Heineken kuasai bir Bintang
Merdeka.com - Merk bir asal Belanda, Heineken telah resmi mengontrol perusahaan yang memproduksi Tiger Beer Asia Pacific Breweries (APB) pada Jumat (3/8). Heineken akan membeli saham Fraser and Neave (F&N) yang kini mempunyai saham 40 persen di APB.
Menurut berita yang dilansir dari Reuters, sebuah sumber mengatakan bahwa pembelian saham tersebut mempunyai nilai lebih dari USD 4 miliar (Rp 38 triliun).
"Perjanjian tersebut telah disetujui oleh Heineken dan manajemen F&N dan masih dalam tahap persetujuan oleh direksi F&N dan akan diumumkan secara resmi," ujar sumber Reuters.
-
Apa yang Pertamina beli? Erick menyebut BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar melakukan pembelian dollar dengan tepatguna, bijaksana dan sesuai prioritas dalam memenuhi kebutuhannya.
-
Apa yang dimaksud dengan APBN? APBN adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Ini merupakan rencana keuangan pemerintah yang mencakup semua pemasukan dan pengeluaran negara dalam satu tahun anggaran.
-
Siapa pemilik ANS? Hingga puncaknya pada tahun 2015, bus ini sudah memiliki nama paten dalam bentuk Perseroan Terbatas atau PT dengan nama Anas Nasional Sejahtera.
-
Kenapa Mata air Cicaneang hampir dibeli perusahaan asing? Ini yang membuat sebuah perusahaan Jepang tertarik untuk membeli mata air ini. Namun langsung ditolak oleh warga, karena sumber mata air merupakan aset milik desa yang tidak bisa diganggu gugat.
-
Mengapa Indonesia menasionalisasi perusahaan Belanda? Pada awal 1957, Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang cukup kompleks, dan Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja mengambil langkah signifikan dengan menasionalisasi ratusan perusahaan yang sebelumnya dimiliki oleh Belanda.
-
Apa itu ANBK? ANBK adalah Asesmen Nasional Berbasis Komputer, program yang dirancang untuk menilai mutu tiap satuan pendidikan seperti Sekolah, Madrasah atau kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah.
Saat ini Heineken telah mempunyai saham di tubuh APB sebesar 42 persen. Dengan memiliki 40 persen saham F&N maka perusahaan asal Belanda tersebut akan mengalahkan orang terkaya kedua di Thailand.
Perusahaan tersebut telah memberikan tenggat waktu kepada F&N hari ini untuk menyatakan persetujuannya dalam penjualan saham tersebut. Sumber tersebut mengatakan keputusan telah disetujui oleh petinggi kedua belah pihak. Nilai penjualannya disinyalir lebih tinggi daripada penawaran pertama Heineken untuk APB yaitu SGD 50 per lembar saham APB.
Dengan menguasai mayoritas saham APB, Heineken akan memiliki bir Tiger, Bintang, Anchor dan merk-merk lain serta dua lusin produsen bir di 14 negara termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Kamboja. Sekitar 30 persen dari volume produksi APB adalah untuk merk bir Heineken.
Transaksi tersebut termasuk langkah penting untuk Heineken di pasar Asia yang sangat tumbuh. Produsen bir terbesar ketiga ini akan menaikkan proporsi pendapatan dari Asia menjadi 15 persen dari 6 persen sebelumnya.
Sumber tersebut juga mengatakan bahwa Coca-Cola juga mengincar F&N, meski dari sisi lain. F&N diketahui telah memproduksi minuman bersoda 100Plus, jus buah, air mineral dan produk susu. (mdk/rin)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam IPO, perseroan menawarkan sebanyak 570 juta saham biasa atau setara 14,44 persen.
Baca SelengkapnyaProdusen bir ini meyakini ada peran perusahaan besar yang membuat pabrik ini bangkrut.
Baca SelengkapnyaAda 18 BUMN yang masuk dalam daftar Fortune Indonesia 100 kali ini. Total pendapatan mereka mencapai Rp2.763,31 triliun.
Baca SelengkapnyaPerusahaan yang menaungi 7-Eleven telah membentuk komite direktur independen untuk meninjau tawaran tersebut.
Baca SelengkapnyaErick Thohir sebagai Menteri BUMN menargetkan setoran dividen 2024 kepada negara mencapai Rp85 triliun.
Baca SelengkapnyaUnilever Indonesia juga mencatat penjualan bersih sebesar Rp38,6 triliun dengan peningkatan margin kotor sebesar 346 bps dibandingkan 2022.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data dari Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), industri ini mencatatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 10-15% per tahun sejak 2019.
Baca SelengkapnyaTak hanya itu, Erick juga menawarkan pihak lain jika ingin menggunakan aset BUMN termasuk Gedung Kementerian BUMN.
Baca SelengkapnyaSetelah penjualan, GRP akan mempertahankan 5 persen saham, sementara YKC memegang 45 persen, SYS memegang 35 persen, dan HWI memegang 15 persen saham di GYS.
Baca Selengkapnya