Ekonomi Israel Terguncang Akibat Gerakan Boikot di Berbagai Negara Dunia
Semakin sedikit dukungan terhadap Israel, maka semakin mudah untuk menekan Israel dan menghentikan konflik di Palestina.
Semakin sedikit dukungan terhadap Israel, maka semakin mudah untuk menekan Israel dan menghentikan konflik di Palestina.
Ekonomi Israel Terguncang Akibat Gerakan Boikot di Berbagai Negara Dunia
Ekonomi Israel Terguncang Akibat Gerakan Boikot di Berbagai Negara Dunia
Seruan boikot terhadap produk Israel dan perusahaan yang ikut berpartisipasi terhadap penindasan warga Palestina terus digaungkan di media sosial, termasuk masyarakat Indonesia.
Gerakan boikot, divestasi dan sanksi atau Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS Movement) secara sederhana adalah bentuk protes non-kekerasan yang dilakukan secara global.
Dilansir dari laman Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS), gerakan ini bertujuan untuk memberikan tekanan pada Israel agar mematuhi hukum internasional dan mempengaruhi perusahaan swasta untuk menghentikan dukungan mereka dalam kejahatan yang dilakukan oleh Israel.
Gerakan boikot ekonomi internasional ini dapat mempengaruhi perekonomian Israel yang sangat bergantung pada perdagangan dan investasi internasional.
PBB, Bank Dunia dan para ahli lainnya mengatakan sejauh ini gerakan BDS mempunyai dampak terhadap perekonomian Israel.
Sebut saja Carmel Agrexco, perusahaan ekspor pertanian terbesar di Israel.
Perusahaan tersebut sampai mengalami likuidasi akibat aksi boikot besar-besaran di sejumlah wilayah.
Akibatnya, petani Israel kesulitan mengekspor barang sehingga hal ini berdampak buruk pada perekonomian Israel.
Perusahaan-perusahaan besar AS dan Eropa seperti Veolia, Orange, G4S, General Mills, dan CRH juga telah menarik diri dari pasar Israel.
Ini dilakukan setelah adanya kampanye boikot besar-besaran atas keterlibatan perusahaan mereka dalam mendukung pelanggaran yang dilakukan oleh Israel.
Menurut laporan PBB, gerakan BDS membuat sejumlah perusahaan dan investor mulai berpaling dari Israel.
Misalnya pada tahun 2014, terjadi penurunan investasi asing langsung ke Israel hingga 46 persen.
Beberapa perusahaan luar negeri juga diketahui telah menarik diri dari Israel dan melakukan divestasi (mengurangi aset perusahaan).
Saat ini, beberapa target boikot utama yakni Axa, HP, Carrefour, Siemens, Ahava, Soda Stream, Puma, serta buah-buahan yang diekspor oleh Israel.
Kemudian beberapa perusahaan yang perlu diberi tekanan sosial yakni McDonald, Starbuck, Domino's Pizza, Burger King, Pizza Hut, dan Papa John's.
Ini tak lain karena mereka secara terang-terangan memberikan bantuan terhadap tentara Israel di media sosial.
Dengan adanya gerakan boikot dan penurunan saham, perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan bisa mempertimbangkan kembali posisinya untuk mendukung Israel.
Semakin sedikit dukungan terhadap Israel, maka semakin mudah untuk menekan Israel dan menghentikan konflik di Palestina.