Raksasa Minyak Chevron Bakal PHK 8.000 Karyawan
Sumber internal menyebut, PHK tersebut terjadi karena perusahaan menargetkan pemotongan biaya sebesar USD 3 miliar hingga 2026.

Perusahaan minyak raksasa, Chevron mengumumkan akan memberhentikan hingga 20 persen dari tenaga kerja globalnya atau sekitar 8.000 pekerja pada akhir tahun 2026. Perusahaan minyak asal AS menyebut bahwa PHK ini sebagai upaya memangkas biaya dan menyederhanakan bisnisnya.
"Pada akhir 2023, Chevron mempekerjakan 40.212 orang di seluruh operasinya. PHK 20 persen dari total karyawan akan menjadi sekitar 8.000 orang," tulis CNN.com dikutip Kamis (13/2).
Sumber internal menyebut, PHK tersebut terjadi karena perusahaan menargetkan pemotongan biaya sebesar USD 3 miliar hingga 2026 dari pemanfaatan teknologi, penjualan aset, dan perubahan cara dan tempat kerja dilakukan. Seiring berhembusnya kabar PHK, saham Chevron turun 0,7 persen dalam perdagangan Rabu (12/2) sore.
"Perusahaan memberi tahu karyawannya bahwa mereka dapat mulai memilih pembelian saham mulai sekarang hingga April atau Mei," menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Tata Ulang Bisnis
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Chevron, Mark Nelson menyampaikan Chevron akan menata ulang bisnisnya dan mengumumkan bagan organisasi kepemimpinan baru dalam dua minggu ke depan. Perusahaan juga berjanji akan melindungi hak karyawan yang terdampak PHK.
"Chevron mengambil tindakan untuk menyederhanakan struktur organisasi kami, menjalankan tugas dengan lebih cepat dan lebih efektif, serta memposisikan perusahaan untuk daya saing jangka panjang yang lebih kuat," ujar Mark Nelson.
Di sisi lain, Chevron tengah terlibat dalam pertikaian hukum dengan pesaingnya Exxon Mobil atas rencana akuisisi produsen minyak Hess, yang merupakan landasan rencananya untuk meningkatkan produksi minyak.
Pada saat yang sama, perusahaan menghadapi margin yang lemah dalam bisnis penyulingannya, yang melaporkan kerugian pada kuartal keempat untuk pertama kalinya sejak 2020.