Menteri Koperasi Budi Arie: Indonesia Bergantung Susu Impor
Pemerintah sedang mendorong koperasi susu untuk tidak hanya memproduksi susu segar.
Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi, menyoroti rendahnya tingkat konsumsi susu sapi segar di Indonesia. Dia menyebut Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi susu segar terendah di dunia.
"Di mana sebanyak 4,4 juta ton susu impor ke Indonesia dibagi 280 juta penduduk, kita itu hanya sekitar 15 liter per kapita per tahun per orang. Dibandingkan sama Vietnam saja udah 75 liter per kapita per tahun, per orang per tahunnya," kata Budi dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (11/11).
Ia menjelaskan konsumsi susu di Indonesia sebagian besar bergantung pada impor. Dari total kebutuhan nasional, sekitar 80 persen pasokan susu berasal dari luar negeri.
Tercatat, saat ini Indonesia mengimpor sekitar 4,4 juta ton susu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri yang mencapai 280 juta penduduk.
"Jadi kalau kita ingin mencetak sumber daya manusia yang unggul, susu merupakan komponen penting. Nah, strukturnya saat ini import susu kita itu 80 persen dari kebutuhan susu nasional," tegas Budi Arie.
Budi menekankan pentingnya mencapai swasembada pangan, termasuk dalam sektor susu. Ia menilai ketergantungan pada impor susu harus segera dikurangi melalui berbagai kebijakan strategis dan peningkatan produksi susu lokal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengorganisasi koperasi susu.
"Koperasi dapat berperan besar dalam menyerap dan mendistribusikan hasil produksi susu lokal. Langkah ini penting untuk memperkuat kemandirian sektor susu," tambahnya.
Hilirisasi Susu
Budi menambahkan pemerintah sedang mendorong koperasi susu untuk tidak hanya memproduksi susu segar, tetapi juga melakukan hilirisasi.
Meskipun demikian, ia juga mengkritisi kebijakan perdagangan yang membuat impor susu lebih murah karena bea masuk sebesar 0 persen. Hal ini menyebabkan industri pengolahan susu lebih memilih susu impor dibandingkan susu lokal.
"Tapi di sisi yang lain, Badan Usaha Swasta juga harus mempertimbangkan penyerapan hasil susu dari koperasi pendirian atau perorangan petanakan sapi perah kita. Meskipun mereka diutungkan dengan bea masuk yang 0 persen dengan alasan bahwa susunya pasti lebih murah," ucapnya.
Ia juga menyoroti perbandingan mencolok antara Indonesia dan Selandia Baru dalam hal populasi sapi perah. Di mana populasi sapi perah di Indonesia hanya sekitar 200 ribu ekor, sedangkan Selandia Baru, dengan penduduk hanya 5,4 juta jiwa, memiliki populasi sapi perah mencapai 5 juta ekor.
"Bayangin lebih hampir sama kayak penduduknya kita cuma ratusan ribu ekor sapi perah," tegasnya.
Untuk mengatasi tantangan ini, pihaknya berencana mempercepat pendirian pabrik-pabrik pengolahan susu yang dikelola oleh koperasi. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing susu lokal sekaligus mengurangi ketergantungan pada industri pengolahan susu (IPS).
"Kita semua dari Kementerian Koperasi mendorong percepatan pendirian pabrik-pabrik pengolahan susu dari gabungan koperasi susu Indonesia. Supaya kita juga tidak mengandalkan dari industri pengolahan susu yang notamisi mereka dari Kelompok Badan Usaha Swasta," jelasnya," tutupnya.