MenKopUKM: Agregator Dorong Usaha Mikro Naik Kelas
KemenKopUKM berupaya untuk menghubungkan usaha mikro ke dalam rantai pasok industri.
KemenKopUKM berupaya untuk menghubungkan usaha mikro ke dalam rantai pasok industri.
MenKopUKM: Agregator Dorong Usaha Mikro Naik Kelas
Semakin banyaknya start-up teknologi diharapkan Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) kian mendorong agregasi usaha mikro ke skala ekonomi yang lebih tinggi karena melalui agregator teknologi, UMKM dimudahkan dalam mengakses segala fasilitas mulai dari akses pembiayaan, pendampingan, hingga pemasaran.
Di dalam struktur ekonomi Indonesia yang didominasi usaha mikro, penting ada agregator guna mengonsolidasi wirausaha agar mereka berkembang. Selain mendorong UMKM naik kelas melalui bantuan agregator, penting juga melahirkan entrepreneur baru dari kalangan anak muda yang menguasai teknologi," kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara dialog interaktif bertajuk ‘Penumbuhan Wirausaha Inovatif dan Berkelanjutan’ di Bandar Lampung, Lampung, Selasa (5/3/2024).
Saat ini pertumbuhan ekonomi mikro terus bertambah. Meskipun UMKM di Indonesia menjadi tulang punggung ekonomi nasional, tapi menurut Menteri Teten, hampir sebagian besar belum terhubung dengan industri. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) berupaya untuk menghubungkan usaha mikro ke dalam rantai pasok industri.
"Di Indonesia, banyak UMKM yang bersifat mandiri. Mereka produksi sendiri, beli bahan baku sendiri, memasarkan sendiri. Hal itu yang membuat UMKM kita sulit mengakses bahan baku, pembiayaan, maupun produksi yang lebih luas. Sehingga tidak terjadi transfer pengetahuan yang membuat UMKM tidak produktif. Oleh karena itu, UMKM harus menjadi bagian dari industrialisasi," katanya.
Sejak 1998, Indonesia sebut Menteri Teten terus mengalami deindustrialisasi, di mana industri besar berkontribusi dalam PDB hanya sebesar 18 persen. Pemerintah terus berupaya menyiapkan industrialisasi bahan baku, misalnya melalui hilirisasi agar memperbesar kontribusi ekonomi industri yang lebih besar.
"Karena kalau industri tidak tumbuh, maka lapangan kerja sulit tersedia. Akibatnya, mereka hanya bisa membuka usaha mikro. Jika makin banyak usaha mikro yang tumbuh, persaingan di level itu pun makin tinggi," katanya.
Untuk itu, MenKopUKM mengaku sangat mengapresiasi ketika semakin banyak anak-anak muda menciptakan ekonomi baru yang terus didukung dengan riset melalui kerja sama pemerintah daerah hingga universitas.
"Harapannya, riset akan melahirkan ekonomi dan entrepreneur baru," tuturnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah mengatakan, digelarnya Workshop Terpadu ini menjadi yang pertama kali di Lampung. Lampung dipilih karena memiliki potensi wirausaha dan start-up yang besar. Banyak perguruan tinggi yang berkontribusi dalam pengembangan inovasi dan teknologi, yang diharapkan mampu melahirkan wirausaha tangguh dan inovatif.
"Komitmen Pemerintah Provinsi Lampung menumbuhkembangkan wirausaha dan memperkuat ekosistem melalui Implementasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional di mana KemenKopUKM menghadirkan program berkesinambungan, mendukung pertumbuhan dan perkembangan wirausaha Indonesia," katanya.
Tak hanya itu kata Siti Azizah, Workshop Terpadu juga bertujuan untuk menyampaikan informasi terkini dan wawasan bagi peserta terkait program terpadu Kementerian Koperasi dan UKM dalam penumbuhan wirausaha inovatif baik melalui pemetaan potensi wirausaha, konsultasi bisnis dan pendampingan berkala, inkubasi bisnis, dan akses pendanaan serta networking untuk pengembangan usaha.
"Peserta yang hadir mencapai 350 orang dengan latar belakang beragam. Mulai dari akademisi, pelaku usaha, masyarakat, wirausaha binaan perguruan tinggi, start-up pengelolaan inkubator, hingga pendamping wirausaha," katanya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung Samsurijal menambahkan, kontribusi pelaku UMKM penting baik bagi pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Tercatat, pada triwulan IV-2023 ekonomi Lampung mengalami penumbuhan 5,4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
"Pencapaian ini didorong optimalisasi sektor pembangunan terutama sektor perekonomian, sektor domestik, pemberdayaan UMKM, termasuk pertumbuhan wirausaha di Lampung," katanya. Samsurijal berharap, kegiatan Workshop Terpadu bisa menyediakan wirausaha sukses, mampu menghadapi pasar, andal, dan mampu memecahkan masalah berbasis inovasi.
"Sumber daya Lampung sangat potensial, UMKM jadi pejuang ekonomi kerakyatan dan penggerak perekonomian daerah," tuturnya.
Dalam kegiatan yang diikuti oleh beragam peserta mulai dari pelaku usaha hingga agregator ini, turut digelar dialog interaktif MenKopUKM bersama CEO Elevarm Bayu Syarif Rachmat, CEO Fundex Agung Wibowo, CEO Crustea Roikhanatun Nafi’ah, dan CEO Pemimpin.id Zensa Rahman.
CEO Elevarm Bayu menegaskan, sebagian besar inovasi berhenti di laboratorium atau paper, untuk itu penting ada suatu inisiatif menjadikan produk inovasi masuk ke dalam industri dan market. Maka, di sinilah penting adanya para kolaborator atau agregator yang menghubungkan inovasi kepada market.
"Salah satu yang kita rasakan dari KemenKopUKM adalah program Entrepreneur Financial Fiesta. Di sana start-up benar-benar dibimbing, dipertemukan dengan investor dan market bersama UMKM dikolaborasikan dari hulu ke hilir, digitalisasi, hingga bisa membentuk kolaborasi digital supply chain," katanya.
Senada dengan hal tersebut, CEO Crustea Roikhanatun mengatakan, untuk bisa bertahan, diperlukan berbagai upaya untuk berinovasi mengikuti perkembangan yang ada. Terutama pengetahuan dari banyak negara luar yang sudah lebih dulu menerapkan teknologi canggih.
"Produk indonesia nggak kalah bagus, tetapi hanya butuh akselerasi dalam setiap pengembangannya secara bersama-sama, salah satunya melalui mentorship untuk memperbaiki tata kelola perusahaan dan juga networking," ucapnya.
Crustea sendiri juga mendapatkan program mentorship dari KemenkopUKM melalui program Entredev tahun 2023.