langkah tersebut, menurut Sunarso, telah terjadi perputaran ekonomi. Di mana kegiatan konsumsi atau belanja (demand) ini akan berpengaruh pada sisi produksi (supply).
"Bahwa narik uang tadi, uangnya ditarik oleh pembeli, kemudian dibayarkan kepada penjual, kemudian penjual tadi naruh uangnya di mana, apakah di bank atau digunakan muter sebagai modal kerja, itu juga menumbuhkan perekonomian, itu tidak masalah," jelas Sunarso.
Reporter: Pipit Ika Ramadhani
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BRI optimis bisa tumbuh berkualitas dengan berbekal fundamental kuat serta kinerja positif selama ini.
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikan oleh Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto bahwa hingga kuartal III-2023 untuk kinerja bank only.
Baca SelengkapnyaPembagian dividen BRI nantinya tergantung dari persetujuan otoritas, termasuk Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan termasuk OJK.
Baca SelengkapnyaDirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
Baca SelengkapnyaDI waktu yang bersamaan, BRI diketahui memiliki permodalan kuat dengan rasio laba terhadap modal atau return on equity (ROE) sehat hingga Semester I 2023.
Baca SelengkapnyaPT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk optimistis dapat terus mencatatkan kinerja positif yang berkelanjutan di masa depan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2023 tercatat 6,54 persen yoy atau menjadi Rp8.147,17 triliun.
Baca SelengkapnyaSecara akumulatif kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi tertinggi mencapai 30% dari total portofolio.
Baca SelengkapnyaSeiring pulihnya kondisi perekonomian nasional, memasuki paruh kedua di tahun 2023, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kian optimistis.
Baca SelengkapnyaHingga akhir Maret 2024 tercatat BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89% year on year.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi.
Baca SelengkapnyaKondisi industri perbankan tercatat cukup resilien dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan sebesar 25,41 persen.
Baca Selengkapnya