Cerita 9 konglomerat Indonesia hindari pajak ke luar negeri
Merdeka.com - Tahun lalu, mantan kepala ekonom konsultan McKinsey, James Henry, telah mengeluarkan hasil studinya soal penyelewengan pajak di luar negeri atau lebih populer dengan tax havens. Menurut laporan tersebut, terdapat USD 21 triliun (Rp 198.113 triliun) pajak pengusaha di seluruh dunia yang seharusnya masuk kantong pemerintah, namun diselewengkan.
Siapa sangka di antara pengusaha-pengusaha itu sebagian kecilnya berasal dari Indonesia. Menurut hasil investigasi International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ), terdapat sembilan yang termasuk orang terkaya di Indonesia diketahui menyelewengkan pajaknya di luar negeri melalui lebih dari 190 perusahaan dan lembaga pengelolaan uang di luar negeri.
Menurut hasil investigasi tersebut, kekayaan sembilan konglomerat yang mendominasi politik dan ekonomi Indonesia itu bila digabung mencapai USD 36 miliar (Rp 348,8 triliun). Dari sembilan konglomerat tersebut, ternyata berhubungan erat dengan Soeharto.
-
Bagaimana Soeharto bekuin Bea Cukai? Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1985 untuk memperlancar arus barang demi mendukung ekonomi, setelah berkonsultasi dengan menteri dan mengevaluasi dari BPKP.
-
Kenapa Presiden Soeharto bekuin Bea Cukai? Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1985 untuk memperlancar arus barang demi mendukung ekonomi, setelah berkonsultasi dengan menteri dan mengevaluasi dari BPKP.
-
Siapa sahabat Soekarno yang kaya di Lampung? Agus Musin Dasaad, Orang Paling Kaya di Lampung yang Menjadi Sahabat Soekarno
-
Kenapa Soeharto dekat dengan keluarga BJ Habibie? “Hal ini patut saya kenang. Di rumah keluarga Habibie itu terdapat suasana yang membuat anggota Staf Brigade kami kerasan,“ kata Soeharto dikutip dari HMSoeharto.id.
-
Siapa yang menyerang Soeharto dengan hoaks? Presiden Kedua Indonesia, Soeharto dan keluarga pernah mendapat serangan berita hoaks terkait Tapos.
-
Kenapa anak-anak Soeharto memiliki bisnis yang besar? Bisnis Milik Anak-Anak Soeharto Beberapa informasi mengindikasikan bahwa bisnis anak-anak Soeharto memiliki skala besar dan tersebar luas, termasuk di bidang hotel, transportasi, media, hingga sektor migas dan pertambangan.
Nama konglomerat-konglomerat tersebut ditemukan di tengah 2.500 nama orang Indonesia yang tercatat di kantor pusat perusahaan jasa pengelolaan aset di luar negeri, Poreullis TrusNet, di Singapura.
Menurut data yang dianalisis oleh ICIJ, ditunjukkan bahwa betapa konglomerat Indonesia telah menghadapi tawaran yang menggiurkan untuk menjadi anonim di negara asing. Contohnya saja keluarga Riady, pemilik Grup Lippo, mempunyai setidaknya 11 perusahaan di luar negeri dan pengelolaan keuangan. Namun pihak TrustNet menggunakan "Client A" sebagai pengganti Lippo dalam koresponden internalnya.
Dalam laporan perusahaan tersebut, disebut bahwa klien tidak mau terlihat melakukan transaksi di luar negeri. Agen mereka, Gary Phair, meminta karyawan TrustNet untuk menghapus referensi yang berhubungan dengan Grup Lippo dari alamat kontak di rekam jejak Client A.
Phair juga meminta namanya tidak digunakan pada bukti pembayaran apapun.
Pulau Cook di Pasifik utara menjadi tempat tercatatnya entitas keluarga Riady dari 1989 hingga 2009. Sayangnya, pihak Lippo menolak untuk membahas kasus tersebut.
Selain keluarga Riady, konglomerat rokok Sampoerna juga menggunakan pulau Cook untuk kedok kekayaannya. Setelah 97 persen saham Sampoerna dibeli oleh Philip Morris International pada 18 Mei 2005, TrustNet lalu mendirikan perusahaan dengan nama Strong Castle Trust di pulau Cook.
Selain itu, konglomerat rokok seperti Susilo Wonowidjojo dan Peter Sondakh juga mempunyai perusahaan di luar negeri. Dalam laporan tersebut, disebut beberapa konglomerat bidang perkebunan yang juga tercatat dalam laporan tersebut.
Di antaranya adalah Eka Tjipta Widjaja, keluarga Salim, Sukanto Tanoto, dan Prajogo Pangestu. Mereka mendirikan perusahaan di luar negeri setelah mereka mengantongi izin untuk menebang dan membabat hutan hujan saat era Soeharto. Dari konglomerat-konglomerat tersebut, terdapat 140 perusahaan buatan yang sebagian besar berlokasi di British Virgin Island.
Tak hanya itu, dua anak mantan presiden BJ Habibie juga tercatat dalam laporan tersebut. Anak kedua Habibie, Thareq Kemal Habibie telah membuat dua perusahaan di British Virgin Island di pekan-pekan terakhir sebelum Soeharto lengser. Sepuluh tahun kemudian, anak Habibie yang lain, Ilham, telah membuat setidaknya tujuh perusahaan TrustNet yang menyediakan pusat perusahaan di luar negeri untuk bisnis di Indonesia termasuk eksplorasi dan pertambangan. (mdk/rin)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa pejabat negara juga adalah seorang pengusaha.
Baca SelengkapnyaAda tiga pegawai Bea dan Cukai yang turut andil dalam penyelundupan mobil mewah skala besar.
Baca SelengkapnyaMenjabat sebagai Presiden selama 32 tahun membuat Soeharto memiliki kekuatan politik dan ekonomi yang berpengaruh terhadap lini bisnis anak-anaknya.
Baca SelengkapnyaPresiden Soeharto bekukan Bea Cukai pada masanya akibat marak terjadinya pungli.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyebut masih ada pemilik usaha yang takut dikejar pajak
Baca SelengkapnyaMeski tidak pernah mengungkapkannya ke publik, Soeharto menyimpan nama orang-orang yang dianggap pernah mengkhianatinya.
Baca SelengkapnyaDalam waktu dekat para pengusaha tersebut akan menyetor Rp189 triliun untuk tahap pertama.
Baca SelengkapnyaSaat itu, Erick ditunjuk menjadi presiden Inter Milan pada tahun 2013 menggantikan Masimmo Moratti.
Baca SelengkapnyaSoeharto memerintahkan camat dan lurah untuk membawa sahabatnya dari desa ke Jakarta
Baca SelengkapnyaOrang terkaya di Indonesia memiliki harta kekayaan USD67,4 miliar atay setara Rp1.095 triliun.
Baca Selengkapnya