Profesor Ini Viral karena Pasang Kriteria Ketat Calon Pacar, Wajib Punya 9 Gelar Sarjana dari Universitas Terbaik
Tindakan profesor ini dianggap seperti mencari selir di masa kekaisaran.

Kisah seorang profesor madya di Universitas Zhejiang, China, telah memicu perdebatan luas setelah dia mengungkapkan persyaratan ketat untuk calon pacarnya yang menjadi viral di dunia maya.
Pengguna internet menganggap tindakan profesor bermarga Lou ini sebagai tindakan memilih “selir kekaisaran,” memicu respons berbagai pihak yang merasa tindakan tersebut terlalu ekstrim dan materialistik.
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Lou, seorang akademisi berusia 35 tahun yang bekerja di Sekolah Marxisme Universitas Zhejiang, membuat pengumuman yang mengejutkan di ruang obrolan kencan buta daring pada awal Maret 2025.
Dalam postingannya, Lou menggambarkan dirinya sebagai seorang pria dengan tinggi badan 175 cm dan berat 70 kg, dengan gelar PhD dari universitas ternama di China dan penghasilan tahunan lebih dari satu juta yuan (sekitar Rp2,3 miliar). Dia juga mengungkapkan minatnya pada olahraga dan investasi keuangan, sembari menambahkan bahwa ia adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup mapan di Yiwu, Zhejiang.
Namun, yang benar-benar menarik perhatian adalah daftar panjang persyaratan yang Lou tetapkan untuk calon pacarnya.
Ia berharap pasangannya lahir setelah tahun 2000 sekitar 10 tahun lebih muda darinya dengan tinggi badan antara 165 hingga 171 cm, langsing, dan memiliki penampilan yang menarik. Lou juga menginginkan pacarnya memiliki gelar dari sembilan universitas elit di daratan utama China atau universitas top 20 global.
Ia bahkan menambahkan bahwa lulusan jurusan hukum atau kedokteran akan lebih dihargai.
Viral hingga Menuai Kritik Keras
Meski memberikan sedikit kelonggaran jika calon pacar berasal dari universitas yang tidak memenuhi kriteria, Lou menekankan bahwa kualitas seperti penampilan, kondisi keuangan keluarga, dan kemampuan lainnya haruslah luar biasa. Dalam postingannya, Lou dengan jelas mengungkapkan bahwa ia tidak hanya mencari cinta, tetapi juga kesempurnaan dalam berbagai aspek kehidupan.
Reaksi netizen terhadap kriteria yang ditetapkan Lou sangat beragam. Banyak yang merasa bingung dan marah, mempertanyakan apakah ini cara yang tepat untuk memilih pasangan hidup. Beberapa bahkan menyatakan bahwa Lou tidak memandang hubungan cinta dengan cara yang manusiawi, melainkan seperti sebuah transaksi atau kesepakatan bisnis.
Tidak hanya itu, postingan Lou juga menarik perhatian pihak universitas tempatnya mengajar. Pada 17 Maret 2025, pihak Universitas Zhejiang melalui Sekolah Marxisme mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa postingan tersebut belum diverifikasi oleh Lou dan berisi sejumlah informasi yang tidak akurat. Sekolah pun menegaskan bahwa mereka telah melaporkan kasus ini ke pihak berwajib, meskipun tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut.
Banyak pengguna media sosial juga merasa terkejut dan kecewa dengan sikap seorang akademisi yang memiliki pandangan seperti ini, terutama di tengah lingkungan pendidikan. Sementara itu, sebagian netizen lainnya menganggap Lou sebagai sosok yang wajar untuk mencari pasangan sesuai dengan standar yang ia tentukan, namun mereka tetap mengkritik cara penyampaiannya yang dianggap terlalu materialistik.
Kisah Lou pun memunculkan perdebatan lebih lanjut mengenai bagaimana masyarakat modern memandang hubungan cinta dan pernikahan, dan apakah terlalu banyak tuntutan yang diberikan dapat menghalangi hubungan yang sejatinya didasari oleh perasaan tulus.
Bagi banyak orang, cerita ini adalah pengingat bahwa cinta dan hubungan tidak seharusnya diukur dengan parameter yang begitu ketat dan dangkal, namun lebih kepada keserasian, rasa hormat, dan komitmen bersama