Di Oktober 2019, Berikut 5 Negara Pemberi Utang Terbesar ke Pemerintah
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) memaparkan, per Oktober 2019, Jepang menjadi negara pemberi utang terbanyak ke pemerintah dan bank sentral Indonesia. Total utang yang diberikan sejumlah USD12,45 miliar, atau setara dengan Rp 172,67 triliun.
Dikutip dari statistik utang luar negeri BI, pada bulan September 2019, utang Indonesia ke Jepang lebih rendah yakni sebesar USD12,52 miliar, setara dengan Rp 173,64 triliun.
Selain Jepang, terdapat empat negara yang juga memberikan utang luar negeri terbanyak kepada era pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin, yakni Jerman, Prancis, China dan Korea selatan.
-
Kenapa utang Jepang tinggi? Rasio utang tersebut telah mencapai 259,43 persen dari PDB.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Bagaimana utang negara dihitung? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
Jerman menempati peringkat kedua pemberi utang terbesar di Indonesia. Utang yang diberikan sejumlah USD2,78 miliar atau Rp 38,55 triliun.
Besarannya menurun dibanding September 2019, dengan total sebesar USD2,74 miliar, setara dengan Rp38 triliun.
Setelah itu, Prancis menduduki peringkat ketiga dengan total utang sebanyak USD2,45 miliar, atau Rp 33,98 triliun.
Besaran utang itu menurun dibanding bulan sebelumnya. Pada September 2019, total utang sebesar USD2,48 miliar atau setara Rp34,39 triliun.
Selanjutnya, China menjadi negara keempat pemberi utang terbanyak ke Indonesia. Per Oktober 2019, tercatat utang Indonesia berjumlah USD1,76 miliar, setara dengan Rp24,41 triliun.
Dibanding September 2019, jumlah utang Indonesia ke China menurun, dengan total sebanyak USD 1,69 miliar atau setara dengan Rp23,44 triliun.
Negara kelima pemberi utang terbanyak ke Indonesia, dengan total utang sebanyak USD1,26 miliar atau setara dengan Rp 17,47 triliun, ialah Korea Selatan. Total di Oktober meningkat, dari sebelumnya, pada September 2019 sebesar USD 1,25 miliar atau berjumlah Rp17,33 triliun.
BI: Selama Jadi Negara Berkembang, Indonesia Butuh Modal Asing
Bank Indonesia (BI) memprediksi bahwa defisit transaksi berjalan bisa surplus saat Indonesia sudah menjadi negara maju. Sebab, saat itu dengan pendapatan per kapita yang tinggi, Indonesia bisa membiayai pembangunannya sendiri tanpa bergantung besar pada modal ataupun barang asing.
"Selama masih menjadi negara berkembang, Indonesia akan tetap membutuhkan modal asing," ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Endy Dwi Tjahjono saat ditemui di Labuan Bajo, Senin (9/12).
Saat ini, pemerintah sudah berada di jalur yang tepat terkait kebijakannya dalam mengatasi defisit transaksi berjalan. Di antaranya menggalakkan program biodiesel dengan target B100 bertujuan menekan impor migas, memproduksi sendiri baterai mobil listrik, dan lain sebagainya.
"Kita punya nikel besar. Kalau itu bisa berhasil maka RI akan menjadi pusat produksi baterai listrik. Ketiga tentu produksi dari mobil listriknya sendiri. Mudah-mudahan ke depan kalau bisa menjadi pusat mobil listrik itu bisa membantu," tuturnya.
Reporter Magang: Nurul Fajriyah
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Utang Indonesia masih berada di bawah utang India sebesar USD629 miliar atau setara Rp9.800 triliun.
Baca SelengkapnyaMayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaDi Asia, China menempati posisi rasio utang terhadap PDB yang tertinggi mencapai 77,10 persen.
Baca SelengkapnyaRealisasi investasi ini lebih tinggi dari target Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus beralih ke sumber pembiayaan lain sebagai langkah diversifikasi.
Baca SelengkapnyaAngka ini telah melebih target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo sebesar Rp1.400 triliun.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaPerkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali karen hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang.
Baca Selengkapnya