Penerbangan Haji Bisa Hemat Bahan Bakar Rp5,4 Miliar, Begini Caranya
Prosedur UPR terbukti telah menghemat bahan bakar hingga Rp5,4 miliar pada penerbangan keberangkatan haji tahun 2023.
Penerbangan Haji Bisa Hemat Bahan Bakar Rp5,4 Miliar, Begini Caranya
Penerbangan Haji Bisa Hemat Bahan Bakar Rp5,4 Miliar, Begini Caranya
Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia kini menggunakan prosedur User Preferred Route (UPR). Prosedur ini pun terbukti bisa meningkatkan efisiensi penerbangan lintas udara atau overfly saat pemberangkatan penerbangan haji tahun 2023. Selama keberangkatan haji tahun ini tercatat ada 1.759 penerbangan yang menggunakan prosedur UPR. Dengan prosedur tersebut terjadi efesiensi bahan bakar pesawat sebesar Rp5,4 miliar.
"Keberangkatan saja, kemarin itu kloternya penerbangannya sampai 1.759 penerbangan keberangkatan haji saja, itu terus (menghemat bahan bakar) Rp 5,4 miliar itu efisiensinya,"
kata Vice President Pengendalian Operasi Pelayanan AirNav Indonesia, Moeji Subagyo saat ditemui usai event Internasional Canso Asia Pacific Conference, di Kuta, Bali, Rabu (12/7).
Sebagai informasi, UPR merupakan salah satu metode manajemen ruang udara dengan konsep free-route airspace yang menghasilkan rute alternatif.
Rute ini memberikan keleluasaan bagi maskapai untuk menentukan rutenya sendiri yang paling efisien dengan mempertimbangkan arah dan kecepatan angin, potensi turbulensi, suhu udara, serta jenis dan kinerja pesawat udara.
Selain itu, prosedur UPR juga mampu mengurangi emisi karbon hingga 5.17,5 ton dari total1.759 penerbangan keberangkatan haji.
Moeji mengatakan prosedur yang sama juga akan diberlakukan untuk penerbangan kepulangan para jemaah haji.
"Itu hanya penerbangan keberangkatan haji saja belum kepulangannya nantinya kita total. Dan itu belum (airline) yang sudah melakukan UPR,"
kata Moeji.
Dalam rangka meningkatkan keselamatan dan efisiensi pelayanan navigasi penerbangan, Indonesia sudah pernah melakukan prosedur UPR. Prosedur ini sudah diuji coba sekitar Bulan Mei 2020 lalu yang bertepatan dengan Pandemi Covid-19. Uji coba tersebut terselenggara atas kerja sama dengan International Air Transport Association (IATA) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). "Itu (UPR) sudah memberikan masukan yang besar untuk pengurangan karbon untuk efisiensi untuk generasi nanti ke belakang," ujarnya.Sementara, untuk metode manajemen ruang udara dengan konsep UPR ini semacam rute alternatif bagi airline. Rute ini, memberikan keleluasaan bagi maskapai untuk menentukan rutenya sendiri yang paling efisien.
Namun dengan mempertimbangkan arah dan kecepatan angin, risiko turbulensi, suhu udara, serta jenis dan kinerja pesawat udara.
Selain itu, UPR bisa memangkas jarak tempuh penerbangan lintas internasional yang melewati ruang udara Indonesia sehingga menurunkan konsumsi dan emisi bahan bakar pesawat udara.
"Terkait dengan UPR ini seperti jalan di darat misalnya dari poin A ke B itu kita melewati tikungan satu, lampu merah satu, lampu merah dua, itu sudah ada jalan raya-nya. Namun, kita tawarkan silakan pengguna transfortasi ini mau lewat mana," kata dia.
"Kami akan fasilitas yang memang menurut pengguna transportasi ini memang lebih aman dan kedua lebih efisien untuk pengguna bahan bakarnya. Sehingga mereka menggunakan perencanaan penerbangan itu efektif, efesien dan safety," sambungnya.
Metode ini coba ditawarkan karena selain aman dan efektif, prosedur UPR bisa mengurangi pengurangan emisi karbon. Mengingat prosedur UPR merupakan rute-rute yang masih di wilayah tertorial RI.
"Sehingga diberikan pilihan kepada para maskapai untuk mereka memilih yang mana yang menurut maskapai penerbangan mereka lebih aman dan efektif dan lebih efesien dalam bahan bakar," ujarnya.
Dia menambahkan dengan prosedur UPR Indonesia bisa menjadi green Air Traffic Management (ATM) dan peningkatan efisiensi pelayanan navigasi penerbangan. Mengingat saat ini baru ada di SWISS dan belum ada di kawasan ASEAN-Pasifik. "Untuk menjadi Indonesia salah satu green ATM, itu green traffic management saat ini nomer satu adalah Swiss. Dan kita berusaha untuk menjadi negara ke empat. Di Asean Pasifik belum ada, siapa tau nanti kita," ujarnya.