Pasar Saham Korea Makin Perkasa Usai Pemakzulan Presiden Yoon Seok Yeol
Pasar saham Korea mengalami bounce back setelah mengalami kontraksi usai keputusan darurat militer.
Mata uang Korea Selatan dan pasar sahamnya kembali menguat setelah pemungutan suara untuk memakzulkan Presiden Yoon Suk Yeol, karena investor mengalihkan fokus dari politik dan kembali ke kekhawatiran ekonomi luas yang telah mengganggu pasar.
Dilansir Bloomberg, Won Korea dan indeks acuan Kospi berfluktuasi antara naik dan turun pada perdagangan tengah pagi, membalikkan reli pembukaan yang terjadi setelah penggulingan Yoon pada akhir pekan.
Presiden mengejutkan investor pada tanggal 3 Desember dengan memberlakukan, meski dengan cepat membatalkan, darurat militer, yang menyebabkan aksi jual aset Korea secara masif.
Pendeknya umur dorongan bagi pasar sebagian besar disebabkan oleh para pedagang yang sudah memperhitungkan pemakzulan Yoon, kata para analis di negara tersebut.
"Tidak ada yang berubah secara fundamental," kata Cho Junkee, analis di SK Securities Co. "Pasar telah mencerminkan pemakzulan minggu lalu dan pemungutan suara pemakzulan tidak memberikan keuntungan lebih lanjut karena investor mengambil untung," katanya.
Kinerja Pasar Saham Korea
Indeks Kospi telah melonjak sebanyak 0,9 persen pada perdagangan awal, sehingga berada di jalur yang tepat untuk menghapus semua kerugiannya sejak pemberlakuan darurat militer. Indeks tersebut kini diperdagangkan hampir stabil sepanjang hari, meskipun Indeks Kosdaq berkapitalisasi kecil naik sekitar 0,8 persen.
Won Korea Selatan juga menghapus kenaikan yang dipicu oleh pemakzulan Yoon selama akhir pekan. Mata uang tersebut kini diperdagangkan lebih rendah terhadap dolar pada 1.437,55, setelah sebelumnya naik sebanyak 0,5 persen.
Para investor dan analis memperingatkan bahwa kekhawatiran jangka panjang yang telah mengganggu aset-aset Korea tahun ini, termasuk ketakutan tentang ancaman tarif Donald Trump, masih membebani sentimen.
"Masalah-masalah yang membebani pasar saham lokal, seperti masa jabatan kedua Trump sebagai presiden dan perlambatan di sektor chip, belum terselesaikan sehingga ketidakpastian masih ada," kata Park Jinho, kepala investasi ekuitas di NH-Amundi Asset Management Co.