Tepis Masuk ke Fase Sunset, SKK Migas Catat Realisasi Investasi Semester 1 Tembus Rp90,72 Triliun
Realisasi investasi meningkat 15 persen dari realisasi 2023 senilai USD 13,7 miliar.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Industri Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menolak anggapan bahwa industri hulu migas tengah memasuki fase terbenam atau sunset.
Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo menyatakan, saat ini kontrak EPC (Engineering, Procurement and Construction) hingga fabrikasi sedang banyak-banyaknya.
"Itu menunjukkan bahwa industri hulu migas itu tidak sunset. Kita tuh sekarang lagi susah-susahnya nyari siapapun itu untuk mendukung agresivitas hulu migas yang saat ini lagi kita kerjakan," ujar Wahju di Kantor SKK Migas, dikutip Sabtu (20/7).
"Ya semoga saja kondisi kayak gini masih bertahan sampai 2030 seperti yang kita rencanakan di dalam LTP (long term plan)," dia menambahkan.
Sebagai contoh dari sisi proyek, Wahju melanjutkan, kenaikan kapasitas gas alam cair (LNG) masih akan sangat naik.
Terutama dari Qatar dan Amerika Serikat yang bakal melesat di kurun waktu 2026-2028.
"CCUS kapasitasnya juga akan naik di tahun itu. Implikasinya apa? Implikasinya saat ini peralatan-peralatan itu sedang dibangun. Sehingga nanti onstreamnya di situ gede-gedean. Nah itu sekarang kita bersaing," ungkapnya.
Bahkan, Wahju mengaku kesulitan untuk mencari juru las (welder). Sebagai contoh, ia menyebut banyak tukang las yang digembleng di salah satu Wilayah Kerja (WK) di Papua kini sudah hengkang mencari pekerjaan di tempat lain.
"Contohnya begini. Tangguh itu untuk menyiapkan proyeknya, dia training orang-orang Papua untuk menjadi welder. Sekarang mereka itu di-hire pada lari ke Batam. Karena memang fabrikasi kan banyak di Batam," ungkapnya.
"Di sisi lain itu good news, karena ternyata apa yang di-training dari penduduk lokal itu juga di-accept, berstandar untuk bisa dipakai di Batam. Tapi di sisi lain, Tangguh juga suffering karena mereka pergi kan," kata Wahju.
Jika dilihat berdasarkan realisasi investasi di sektor ini pada semester I tahun 2024, SKK Migas mencatat investasi sudah terealisasi USD5,6 miliar atau setara Rp90,72 triliun.
Meski begitu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memaparkan, capaian USD 5,6 miliar ini hanya 75 persen dari target Investasi USD 7,43 miliar di semester I 2024.
"Realisasi investasi sampai dengan satu semester (2024) adalah USD 5,6 billion," kata Dwi.
Untuk proyeksi ke depan, pihaknya memperkirakan pemasukan investasi migas kemungkinan mencapai USD 15,7 miliar, atau setara Rp254,34 triliun di sepanjang 2024 ini.
Angka tersebut meningkat 15 persen dari realisasi 2023 senilai USD 13,7 miliar.
Adapun realisasi tahun lalu juga lebih besar 13 persen dari 2022 silam, dan lebih tinggi 5 persen dari investasi global.
"Diperkirakan saat akhir tahun menjadi USD 15,7 bilion, dan ini akan lebih baik dari tahun 2023," ucap Dwi.
Namun, angka USD 15,7 miliar atau Rp 254,34 triliun ini hanya 89 persen dari target awal di sepanjang tahun ini, sebesar USD 17,7 miliar atau setara Rp 286,74 triliun.
Kendati demikian, Dwi meyakini outlook investasi hulu migas Rp 254,34 triliun masih sesuai dengan rencana jangka panjang atau long term plan (LTP) SKK Migas.
"Saat ini posisi outlook 2025 kalau itu USD 15,7 miliar masih inline dari posisi target kita di long term planning, target jangka panjang kita," pungkas Dwi.