Pengadaan 177 Motor Disorot, Begini Kinerja Hevearita Gunaryanti Saat Jadi Walikota Semarang
Hevearita Gunaryanti menjabat sebagai Walikota Semarang sejak 2016-2022.
Hevearita Gunaryanti menjabat sebagai Walikota Semarang sejak 2016-2022.
Pengadaan 177 Motor Disorot, Begini Kinerja Hevearita Gunaryanti Saat Jadi Walikota Semarang
Pengadaan motor baru untuk 177 pegawai lurah di Semarang menjadi perbincangan hangat warganet di sosial media.
Sebab, anggaran yang disebutkan langsung oleh Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu sebesar Rp8 miliar untuk membeli motor tersebut tidaklah relevan. Sehingga banyak dari warganet menduga anggaran tersebut dimanipulasi.
Hevearita telah menjabat di pemerintahan Semarang sejak 2016 hingga saat ini. Pada 2016-2022 dia menjabat sebagai Wakil Walikota Semarang. Kemudian tahun 2021 sampai 2023 ia menjabat sebagai Plt Walikota Semarang. Dan kini dirinya menjabat sebagai Walikota Semarang.
Merdeka.com
Lantas bagaimana pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang selama Hevearita menjabat?
Melansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) perekonomian kota Semarang pada Tahun 2022 tercatat mengalami pertumbuhan positif yaitu sebesar 5,73 persen dibandingkan pencapaian pada tahun 2021 sebesar 5,16 persen.Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Kota Semarang pada 2020 terkontraksi -1,85 persen, pada 2019 mencapai 6,86 persen, pada 2018 mencapai 6,52 persen, pada 2017 mencapai 6,7 persen, sedangkan pada 2016 mencapai 5,8 persen.
Dari sisi produksi pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha transportasi dan pergudangan yaitu sebesar 79,01 persen sedangkan dari sisi pengeluaran kenaikan tertinggi tercatat dicatat oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) yaitu sebesar 5,00 persen.
Diketahui, lapangan usaha industri pengolahan mendominasi struktur ekonomi kota Semarang pada Tahun 2022 dengan kontribusi sebesar 28,85 persen, sedangkan dari sisi pengeluaran didominasi oleh PK-RT dengan kontribusi sebesar 40,42 persen.
Kemudian untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita pada tahun 2021 sebesar Rp123,67 juta dan pada tahun 2022 sebesar Rp137,12 juta.
Sementara PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp227 juta dan atas dasar harga konstan (ADHK) di tahun 2010 mencapai 152 juta.
Adapun lapangan usaha yang mencatat pertumbuhan positif diantaranya transportasi dan pergudangan sebesar 79,01 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 20,30 persen dan jasa lainnya sebesar 9,20 persen.
Lapangan usaha industri pengolahan konstruksi serta perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor yang memiliki peran dominan juga tumbuh positif masing-masing sebesar 5,6 persen, 1,19 persen dan 3,92 persen.
Selanjutnya, lapangan usaha lainnya yang juga tumbuh positif di antara lain pertanian Kehutanan dan Perikanan sebesar 2,42 persen, pengadaan air pengolahan sampah, limbah, dan daur ulang sebesar 1,17 persen dan informasi dan komunikasi sebesar 3,79 persen.
Lalu, jasa keuangan dan asuransi sebesar 0,37 persen, real estate sebesar 5,14 persen, jasa perusahaan sebesar 6,32 persen, administrasi pemerintah pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 1,85 persen, jasa pendidikan sebesar 1,95 persen dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 2,77 persen.
Berbanding terbalik dengan lapangan usaha pertambangan dan penggalian dan pengadaan listrik dan gas yang justru mencatatkan pertumbuhan negatif pada tahun 2022 yakni sebesar -4,95 persen dan -1,21 persen.