Imbal Hasil Bitcoin Naik 300 Kali Lipat dalam 10 Tahun, Begini Prediksi Harga ke Depannya
Kripto atau Bitcoin akan lebih mudah jika di taksir pada jangka waktu panjang penurunannya dan kenaikannya itu terlihat dalam 4 tahun sekali.
Chief Marketing Officer (CMO) TokoCrypto, Wan Iqbal mengungkapkan ada potensi meningkatnya harga kripto dalam 2 tahun ke depan yang terpengaruh Bitcoin halving.
Imbal Hasil Bitcoin Naik 300 Kali Lipat dalam 10 Tahun, Begini Prediksi Harga ke Depannya
Imbal Hasil Bitcoin Naik 300 Kali Lipat dalam 10 Tahun, Begini Prediksi Harga ke Depannya
Aset kripto pertaman, Bitcoin tercatat memberikan return atau imbal hasil hampir 300 kali lipat dalam 10 tahun terakhir atau dari 2013 hingga 2023. Meski memiliki resiko tinggi dalam investasi, Bitcoin menunjukan pertumbuhan sangat bagus.
Melihat siklus Bitcoin dalam waktu 10 tahun terakhir, Chief Marketing Officer (CMO) TokoCrypto, Wan Iqbal mengungkapkan ada potensi meningkatnya harga kripto dalam 2 tahun ke depan yang terpengaruh Bitcoin halving.
"Bitcoin halving baru saja terjadi tahun ini, di bulan April kemarin. Jadi, ada potensi dalam 2 tahun ke depan atau sampai 2025, itu harga Bitcoin diprediksi bakal terus meningkat," ucap Iqbal pada Media Luncheon, di Jakarta selatan, Kamis(13/6).
merdeka.com
Bitcoin halving adalah fenomena di mana suplai bitcoin terbagi menjadi dua atau dibagi setengah, dalam 4 tahun sekali. Pengaruh suplai yang makin sulit dan permintaannya cenderung tetap dan bertambah, membuat rata-rata harga Bitcoin itu selalu meningkat.
Hal tersebut terbutki dari tahun lalu Bitcoin masih berada berada di harga USD42.000 atau Rp683 juta dan tahun ini bisa menembus sekitar USD70.000 atau Rp1,13 miliar.
"Makanya dari awal tahun saja, tadi kita sudah tunjukkan ya, dari USD 42 ribu, sekarang sudah hampir USD 70 ribu. Harga Bitcoinnya, sudah hampir 2 kali," ucapnya
merdeka.com
Dibandingkan dengan aset investasi lain, seperti SP500 atau pasar saham di Amerika Serikat (AS), emas, dan minyak, investasi kripto atau Bitcoin memberikan imbal hasil atau return yang jauh lebih besar untuk jangka waktu panjang, sehingga aset kripto atau Bitcoin menjadi pilihan bagi masyarakat muda.
Namun, Bitcoin maupun aset berisiko tinggi seperti saham dan lainnya, terpengaruh oleh banyak hal, seperti makroekonomi, kebijakan ekonomi global, terutama yang berasal dari AS.
"Karena biasanya Amerika Serikat ini menjadi patokan dari ekonomi global. Dan aset kripto itu sebenarnya aset global, bukan aset lokal. Jadi kalau misalnya Indonesia inflasinya berapa, biasanya dia gak pengaruh. Kecuali untuk perbandingan dengan harga Bitcoin dan rupiahnya, ya mungkin terpengaruh,"ucap Iqbal.
Faktor-faktor seperti Consumer Price Index (CPI) AS, dan keputusan dari Federal Reserve (Fed) seringkali berdampak langsung pada harga Bitcoin. Ketika menjelang rapat Fed, harga Bitcoin cenderung turun karena ketidakpastian, tetapi biasanya naik kembali setelah keputusan rapat diumumkan.
"Karena ada permintaan dan penawarnya itu tadi yang tiba-tiba orang masih takut dulu. Masih wait and see, masih tunggu hasil rapatnya. Ketika hasil rapatnya memberikan konfirmasi, itu dia baru akhirnya mulai naik lagi,"
Iqbal juga mengatakan contoh nyatanya semalam, saat rapatnya Federal Open Market Committee (FOMC), harga Bitcoin anjlok dari USD70.000 atau Rp1,13 miliar ke harga USD66.000 atau Rp1,07 miliar, kemudian pagi ini sudah naik mendekati angka semula menjadi ke Rp69.000 atau RP1,12 miliar.
Sehingga, kripto atau Bitcoin akan lebih mudah jika ditaksir pada jangka waktu panjang penurunannya dan kenaikannya itu terlihat dalam 4 tahun sekali pada siklus Bitcoin halving yaitu pada tahun 2016 dan 2020.
"Jadi memang siklusnya kalau jangka pendek itu pasti bakal ada siklus yang lebih cepat. Cuman kalau jangka panjang, yang tadi saya lihatkan," pungkasnya.